Setelah mengatakan sesuatu yang kasar kepada Alex, Alice merasa tenang karena Alex lebih banyak diam dan hanya memerintahkan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan.
Satu minggu lebih Alice berada di sana dan sudah beberapa hari Diana hanya berkunjung sekadar mengajaknya makan siang bersama.
"Alice," sapa Diana saat mendatangi tempat Alice.
"Oh, Kak Di. Hari ini aku tidak bisa makan siang bersama. Pekerjaanku masih banyak, Kakak duluan saja."
Diana terlihat kecewa dengan penolakan Alice. Namun, dia bisa memaklumi bahwa Alice baru bekerja sudah pasti akan mendapat banyak pekerjaan, terlebih dia adalah sekretaris dari presdir.
Mungkin jika di dalam novel sekretaris hanya leha-leha menggoda presdir. Namun, berbeda dengan Alice yang harus berurusan dengan setumpuk dokumen harus meneliti berbagai laporan, membaca dengan teliti agar tidak terdapat kesalahan.
"Baiklah, semangat, ya. Aku akan memesankan makanan untukmu. Meski banyak pekerjaan jangan lupa untuk mengisi perutmu."
Diana segera meninggalkan Alice setelah mendapat persetujuan dari Alice. Sedangkan Alice kembali sibuk dengan tumpukan kertas yang rasanya tiada habisnya.
Telepon di tempat Alice berbunyi. Dengan cekatan Alice mengangkat telepon itu.
"Halo, ini dengan Alice."
"Ke ruanganku sekarang!"
Alice yang hafal dengan suara itu segera meninggalkan pekerjaan dan menuju ruangan Alex berada. Sejak saat itu juga Alex tidak pernah menggoda atau berucap vulgar kepadanya.
"Tuan, apa ada sesuatu yang Anda inginkan?" Alice bertanya dengan sopan.
"Malam ini ada pesta di hotel xxx aku mau kamu menemaniku datang ke sana. Akan ada banyak relasi bisnisku yang datang di sana, siapkan pulpen juga kertas jika ada sesuatu yang penting kau bisa mencatatnya. Lalu, gunakan pakaian yang sopan dan tidak mempermalukan aku saat berada di sana."
Ini pertama kalinya Alex berbicara panjang lebar usai pertengkaran mereka waktu itu. Meski sedikit kesal Alice menuruti perkataan Alex.
"Baik, Tuan. Saya akan menggunakan pakaian yang tidak akan mempermalukan Anda."
Alex mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya. "Ini kartuku, gunakan untuk membeli sebuah kado juga gaun untukmu."
Alice mengambil kartu yang disodorkan oleh Alex. "Terima kasih, Tuan, tapi saya memiliki uang sendiri untuk membeli gaun. Anda tidak perlu untuk membelikan sesuatu yang tidak perlu untuk saya."
"Terserah. Segera pergi dan belikan kado. Waktumu tidak banyak, jam lima kita akan berangkat. Jangan lupa kata sandinya adalah ulang tahunku."
Alice mengangguk mengerti, meski dirinya tidak mengetahui berapa ulang tahun dari Alex dia enggan bertanya. Lebih baik dia akan bertambah kepada Diana atau yang lainnya saja.
"Kalau begitu saya pergi dulu, Tuan. Saya akan sampai kembali di sini sebelum jam tiga."
"Tunggu, hadiah ini untuk lelaki kira-kira berusia lima puluh tahunan. Harus sesuatu yang cocok untuknya."
"Baik, Tuan. Saya pergi dulu." Alice kembali berpamitan.
Alex mengangguk dan kembali sibuk di depan komputer. Setelah pintu tertutup dia menatap pintu itu dengan tatapan tajam seakan tatapannya itu bisa melubanginya pintu kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...