Alice sedang selonjoran dan memainkan ponselnya sebelum panggilan yang mendadak datang membuatnya hampir melempar ponsel karena kaget.
"Nomor tidak dikenal?" Alice dengan ragu mengangkat panggilan yang masuk.
"Halo."
"Saya perwakilan dari Royal Garden. Anda bisa datang ke perusahaan untuk bertanda tangan kontrak." Suara seorang wanita mengalun merdu di telinga Alice.
Sejenak Alice tertegun mencoba untuk mencerna apa yang dimaksud oleh orang di balik sambungan telepon itu.
"Jadi? Maksudmu aku diterima secepat itu?!" Alice meninggikan suaranya saat mengatakan di akhir kalimat dan melupakan kesopanan dalam berbicara formal.
"Benar, Anda harus datang untuk menandatangani kontrak dan persyaratannya."
Alice terlihat antusias dan mengangguk dengan cepat meski ia tahu bahwa orang di sana tidak akan melihat. Seperti orang bodoh, tetapi Alice tidak peduli lagi dengan pendapat orang mengenai tindakannya seperti kali ini.
Alice segera mengambil baju formal miliknya dan bergegas untuk pergi menuju Royal Garden. Memang membutuhkan perjuangan ekstra di saat seperti ini, mengingat ini sudah hampir siang hari.
"Menyebalkan sekali. Tahu begini aku menggunakan mobil saja tadi. Busnya juga belum sampai juga," gumam Alice kesal.
Ini sudah kesekian kalinya Alice mengembuskan napas berat karena bus yang dia tunggu tidak kunjung datang.
"Kenapa memilih menggunakan bus jika kamu memiliki mobil pribadi?" tanya seseorang yang sedari tadi terlihat sibuk dengan koran di tangannya.
Alice menoleh. Lelaki yang duduk di sampingnya melipat koran yang sedari tadi dia baca. Melihat itu Alice menatap kakinya yang mengenakan sepatu hak tinggi.
"Karena Mama bilang menggunakan mobil pribadi setiap saat dapat menyebabkan kemacetan terus menerus. Itu sebabnya aku menggunakan bus, lagian juga aku keluar tidak buru-buru jika tidak buru-buru menggunakan bus lebih baik untuk mengurangi kemacetan."
Senyum kecil terbit di wajah lelaki itu. "Andai semua orang berpikir sepertimu pasti kemacetan mengular akan berkurang. Namaku adalah Alden, namamu?" Lelaki itu mengulurkan tangan saat mengatakan itu.
"Alice." Alice menerima uluran tangan itu.
Tangan yang kekar juga mulus tidak ada goresan sama sekali di tangannya. "Semoga kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti," ujar Alden saat melihat bus yang sudah mendekat.
"Uhm, pasti. Terima kasih sudah menemaniku berbicara." Alice melepas tangannya lebih dulu dan berdiri untuk naik bus yang sudah mulai berhenti.
Dengan segera Alice naik bus saat pintu sudah dibuka. Alden merapikan barang-barangnya dan ikut masuk ke dalam bus. Tidak ada pembicaraan di antara mereka sepanjang perjalanan. Hingga akhirnya Alice berhenti di pemberhentian bus di dekat tempat kerjanya.
"Aku duluan, ya." Alice berpamitan kepada Alden saat dia hendak turun.
"Baiklah, hati-hati."
Alice mengangguk dan keluar lalu berjalan ke menjauh dari sana. Alden memperhatikan Alice yang terus berjalan. Melihat pakaian formal yang digunakan oleh Alice dia dapat memastikan bahwa wanita itu akan pergi untuk bekerja.
Bus yang dikendarai Alden terus melewati Alice yang hendak berbelok menuju Royal Garden. Alden tersenyum samar saat mengetahui di mana tempat Alice bekerja.
Alice memasuki pintu masuk perusahaan dan menghubungi seseorang yang telah memberitahunya tentang terpilihnya dia saat ini.
"Saya sudah berada di perusahaan, jadi, saya harus ke mana?"
"Baiklah, tunggu sebentar, saya akan ke bawah dan menjemput Anda."
Panggilan pun terputus. Alice segera menunggu di sofa yang ada di sana. Memperhatikan setiap detail lobi yang ada di sana, tidak lama seorang wanita cantik datang menghampiri Alice.
"Nona Alice?" Merasa namanya dipanggil Alice mendongak dan menemukan wanita itu.
Seketika Alice terkesiap karena wanita itu begitu cantik. Melihat reaksi dari Alice dia tersenyum dan mendekatinya.
"Mari, Nona. Kita akan menandatangani surat perjanjian dan kontrak yang ada." Wanita berucap dengan sopan dan berjalan duluan.
Mendengar perkataan dari wanita tadi Alice mengikuti ke mana wanita itu akan membawanya. Mereka sampai di sebuah ruangan yang tidak ada penghuninya.
Wanita itu mengambil sebuah dokumen dari dalam laci dan memberikan kepada Alice.
"Ini dokumen kontrak dan persyaratan. Mohon dibaca dan ditandatangani. Ah, sangat tidak sopan bila saya tidak mengenalkan diri lebih dulu. Nama saya Diana, saya sekretaris GM di sini, Tuan Garham yang meminta saya untuk mengurus Anda. Untuk minggu pertama Anda akan saya bimbing, lalu minggu kedua dan seterusnya Anda bisa bekerja sendiri." Wanita bernama Diana itu menjelaskan dan memperkenalkan diri.
Alice mengangguk dan membaca surat kontrak yang diajukan oleh perusahaan, ada banyak poin di poin terakhir Alice mengerutkan kening.
"Tidak boleh melawan perkataan presdir? Jika keluar sebelum masa kontrak berakhir maka akan dikenakan denda senilai satu miliar, lalu jika perusahaan mengeluarkan secara sepihak tanpa ada kesalahan yang dilakukan akan menerima uang ganti rugi senilai satu miliar?" Alice bergumam kebingungan dengan poin terakhir yang berada di sana.
"Ini, maksudnya bagaimana?" Alice benar-benar kebingungan dengan kontrak nomor terakhir.
"Perusahaan Royal Garden adalah perusahaan yang akan memberikan uang ganti rugi jika perusahaan membuat kesalahan, lalu jika pegawai mengundurkan diri sebelum kontrak berakhir maka dia juga harus memberikan uang ganti rugi. Sangat menarik, bukan?" Diana menjelaskan maksud dari poin yang tidak dimengerti oleh Alice.
"Aku tahu. Aku tahu semua itu, apa ini tidak termasuk berlebihan? Membayar satu miliar untuk ganti rugi jika mengundurkan diri, apa ini tidak terlalu berat?"
"Tentu saja tidak. Kontrak kerja selama lima tahun, lalu gaji perbulan juga begitu mahal setiap beberapa bulan sekali jika performa kerja bagus maka akan mendapat kenaikan gaji. Tuan Garham adalah orang yang sangat menyukai pekerjaan yang sempurna, itu sebabnya semua akan berlomba untuk mendapat kenaikan gaji."
Alice terlihat berpikir sejenak. Memang benar gaji yang ditawarkan oleh perusahaan Royal Garden sangat tinggi dibanding perusahaan yang lain. Setelah memikirkan apa yang terjadi Alice pun segera menandatangani surat kontrak yang telah dia baca dengan seksama.
"Sudah." Alice selesai membubuhkan tanda tangan miliknya.
Setelah bertanda tangan maka dia tidak bisa lagi mundur dari perusahaan ini untuk lima tahun ke depan. Lima tahun mungkin akan terasa cepat jika pekerjaan yang dia kerjakan tidaklah menyulitkan dirinya.
"Nona Alice, selamat Anda diterima sebagai sekretaris Tuan Garham. Beliau ingin bertemu dengan Anda untuk menanyakan banyak hal."
Orang yang dipanggil Alice itu mengerutkan kening saat mendengar bahwa presdir ingin bertemu dengannya. Apa dia melakukan kesalahan jika memang dia melakukan kesalahan maka kesalahan apa? Apa sesuatu yang tidak bisa diperbaiki lagi?
"Bertemu dengan saya? Apa saya sudah mulai bekerja hari ini? Atau saya melakukan sebuah kesalahan?" Alice kebingungan.
"Tidak, beliau hanya ingin bertemu dengan Anda untuk menanyakan sesuatu." Diana berbicara kepada Alice dengan tersenyum hangat saat mengatakan itu.
JANGAN LUPA TABURAN BINTANG. SEMUA ITU GRATIS.
Semoga suka.
Salam sayang
Author L
17 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...