Satu Minggu sudah Alice mengurung diri di rumahnya, selama itu pula Alex selalu menyempatkan diri untuk datang menjenguk Alice.
Hubungan bos dan sekretaris seakan hilang begitu saja. Selama satu minggu pula Alex bagaikan kekasih yang datang untuk memberikan semangat.
Hari ini Alice sudah mulai masuk bekerja, Alex juga terlihat antusias saat mendengar Alice akan kembali bekerja hari ini, tak sia-sia ia selalu mendatangi wanita itu untuk menghibur saat sedih.
"Alice," sapa Alex riang saat wanita itu mengantarkan dokumen ke ruangannya.
Alice menampilkan senyum paksa saat mendengar sapaan dari Alex. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana dengan atasannya itu.
"Bos, ada apa?" tanya Alice sembari tersenyum masam.
"Tidak, hanya saja aku ingin menyapamu. Bagaimana dengan hari ini? Nanti siang makan siang denganku, ya." Alex mengatakan itu seakan tak ada beban.
Alice tersenyum tipis dan mengangguk. Ia tahu Alex berusaha keras untuk menghiburnya selama ini, jujur saja ia tersentuh dengan perlakukan Alex yang seperti ini, tetapi ia tak pantas untuk mendapatkan semua itu, dia hanyalah wanita hina saat ini.
"Baiklah, kita bisa makan siang bersama." Alice menjawab ajakan Alex.
Alex yang melihat itu menghela napas. Ia tak tahu apa isi dari otak wanita itu, tetapi ia sedikit tahu bahwa ada sesuatu yang dipendam oleh Alice selama ini.
"Ada apa?" tanya Alex serius.
Alice menatap Alex bingung. "Hum? Apa maksudmu?"
"Kau terlalu banyak merenung, ceritakan kepadaku ada apa?" tanya Alex langsung pada intinya.
Alex menahan tangan Alice yang hendak pergi meninggalkan ruangan Alex.
Alice melepas tangan Alex dengan pelan dan menatap pintu ruangan yang masih tertutup.
"Tidak ada, aku hanya merasa bersalah atas meninggalnya ayah. Dia seperti itu karena aku, dia kehilangan nyawanya karena aku." Suara Alice terdengar bergetar.
Mendengar itu Alex melangkahkan kaki dan memeluk Alice dari belakang, ia tak tahu harus mengatakan apa.
"Tidak, semua itu tidak benar. Dia meninggal bukan karena kamu, dia meninggal karena menyelamatkan polisi yang hendak tertembak saat itu. Andai dia tak menolong polisi mungkin dia tidak akan meninggal, terlebih dia sangat menyayangimu, dia akan melakukan apa pun agar kau bisa dibebaskan oleh orang itu."
Tangisan Alice pecah seketika, ayahnya memang sangat menyayanginya sehingga berani menghapus sesuatu yang penting dari hidupnya demi dirinya sendiri.
"Ya, dia sangat menyayangiku. Sehingga apa pun terus ia lakukan demi bisa membuatku terus tersenyum. Terlebih lagi aku ini hanyalah wanita hina saat ini, lebih baik kau menjauh dariku," tangis Alice saat mengingat kembali bahwa ia sudah pernah dinodai sedemikian rupa oleh Reyshal.
Alex tertegun saat mendengar itu, apa maksudnya Alice mengingat apa yang terjadi di masa lalu?
"Apa kau?" tanya Alex tak percaya.
"Ya, aku tak tahu apa yang dilakukan oleh ayah kepadaku di masa lalu, tapi aku mengingat kembali karena lelaki itu. Aku sungguh ingin melihatnya tersiksa saat di alam yang berbeda dengan kita," ujar Alice dengan penuh amarah.
Di tengah tangisan ia juga dapat merasakan amarah, kejadian beberapa tahun silam seakan masih terasa kemarin di saat seperti ini. Rasa sakitnya yang membuat Alice ingin terus menangis dan mengakhiri hidupnya.
"Lupakanlah yang lalu." Alex mengeratkan pelukannya. "Aku di sini akan selalu ada untukmu dan memelukmu seperti ini saat kau membutuhkan tempat untuk bersandar. Ingatlah kata-kata ini, aku menyukaimu, tak peduli apa pun yang terjadi di masa lalu atau masa mendatang."
Alice membisu saat mendengar itu. Suasana hening hingga akhirnya Alice berkata, "Jangan bercanda hal semacam ini untuk menghiburku. Aku tidak suka dipermainkan." Alice mencoba untuk melepas pelukan Alex.
Nada Alice terdengar kecewa saat mengatakan itu, ia memang benar-benar tak berharap bahwa akan ada orang yang menghiburnya dengan cara kuno semacam ini.
"Apa aku terlihat bercanda?" tanya Alex dan membalik Alice agar menghadapnya.
Dengan cepat Alex mencium Alice, ciuman yang lembut tak ada tuntutan atau semacamnya. Hanya sebuah ciuman penuh perasaan.
"Apa bercanda dengan apa yang aku katakan? Aku sama sekali tidak bercanda, di sini kau bisa merasakannya?" Alex mengatakan itu setelah melepas ciumannya dan membawa tangan kanan Alice menuju dadanya.
Jantung Alex memang berdetak sangat kencang.
Wajah Alice merona saat melihat kesungguhan dari Alex.
"Aku tidak pernah bercanda dengan perasaanku, dia hanya akan berdetak seperti ini hanya bersamamu, tidak dengan orang lain. Aku tak peduli dengan masa lalumu sekotor apa pun, aku sendiri juga bukan orang yang suci, sudah banyak orang yang aku rasakan di masa lalu, tapi aku harus mengakuinya, sejak aku bertemu denganmu aku sudah tidak pernah berhubungan dengan siapa pun, percaya padaku, ya!" Alex mengatakan itu dengan serius.
Alice merasakan pipinya semakin panas, jantungnya juga berdetak tak beraturan saat mendengar pengakuan dari Alex. Ia menarik tangannya dan kembali berbalik.
"Siapa yang bertanya kau berhubungan dengan siapa selama mengenalku. Aku harus kembali bekerja, kau menyebalkan sekali!" ujar Alice dengan ketus.
Alex melihat wajah memerah Alice tadi, ia tahu apa yang dikatakan berbeda dengan apa yang dirasakan oleh wanita itu.
"Aku hanya memberitahumu, jangan lupa hari ini kita akan makan siang bersama. Ikuti apa kata kekasihmu ini," ujar Alex dengan bangga.
Kekasih? Wajah Alice kian memerah, sejak kapan dirinya menjadi kekasih dari lelaki mesum seperti Alex. "Aku ini bukan kekasihmu! Kau tidak pernah mengatakan itu!" Alice menutup pintu dengan keras dan bersandar di pintu sembari memegang dadanya.
"Perasaan apa ini, sepertinya aku harus mencuci muka lebih dulu agar tidak terus terbawa perasaan seperti ini. Dia itu seorang bajingan, pasti sudah banyak wanita yang digombali semacam itu." Alice berjalan menuju kamar mandi yang berada di lantai bawah.
Di lantai sana memang ada toilet, tetapi Alice lebih suka menuju lantai bawah karena selain lebih nyaman juga bisa berjalan-jalan sebentar.
👻👻👻
Alex menatap kosong ke arah komputernya yang menyala, ia masih kepikiran dengan ciuman tadi, Alice sama sekali tak menolak atau semacamnya. Wajah wanita itu juga terlihat merona, ini kali pertama ia melihat hal semacam itu dari Alice.
"Aku mengatakannya, aku harus bagaimana saat mengahadapinya nanti? Apa aku harus memperlakukan dia sebagai kekasih?" tanya Alex kepada dirinya sendiri.
"Tidak, tunggu dulu, tadi Alice mengatakan bahwa aku belum pernah mengajaknya untuk menjadi kekasihku, apa itu artinya aku harus mengajaknya untuk menjalin hubungan secara serius?"
Alex begitu heboh dengan apa yang terjadi tadi, ia seakan mengabaikan tumpukan dokumen yang menunggu untuk ditinjau ulang olehnya.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.
Hayooo, menurut kalian nanti, Alex bakal mengajak Alice menikah atau berpacaran, nih?
Semoga suka.
Salam sayang.
Author L08 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...