CM- 30 (Si Mesum)

18.2K 667 43
                                    

Alice merenggangkan ototnya setelah memeriksa tumpukan dokumen. Pekerjaannya tidak begitu banyak karena saat di Singapura kemarin Diana membantunya.

"Ah, lelahnya, aku haru menyerahkan menyerahkan dokumen ini kepada Bos lalu makan siang di kantin bersama Kak Diana," ujar Alice sembari merapikan dokumennya.

Ponsel Alice berbunyi, sebuah pesan dari Alden. Lelaki itu mengajak Alice untuk bertemu dan meminta agar bisa bertemu hari ini.

"Siapa yang mau menemui orang yang menakutkan seperti itu, aku harap dia menggangguku lagi," sinis Alice sembari berbicara sendiri.

Alice membawa tumpukan berkas itu ke ruangan Alex, karena kesusahan untuk membuka pintu akhirnya Alice harus berbicara keras di depan pintu agar dibukakan.

"Bos, bisa bukakan pintu? Aku kesusahan untuk membukanya!" teriak Alice dari depan kantor Alice.

Alice menunggu selama beberapa detik, tidak ada suara langkah kaki, juga tak ada pintu dibuka. Alice menendang pintu dengan kesal.

"Bos, tolong bukakan pintu. Aku mohon!" teriak Alice lebih keras.

Lelaki yang sedang sibuk di depan komputer mulai kesal dan bangkit dari duduknya.

Dengan kesal ia membuka pintu, wajahnya benar-benar tak enak dilihat. "Mulutmu kenapa berubah menjadi toa? Kau membuat telingaku sakit!" protes Alex.

"Hah? Kau ini bicara apa?" Alice mengabaikan Alex dan melewati lelaki itu begitu saja.

Melihat Alice yang mengabaikan dirinya tiba-tiba ide gila terukir di wajahnya. Sudah begitu lama dia tidak menggoda wanita itu.

"Alice." Suara Alex terdengar genit saat menyebutkan nama itu.

Alice yang mendengar itu mulai memiliki firasat buruk, ia buru-buru meletakkan berkas di meja lelaki itu.

"Ekhm, Tuan, aku sudah meletakkan dokumen yang perlu kau lihat ulang," ujar Alice memasang wajah datar setelah mendengar suara tak enak didengar milik Alex.

Alex tersenyum miring dan memeluk Alice begitu saja, sesuai dugaan tubuh wanita itu langsung menegang. "Bagaimana jika kita membuat anak?" bisik Alex tepat di telinga Alice.

"Maaf, Tuan ini berada di kantor. Anda harus bisa membedakan mana tempat kerja dan mana di rumah." Alice memberontak dan mencoba melepaskan diri dari pelukan lelaki itu.

Senyum miring tercetak dengan jelas. "Jadi, saat berada di rumah kau bersedia untuk berada di bawahku?"

"Berengsek!" teriak Alice sembari mendorong Alex dengan sekuat tenaga, wajahnya merona saat mendengar kata-kata itu.

Alice tidak mengerti dengan sikap Alex kali ini, apa lelaki itu salah minum obat atau bagaimana. Sudah lama sejak lelaki itu bersikap menyebalkan seperti kali ini.
Wajah Alice benar-benar terlihat marah saat ini.

"Ayolah, terlebih kita ini sudah pernah tidur satu kamar sebelumnya, kenapa masih malu-malu seperti itu. Kita hanya harus tinggal satu kamar lagi dan melakukan sesuatu yang panas, mungkin," ujar Alex dengan santai.

Sesuai dugaan Alice benar-benar kesal dengan perkataan Alex. "Kalau kau benar-benar bersikap kurang ajar lagi aku benar-benar akan mengundurkan diri dari perusahaanmu dan mencari pekerjaan di tempat lain!" ujar Alice dengan serius.

Mendengar itu Alex sedikit tertegun, ia menghela napas dengan lega dan tertawa melihat ekspresi marah Alice.

"Hahahaha sesuai dugaan, responsmu masih sangat bagus. Aku hanya bercanda saja tadi, ternyata kau masihlah kucing liar yang akan menunjukkan taring saat ditemui orang asing," ujar Alex dengan santai dan melipat tangan di depan dada senyum puas juga tercetak di wajah Alex.

CEO Mesum (COMPLETED) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang