CM- 25 (A&A)

15K 722 12
                                    

Jas hitam, kemeja putih, dasi kupu-kupu hitam melekat di tubuh Alex, ia tidak tahu kenapa harus berpenampilan seperti ini. Terlebih pagelaran sudah digelar selama hampir setengah jam, sudah waktunya untuk tampil juga.

"Sekarang giliran kalian, bergayalah dengan anggun dan penuh perasaan," ujar Elios saat giliran Jack datang juga.

"Alice, dia?" tanya Alex bingung.

"Aku sudah menyuruh seseorang untuk membawa Alice ke belakang panggung, ingat yang aku katakan tadi," ujar Elios memperingatkan.

"Baik, aku mengerti," ujar Alex sembari bangkit dari tempatnya menuju luar ruangan.

Di sana ia melihat seorang perempuan dengan balutan gaun pengantin, anggun dan menawan.

Tatapan Alex terpaku saat melihat Alice yang seperti itu, ia selalu melihat wanita itu dalam balutan baju biasa dan formal, kali ini menggunakan gaun pernikahan.

Tatapan itu tidak lepas dari tatapan Elios, ia tersenyum jahil saat melihat itu. "Hentikan tatapan cabulmu itu, ia adalah adikku satu-satunya, jangan berfantasi yang sembarangan terhadap adikku," ujar Elios usil dan menepuk pundak Alex.

"Hah? Siapa yang cabul! Jangan asal menuduh, adikmu sama sekali tidak membuatku berselera. Ya, baiklah, aku hanya perlu berpasangan dan berpose sebaik mungkin agar terlihat layaknya pasangan yang sesungguhnya?" tanya Alex memastikan, meski ia mengatakan tak dapat dipungkiri bahwa wajah lelaki itu memerah mendengar perkataan Elios tadi.

"Ya, benar sekali, aku sudah memberitahu Alice apa yang harus dilakukan selama pagelaran fashion kali ini."

Alex mengangguk dan mendekati Alice, merasakan kehadiran seseorang di sebelahnya ia menatap siapa yang berdiri di sampingnya.

Alex memang terkesan biasa saja mengenakan jas itu, tetapi ada yang berbeda dengan jas kali ini, hiasan bunga berada di bagian dada.

"Sekarang giliran kalian, berjuanglah!" ujar Elios saat ia melihat model baru saja kembali.

Alice memegang lengan Alex, merangkulnya dengan mesra seperti arahan dari Elios tadi, menampilkan senyum semanis dan sebahagia mungkin.

"Apa senyumku tidak aneh?" bisik Alice saat mereka sudah hendak memasuki panggung.

Alex memperhatikan Alice yang tersenyum memang terlihat sangat dipaksa, tetapi hal itu cukup terlihat manis di wajah Alice.

"Masih terlihat terpaksa, bayangkan sesuatu yang membuatmu tersenyum dan tersipu," ujar Alex terus berjalan maju.

Alice memutar otak membayangkan apa yang membuatnya tersipu. Pikiran Alice melayang saat dirinya memandikan Alex dan saat ciuman pertama di antara mereka.

"Gawat, wajahku pasti memerah banget, kenapa muncul hal itu,"  batin Alice sembari mengikuti langkah Alex.

Mereka memasuki panggung, panggil besar dengan banyak penonton. Alice mencoba untuk tenang dan menampilkan senyum semanis mungkin.

Sedangkan Alex ia berjalan dengan penuh percaya diri dan menebar senyum di wajah tampannya.

Teriakan kagum menggema saat itu juga, setelah melakukan beberapa gaya dan selesai akhirnya mereka kembali ke belakang panggung.

"Wah, gila kalian benar-benar mengeluarkan aura yang kuat saat melakukan tadi," puji Elios bertepuk tangan.

"Terima kasih atas pujiannya, Kakak," ujar Alice sembari memeluk lelaki itu.

"Berhentilah bermanja-manja, aku harus mengurus yang lain. Segera ganti baju dan tunggu pagelaran selesai, aku sudah menyuruh seseorang untuk menyiapkan pakaian kalian," ujar Elios melepas pelukan Alice.

CEO Mesum (COMPLETED) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang