Alice menghela napas, hari sudah mau petang dan ia masih ikut dengan Alex untuk bertemu dengan Alden di luar.
Alice sendiri baru tahu bahwa Alden adalah seorang pemegang dari perusahaan EV Grup, sebuah perusahaan yang cukup ada nama menurut Alice meski tidak terkenal seperti Royal Garden juga HD Place Grup.
Beberapa kali Alden menatap Alice dan tersenyum, senyuman yang membuatnya merasa tak nyaman.
Ponsel Alex berbunyi, ia mengerutkan kening saat melihat siapa yang menghubungi di saat seperti ini.
"Saya angkat telepon lebih dulu," ujar Alex.
Alden juga Alice mengangguk. Alice berpikir itu adalah telepon yang penting karena Alex berinisiatif untuk mengangkat di tengah pertemuan seperti ini.
"Malam ini mau makan malam bersama?" tanya Alden saat memperhatikan Alice yang terus menatap ke arah Alex yang berjalan menjauh.
"Eh, mungkin kali ini aku ada lembur," ujar Alice agar tidak terlalu formal.
"Yah, padahal kau baru saja pulang dari luar negeri, tapi kenapa langsung lembur seperti itu," ujar Alden heran.
"Ini sudah seharusnya menjadi kewajibanku, banyak pekerjaan yang belum diselesaikan karena ditinggal terlalu lama," kata Alice sambil meminum jus yang hampir habis.
"Andai saat itu kau melamar di perusahaanku." Alden terlihat sedih saat mengatakan itu.
Wulan yang duduk di samping Alden memperhatikan interaksi antara Alden dan Alice.
"Dalam beberapa bulan terakhir EV Grup tidak membuka lowongan pekerjaan, Bos," ujar Wulan mengingatkan.
Mendengar itu Alden menatap tajam ke arah Wulan.
Alice melihat itu hanya keheranan, apa hubungan antara bos dan sekretaris ini tidak baik? Alice hanya mampu menyimpan semuanya di dalam hati tanpa berani mengutarakan isi hatinya.
Alex kembali dan menghela napas saat duduk. "Tuan Ervangsa, kita bisa menunda pertemuan kita menjadi lain kali? Saya harus segera pulang ada kepentingan mendadak," ujar Alex dengan raut wajah menyesal.
"Oh, ya, tidak masalah. Kita bisa melakukan pertemuan di lain waktu," ujar Alden mengerti.
"Alice, kamu bisa langsung pulang dan istirahatlah, aku akan menyuruh orang untuk mengirimkan kopernya ke rumahmu, berikan aku alamat rumahmu," ujar Alex terlihat terburu-buru.
"Oh, tidak perlu. Besok aku akan mengambil koperku, lebih baik kamu pulang saja lebih dulu, hati-hati di jalan," ujar Alice dengan penuh perhatian.
Kamu? Alden sedikit kesal dengan sebutan Alice kepada Alex, sama sekali tidak mencerminkan sebagai atasan juga bawahan.
"Apa hubungan mereka sudah sedekat itu?" tanya Alden di dalam hati.
"Ya, baiklah, segeralah pulang," ujar Alex membereskan laptop juga dokumen miliknya.
Mendengar itu Wulan juga membereskan dokumen juga laptop milik Alden.
"Bos, kita juga harus kembali ke perusahaan," ujar Wulan saat ia sudah selesai membereskan semua.
Alex juga sudah pergi dengan terburu-buru, rupanya memang ada masalah dengan telepon yang tadi dia angkat.
Alice tidak tahu masalah apa, raut wajah Alex terlihat tidak suka juga khawatir di saat bersamaan. Mungkin saja itu berhubungan dengan keluarganya?
"Tidak, aku akan langsung makan malam dengan Alice, kau pulanglah lebih dulu." Alden memberi perintah dengan santai.
Mendengar itu Wulan menatap Alice dengan tatapan tidak suka. Sedangkan Alice yang menjadi target pembicaraan orang itu seakan tidak peduli.
"Tuan Ervangsa, jika Anda masih ada pekerjaan lebih baik untuk segera dikerjakan sebelum terlambat," ujar Alice mulai formal.
"Tidak, menemani orang yang spesial bagiku itu lebih penting. Wulan, pulanglah lebih dulu, maaf, aku tidak bisa mengantarmu," ujar Alden menatap Wulan dengan tatapan memohon.
"Baik, Tuan."
Wulan undur diri dengan kesal. Ia sudah menemani Alden sejak lama, tetapi kenapa ia tak bisa mendapatkan perhatian dari lelaki itu?
"Siapa Alice? Kenapa dia bisa mendapatkan perhatian dari semua orang? Dia sudah memiliki Alex, tapi kenapa masih mencoba untuk mendekati Alden juga?" pikir Wulan heran.
Alden menatap Alice dengan senyuman lebar, ini adalah kesempatan ia untuk mendekatkan diri kepada wanita pujaan, jika ia beruntung maka dia akan berhasil merebut hatinya.
"Malam ini mau makan di mana?" tanya Alden tidak formal sama sekali.
"Ya, di sini juga tidak masalah, apa semua ini tidak masalah? Sekretarismu terlihat tidak suka dengan acara kali ini," ucap Alice merasa tidak enak.
Alice bukannya menutup mata, ia sangat tahu bahwa Wulan tidak menyukai dirinya entah karena alasan apa, tetapi yang Alice yakini adalah alasan utama karena Alden.
"Tidak masalah, dia hanyalah seorang sekretaris tidak lebih. Aku memutuskan untuk membuat janji dengan siapa pun itu tidak ada hubungannya dengan Wulan. Makan malam untuk kita berdua lebih baik di tempat lain saja, aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang bagus," ujar Alden sembari bangkit juga merapikan bawaannya.
"Ya, baiklah, tidak masalah." Alice juga merapikan bawaannya juga.
👻👻👻
Alex memasuki rumah keluarga Garham dengan penuh emosi, ia tak tahu apa yang terjadi sehingga ibunya meminta agar dia datang ke rumah jika tidak datang maka meraka akan menyakiti Alice.
"Alex, kau sudah kembali," ujar Caterin dengan lembut.
"Ya, aku sudah kembali, katakan apa yang kau inginkan kali ini! Si Tua Bangka itu tak ada di rumah, kan, sehingga kau berani memintaku untuk pulang?" tanya Alex dengan penuh amarah.
"Sayang, aku sudah menunggumu begitu lama." Suara seseorang yang baru saja turun dari tangga.
Louina berdiri di tengah tangga dan turun dengan tergesa-gesa.
"Louina merindukanmu, itu sebabnya aku menghubungimu untuk datang kemari, aku sungguh tidak menyangka bila nama sekretarismu itu dapat membuatmu datang dengan cepat ke sini." Caterin membawa memeluk lengan Alex dan membawa lelaki itu menuju tangga di mana Louina yang hampir sampai di tangga terakhir.
Alex melepas tangan Caterin dengan keras sehingga menyebabkan wanita tua itu terjatuh di lantai karena hempasan dari Alex dengan keras.
"Aku peringatkan kepadamu, hubungan kita berdua tidaklah sedekat itu. Bagiku kau tetaplah orang hina yang mencoba masuk ke dalam keluarga Garham dan menghancurkan kehidupan ibuku! Dan kau!" Alex menunjuk Louina yang hendak memeluk Alex.
"Aku peringatkan untuk tidak berbicara macam-macam tentang Alice, atau menganggu orangku, bila tidak jangan harapkan aku akan memberimu muka untuk dapat terus bersinar di atas panggung kesayanganmu itu!" Alex mengatakan itu dengan penuh emosi.
"Alex, Louina adalah tunanganmu!" Caterin yang mencoba bangkit mulai meninggikan suara.
"Tunangan? Kapan aku pernah menyematkan cincin ke jari wanita itu? Bukankah semua itu hanyalah hayalan kalian saja, selama ini aku selalu diam dan tidak protes apa pun, tapi ingatlah dan katakan kepada si Tua Bangka itu bahwa aku Alex Garham rela kehilangan segalanya demi bisa menghindari pernikahan dengan wanita ini!" Alex menunjuk Louina di akhir kalimatnya.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.
Yoooo, hari ini update sore lagi, maaf, ya, tadi sibuk banget aku.
Semoga suka.
Salam sayang.
Author L30 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...