Louina menatap Alice dengan tatapan merendahkan.
"Berhentilah menjadi duri dalam hubunganku dan Alex!" ujar Louina sembari berjalan mendekat.
"Duri? Apa aku terlihat seperti tumbuhan berduri sehingga kau menyebutnya aku ini adalah duri di hubunganmu dan Bos. Hubunganku dengan dia hanya sebatas bos dan bawahan, seharusnya aku yang mengatakan berhentilah menuduhku yang tidak-tidak, jika memang benar-benar kesal maka aku akan merebut Alex, loh," ujar Alice dengan sombong.
Bisik-bisik orang yang berada di sana pun mulai terdengar, semua tentu saja menyudutkan Alice yang dianggap sebagai periksa dalam sebuah hubungan seseorang.
Louina mengepalkan tangan saat berada di hadapan Alice, hanya tinggal beberapa langkah saja, Diana memegang pundak Alice saat wanita itu hendak ikut maju mempersempit jarang di antara mereka berdua.
"Jagan berbuat yang tidak-tidak," ujar Diana memperingatkan ia memiliki firasat yang buruk tentang semua ini.
"Mulut jalang sepertimu memang pantas untuk diberi pelajaran, ingatlah jauhi Alex dan aku akan membiarkanmu hidup dengan damai. Berkemaslah dari perusahaan ini!" Louina mengucapkan itu dengan lantang.
Mendengar itu Alice sudah tidak tahan lagi, dia melepas tangan Diana yang menahannya. Dia berjalan untuk berhadapan langsung dengan Louina. Memang tinggi Louina lebih sedikit dibanding dirinya, tetapi dari segi wajah sudah jelas Louina berada di bawah level Alice, Alice memang cantik tanpa riasan menor seperti Louina.
"Jika aku jalang lalu kau siapa?" tanya Alice dengan nada yang begitu dingin.
Semua orang berbisik satu sama lain untuk mengatakan bahwa Alice terlalu berani untuk melawan orang seperti Louina. Terlebih lagi keberanian itu di tempat terbuka seperti ini.
"Lalu kau apa jika aku memang seorang jalang? Dengan dada transpalansi yang besar seperti gentong, bibir merah menyala seperti usai makan darah segar, make-up yang begitu tebal untuk menutupi kerutan di sepanjang wajahmu. Siapa yang akan kau goda dengan penampilan yang seperti itu? Bahkan mungkin saja kucing di samping rumahku tidak akan tergoda dengan wanita sepertimu!" Alice menunjuk wajah Louina dengan penuh percaya diri.
Wajah Louina terlihat marah mendengar Alice yang terang-terangan mengatakan hal itu, ia menangkap tangan Alice yang menjuknya dan memeremas jari Alice dengan keras. "Kau!"
"Shh," erang Alice saat merasakan jari telunjuknya begitu.
"Kau itu bukan siapa-siapa!" Alice menendang Louina dengan keras agar menjauh dan melepas jarinya.
Benar saja hal itu efektif membuat Louina mundur jauh dan terjatuh secara mengenaskan. Alice melihat jarinya yang terasa mati rasa.
"Kau itu belum menikah dengan Bos dan mengaturku agar keluar dari perusahaan ini, kau diakui oleh Bos saja itu tidak mungkin! Berhentilah bermimpi dan bangunlah, ingat untuk tidak mencariku karena alasan sepeleh seperti ini atau aku akan benar-benar membuatmu merasakan apa itu yang namanya penghinaan yang besar!" Alice berbalik dan meninggalkan tempat kejadian.
Orang-orang yang berkumpul mendekat untuk membantu Louina.
"Jagan sentuh aku dengan tangan kotor kalian! Menjauhlah!" teriak Louina sembari mengibaskan tangan dan bangkit sendiri.
Kesan anggun yang mereka dapat saat melihat di TV lenyap seketika, mereka bubar dan meninggalkan Louina seorang diri di lobi tadi.
Louina bangkit dan mengambil ponselnya di dalam tas, ia harus memberi kabar kepada Andre apa yang sudah terjadi saat ini.
Deringan ketiga panggilan itu tersambung. "Semua rencana yang sudah kau sarankan gagal total, kau harus membantuku dengan cara lain. Tidak hanya gagal total, tapi dia mempermalukan aku sedemikian rupa!"
"Ya, aku tidak mengira bahwa dia akan keras kepala seperti itu, aku akan mencari cara lain agar dia mau meninggalkan Alex. Tenang saja tidak perlu cemas," ujar suara di seberang dengan santai.
"Kali ini aku tidak ingin ada kegagalan, lakukan dengan benar dan sukses, aku tidak menerima yang namanya gagal kali ini!" Louina mengatakan itu dengan penuh penekanan.
"Ya, baiklah. Kali ini pasti akan sukses, aku akan mematikan telepon sebelum ayah memarahiku."
Panggilan di antara mereka benar-benar putus dan Louina meninggalkan lobi yang sudah sepi karena sudah pergi untuk makan siang.
👻👻👻
Alice bersungut-sungut sembari mengelus jari telunjuknya yang berdenyut sakit karena remasan dari Louina yang hampir mematahkan tulang jarinya.
"Aku akan menyumpahi wanita itu agar segera mati saja! Berani sekali dia melakukan ini padaku, aku benar-benar kesal sekarang!" omel Alice saat mereka sudah berada di dalam lift menuju lantai dasar.
"Sudahlah, lain kali jangan digubris omongannya dia memang seperti itu. Kita makan siang di restoran seberang saja, aku yang traktir tidak usah sedih lagi," ujar Diana sambil merangkul Alice.
"Wuah, benarkah? Kalau begitu aku kali ini tidak perlu mengeluarkan uang, lain kali kalau bos memberiku bonus maka aku akan mentraktirmu," ungkap Alice sembari memeluk Diana.
Alice merasa senang karena memiliki teman kerja yang seperti Diana, sejauh ini banyak yang menjauhi Alice karena sikap acuh dan kata-kata yang tajam selalu keluar.
Semasa sekolah di desa pun semua terlihat menjauhinya setelah ia bertengkar dengan seseorang karena masalah sepeleh, kuliah pun Alice terlalu sibuk sehingga hanya memiliki teman yang datang lalu pergi saja. Jika dipikir ulang kehidupan Alice begitu menyedihkan, tidak pernah memiliki teman dekat, hanya memiliki satu mantan kekasih yang diputuskan karena Alice tidak suka dengan sikapnya yang terlalu sok benar dan juga sedikit kasar.
Diana sendiri hanya terlihat melihat tingkah Alice yang terlihat seperti anak kecil tidak seperti tadi yang menakutkan. Diana sendiri gak peduli seperti apa Alice itu, tetapi satu hal yang pasti Alice berbeda dengan sekretaris Alex yang lain. Sekretaris yang lalu selalu saja membuat dirinya naik darah karena mau saja dicubu di tempat kerja seperti ini.
Akhirnya mereka sampai di lantai dasar dan segera keluar setelah pintu terbuka. Mereka berjalan bersisian untuk menuju luar perusahaan.
Sesampai di luar ponsel Diana berbunyi. "Aku mengangkat telepon dulu, seperti ada sesuatu yang penting sehingga pak GM menghubungiku," ujar Diana sedikit menjauh.
"Ya, baiklah, aku akan menunggu di pinggir jalan saja," ujar Alice berjalan lebih dulu menuju pinggir jalan yang ramai dengan banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang.
Alice terlihat sibuk dengan ponsel yang baru ia ambil dari tas yang ia bawa. Sehingga Alice tidak menyadari seseorang yang berada di belakangnya siapa.
Bau menyengat dan kepala Alice terasa berat kala sebuah kain tepat mengenai hidung dan mulut. Memberontak pun percuma kekuatannya seakan hilang dan semua berubah menjadi gelap kala kesadarannya menghilang.
Ponsel juga tasnya jatuh berceceran di tempat kejadian. Penculik itu sudah jelas tidak menginginkan barang yang di bawa oleh Alice, yang diinginkan adalah Alice sendiri.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.
Hayo, loh, Alice diculik orang, menurut kalian siapa yang menculiknya?
Sesuai janji hari ini double up karena tembus target yang komen. Semakin kalian banyak meninggalkan komentar semakin aku bahagia, siapa tahu mau double up setiap hari .( ngimpi aja setiap hari up, orang pemalasan banget mau double up!) 🥰🥰🥰🥰🥰
Semoga suka .
Salam sayang.
Author L02 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...