Saat ini Alice dan Alex sudah berada di dalam pesta mewah yang diadakan oleh salah satu relasi bisnis yang begitu penting bagi Alex. Alex dengan tidak takutnya mengeluarkan uang miliaran untuk memberikan hadiah kepada orang semacam itu.
Kini Alice tahu orang seperti apa yang akan mendapatkan gelang jam seharga miliaran itu. Dia adalah sang legenda bisnis yang sangat dihormati, Erwin Santoso. Seorang pengusaha yang usahanya sudah dikenal ke berbagai negara di belahan dunia.
"Ternyata lelaki tua ini yang ingin didekati oleh Alex."
Alice juga Alex memberikan ucapan selamat kepada lelaki tua yang saat ini sedang tersenyum hangat.
"Selamat atas bertambahnya umur, Tuan Santoso, semoga semakin berjaya dan dipanjangkan umurnya," ujar Alex dengan senyuman ramah.
"Alex, tidak menyangka orang sesibuk dirimu akan datang ke sini. Aku sungguh sangat tersanjung." Lelaki yang sudah lanjut usia itu juga menunjukkan senyuman yang tidak kalah ramah.
"Undangan dari orang sehebat Tuan tidak mungkin saya abaikan begitu saja. Saya begitu mengidolakan Tuan sehingga saya berusaha keras agar bisa seperti Tuan di hari yang akan datang."
"Kamu juga begitu hebat, andai saja anakku ada yang perempuan maka aku akan menikahkan dia denganmu."
Pujian demi pujian saling dilontarkan oleh mereka berdua entah itu hanya karena hal sepele atau hal yang lainnya, Alice hanya mampu melongo tidak percaya dengan apa yang di dengar. Alex yang mesum tiada tara kini sedang memuji orang lain tidak hanya itu mereka sudah saling memuji puluhan kali apa tidak bosan?
"Apa mulut Alex tidak berbusa? Apa otaknya juga tidak meledak membicarakan kebaikan terus?"
Alice bagaikan kambing congek yang hanya bisa mengikuti tanpa bersuara layaknya orang tuli. Mereka terus memuji hingga kedatangan seorang lelaki membuat pujian di antara mereka terhenti.
"Tuan Santoso, selamat akan bertambahnya umur Anda."
Alice melongo tidak percaya dengan siapa yang dilihatnya.
"Alden," bisik Alice.
Ya, Alice mengingat siapa orang yang baru saja datang itu.
"Oh, Alden, sudah lama aku tidak melihatmu. Bagaimana dengan usahamu? Apa sudah naik?" tanya Erwin antusias.
Keberadaan Alex seketika terhempas saat kedatangan lelaki yang bernama Alden itu. Alex terlihat tidak senang dengan apa yang dilihatnya saat ini, Alice yang memperhatikan interaksi antara Alden juga Erwin.
"Baiklah, ini adalah hari bahagia Anda. Sapalah tamu yang lain, di lain waktu kita masih bisa berbicara lagi. Aku akan menyapa beberapa orang yang aku kenal lebih dulu." Alden berpamitan dengan sopan.
"Ya, baiklah. Jika saja aku masih memiliki anak yang masih lajang sudah pasti akan kunikahkan dengan kalian berdua. Sayangnya mereka sudah menikah semua." Lagi-lagi Erwin mengatakan hal yang sama kepada Alden.
Alex membuang muka saat melihat wajah mengejek dari Alice. Dia pasti akan memberikan pelajaran kepada Alice bila saja tidak sedang berada di pesta semacam ini.
Alden berjalan menghampiri Alice dan tersenyum lebar. "Alice, kita bertemu lagi." Alden berucap dengan ramah.
Alex menatap Alice tidak percaya, bagaimana bisa orang seperti Alice mengenal seorang Alden? Alex tidak dapat memungkiri bahwa Alden termasuk ke dalam jajaran seorang pengusaha yang paling diminati para gadis saat ini.
"Oh, iya. Aku sungguh tidak menyangka dapat bertemu denganmu di sini." Alice berujar dengan santainya tidak ada kesan formal sama sekali.
"Tentu saja. Sebenarnya aku berniat untuk mengajakmu, tapi kau tidak mengangkat panggilanku. Ternyata kau datang dengan Tuan Garham, sudah lama kita tidak bertemu, Tuan." Alden menyapa Alex dan mengulurkan tangan sambil tersenyum hangat.
"Ya, sudah lama kita tidak bertemu. Aku tidak menyangka bahwa sekretarisku mengenal orang sepertimu." Suara sinis dari Alex membuat Alden tersenyum masam.
Sedangkan Alice bagaikan kambing congek yang tidak mengerti apa-apa di saat seperti ini. Terlebih lagi Alice tidak mengetahui bahwa orang sebaik Alden mengenal Alex yang mesumnya tiada tara.
"Ya, Alice adalah orang yang menarik, sangat susah untuk menemui orang yang seperti Alice di zaman yang seperti ini. Boleh aku meminjam sekretarisnya untuk diajak berkeliling?" tanya Alden dengan senyum manis.
Alex menyipitkan mata dan membawa pinggang Alice ke dalam rengkuhannya, suasana di antara mereka terlihat sangat tidak bersahabat. Saling mengintimidasi, kerumunan yang berada di sana seakan tak mengganggu suasana saling mengintimidasi itu.
"Ya, aku sedikit lapar, mungkin bisa Tuan melepaskan pinggangku? Aku ingin mencari makanan." Alice berbicara dengan canggung.
"Baiklah, Tuan Ervangsa yang terhormat, sekretarisku merasa lapar, jadi, kami permisi dulu." Alex masih merangkul pinggang Alice dengan posesif seakan menunjukan bahwa Alice adalah wanitanya.
"Tuan, lepaskan pinggangku, banyak orang yang sedang melihat," ujar Alice lirih.
"Lalu kenapa bila banyak yang melihat?"
Alex seakan tuli dengan komentar Alice yang terus saja mendumel dan mengomel. Tidak hanya itu Alice bahkan tidak segan untuk memberontak saat ada yang memperhatikan mereka.
"Diamlah, jangan banyak bergerak atau aku akan membuat kegaduhan yang lebih parah dibanding ini," ujar Alex memperingati.
Mendengar perkataan Alex yang bersungguh-sungguh itu membuat Alice kehilangan keberanian memberontak kepada lelaki itu. Meski dia belum lama bersama dengan Alex hanya saja ia mengetahui seperti apa Alex secara garis besar.
Alex membawa Alice ke stand makanan. "Pilihlah makanan yang kau suka. Ingat tugasmu jangan membuat kekacauan atau bertemu dengan lelaki lain, aku harus menyapa beberapa orang, setelah selesai makan carilah aku." Alex mewanti Alice akan apa yang harus dilakukan oleh wanita itu.
Setelah Alex menjauh pergi Alice mulai mencibir. "Memangnya dia siapa berani sekali untuk menindasku sampai seperti ini? Aku benar-benar ingin membuat lelaki sombong itu suatu saat mencium kakiku," ujar Alice dengan suara kecil dan tersenyum tidak jelas saat membayangkan apa yang ada di angannya.
Tindakan dari Alice cukup membuat orang di sekitarnya menatap aneh atas tindakannya. Sembari membayangkan Alex akan memohon-mohon di bawa kakinya Alice mengambil makanan dengan angkuh.
Bisik-bisik dari mulut ke mulut mulai terdengar.
"Kau lihat, gadis itu bukannya yang datang dengan Alex?" Para gadis pun mulai bergosip ria.
"Ya, bukankah dia terlihat sangat menakutkan saat seperti itu." Gadis kedua pun ikut menimpali.
"Tidak hanya itu, dia juga terlihat aneh tadi." Gadis ketiga juga ikut berkomentar.
Mendengar itu telinga Alice seakan menjadi besar dan mendengar dirinya ikut tersebut. Tatapan Alice yang setajam silet pun langsung dilayangkan kepada para gadis yang sedang bergosip ria.
"Apa kalian sebagai anak orang kaya tidak malu membicarakan orang lain di hadapannya? Apa mulut kalian belum pernah diberi ajaran sopan santun saat sekolah? Apa perlu aku mengatakan kepada keluarga kalian bahwa mulut kalian masih butuh sekolah?" tanya Alice dengan datar.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.
Yahooooooo, akhirnya bisa update sekarang. Mulai sekarang bakal aktif nulis lagi, sudah cukup malas-malasanku selama ini.
Semoga suka.
Salam sayang.
Author L2 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...