Alice juga Anton saat ini berada di luar perawatan Alex. Mereka saling diam dan tak mengeluarkan suara.
"Jadi?" Alice mengeluarkan suara untuk pertama kali setelah terdiam sedari tadi.
"Hm? Apanya?" Pandangan Anton masih tertuju ke depan.
"Apa yang terjadi antara keluargamu dan Alex? Dia bilang nyawa adikmu berada di tangannya, apa maksudnya?" tanya Alice penasaran.
Anton menghela napas dan menyandarkan diri di kursi, menatap langit-langit rumah sakit. "Itu, ya, adikku bernama Stella, ia berumur lima belas tahun lebih muda dibanding aku. Sejak kecil ia sudah memiliki fisik yang lemah, ibuku meninggal saat melahirkan dia, ayah berjuang keras untuk menghidupi kamu berdua. Hingga akhirnya ayah meninggal tiga tahun lalu, bertepatan dengan itu kondisi Stella semakin memburuk dan tiga tahun lalu juga Stella mengalami kecelakaan, orangnya tak bertanggung jawab hingga akhirnya tak membuka mata hingga sekarang. Koma, dia mengalami koma selama ini, aku tak ingin kehilangan dia satu-satunya, hingga akhirnya selama itu yang membayar seluruh biaya perawatan adalah Tuan Alex. Dia yang menyelamatkan dan mempertahankan nyawa adikku, gajiku tidaklah cukup untuk biaya pengobatannya."
Alice tak percaya dengan apa yang didengarnya kali ini, itu sebabnya Anton begitu takut dengan ancaman Alex tadi, ada nyawa yang dipertaruhkan.
"Lalu, apa hubungannya dengan gadis tadi? Kenapa ia mengancammu karena gadis tadi?" tanya Alice bingung.
Lagi-lagi Anton menghela napas saat mendengar pertanyaan itu, kini ia menatap pintu kamar Alex dirawat mereka belum selesai berdebat.
"Karena syarat agar Tuan Alex terus membiayai pengobatan adikku adalah dengan menjauhkan Mita dari pandangan Tuan Alex. Ia tak menyukai Mita sama sekali."
"Lalu, kenapa kau memberitahukan bahwa Alex akan datang kemari jika tahu bahwa Alex menyuruhmu untuk menjauhkan gadis itu dari Alex?" tanya Alice bingung.
"Tiga tahun bersama dengan Mita sudah pasti ada banyak hal yang terjadi, timbul perasaan yang tak biasa di dalam hatiku. Aku tahu tak pantas untuk mengatakan ini, tapi aku ingin mengatakan ini untuk membuatmu mengerti kenapa aku berbuat sejauh ini. Aku tak tega melihatnya terus bertanya kapan Tuan Alex akan datang kemari, aku memberitahunya dengan syarat agar dia dan muncul di hadapan Tuan Alex. Aku tak menyangka bahwa kejadiannya akan serumit ini." Anton meremas rambutnya bagian belakang dan menunduk sedih.
Alice terdiam. Ia sedikit tahu otak permasalahan yang terjadi saat ini, ia tak bisa sepenuhnya menyalahkan Anton karena insiden kali ini, permasalah antara Mita dan Alex juga tak semudah itu dari yang terdengar tadi.
Alice menepuk bahu Anton. "Tenanglah, jika sesuatu terjadi dan Alex berbuat sesuatu yang tidak-tidak kau bisa datang ke tempat ini dan mengatakan bahwa Alice yang meminta orang itu untuk menolong." Alice menyodorkan sebuah kertas yang berisikan sebuah alamat.
"Alamat siapa?" tanya Anton heran.
"Seseorang yang tidak akan menolak bantuanmu atas namaku. Aku harap kau berbuat sesuatu yang tidak-tidak terhadap Alex atau aku akan membuatmu menderita." Wajah Alice berubah menjadi mengerikkan saat mengatakan hal terakhir.
Anton yang mendengar itu mengangguk mengerti dan menyimpan kertas itu di dalam kantong celananya.
Alice bangkit dan merenggangkan otot, berjalan menuju ruang Alex dirawat. Ini sudah lama, tetapi Mita belum juga keluar dari ruangan Alex dirawat.
"Saatnya membereskan sesuatu, tunggulah di sini aku akan menyelesaikan masalah di antara mereka." Alice berjalan dan membuka pintu.
Suara tangisan terdengar saat ia membuka pintu. Ia dapat melihat Mita yang sedang menutupi wajah Alex dengan bantal.
"Apa yang kau lakukan?!" Alice terlihat murka dan berlari mendekat menarik agar Mita menjauh dari sana.
Alex menutup mata dadanya juga tak bergerak sama sekali, tidak mungkin Alex meninggal, 'kan?
Dengan tak sabaran Alice memencet tombol darurat yang berada di samping ranjang.
"Minggir, aku akan membunuh orang yang tak menyukaiku, aku akan membunuhnya," ujar Mita bak orang gila.
"Jangan mendekati Alex lagi jalang!" teriak Alice sambil mendorong Mita hingga terjatuh jauh dari tempatnya.
Anton yang melihat itu segera mendekati Mita dan menahan wanita itu agar tak berbuat hal yang tidak-tidak, ia tak tahu apa yang terjadi, tetapi dari raut wajah Alice sesuatu yang buruk telah terjadi.
Segerombolan suster datang dengan dokter yang menangani Alex tadi. Mereka segera memeriksa apa yang terjadi setelah meminta agar orang yang di dalam ruangan untuk keluar.
"Kau adalah wanita menjijikkan! Kau sudah tidak memiliki akal sehat!" teriak Alice tak peduli bahwa mereka saat ini sedang berada di rumah sakit.
Anton masih memegangi Mita dengan erat agar tak melakukan perlawanan.
"Aku akan membunuh Alex, jika aku tak dapat memilikinya maka orang lain juga tak boleh memiliki Alex. Alex hanya milikku ia tidak boleh dimiliki oleh siapa pun. Jika Alex ingin membuangku maka aku harus membunuh Alex!" balas Mita sambil memberontak.
Anton cukup terkejut dengan apa yang didengarnya. Apa ini Mita yang sesungguhnya? Selama ini Mita selalu bersikap manis dan baik hati, ia tak tahu bahwa wanita itu dapat bersikap mengerikkan seperti ini.
Tamparan keras menghampiri pipi Mita saat selesai mengatakan itu. Wajah Alice terlihat mengerikkan saat melakukan itu, amarah terlihat jelas di sana, siapa pun akan ketakutan melihat semua itu.
"Jika sampai terjadi sesuatu kepada Alex aku akan menuntutmu tak perduli apa pun yang terjadi. Kau benar-benar tak pantas untuk dicintai oleh siapa pun, kenapa kau tak mati saja!" teriak Alice di akhir kalimat.
Pemberontakan dari Mita terhenti saat mendengar perkataan Alice yang terakhir, perkataan itu seakan menjadi pukulan sendiri bagi Mita.
"Kenapa semua orang menginginkan aku agar mati? Kenapa?" lirih Mita.
"Karena kau adalah wanita yang tak tahu malu dan menjadi sampah kehidupan, kau ingin membunuh Alex dan kau membunuh adiknya juga. Kau benar-benar tak pantas untuk hidup di dunia ini!" Alice mengatakan itu tanpa memikirkan apa akibat dari perkataannya.
Anton sedikit terkejut dengan apa yang didengarnya. Mita juga sudah tak melakukan perlawanan, mungkin lebih baik jika ia menjauhkan Mita dari Alex maupun Alice.
"Aku akan membawanya pergi. Maafkan perlakukan dia tadi, aku harus menghubungi keluarganya agar membawa Mita pergi dari sini." Anton menggiring Mita yang sudah berdiam diri.
Rupanya perkataan Alice menjadi pukulan tersendiri terhadap mental Mita. Air mata terus luruh dari pelupuknya saat meninggalkan tempat kejadian.
Sudah cukup lama dokter berada di dalam ruangan, tapi tak kunjung keluar juga. Rasa takut muncul di lubuk hati Alice, jika sampai Alex kenapa-napa maka dia sudah gagal menjaga lelaki itu.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.
Yo, gimana menurut kalian dengan kondisi Alex saat ini?
Semoga suka.
Salam sayang.
Author L.18 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...