Alice memasuki restoran dengan Alden, Alice tidak tahu apa yang dilakukan oleh Alden, tetapi Alice merasa ada yang aneh dari Alden di saat seperti ini.
"Tuan, kenapa kita harus makan di tempat seperti ini?" tanya Alice saat memperhatikan kemungkinan terbesar adalah restoran ini untuk sepasang kekasih.
"Aku dengar di tempat ini makanannya terasa enak, karena tidak memiliki pasangan aku tidak bisa masuk," ujar Alden dengan senyum lebar.
Alasan yang konyol sekali, bagaimana mungkin Alice akan percaya begitu saja, sudah pasti lelaki di sampingnya ini memiliki rencana lain.
Alden berhenti di salah satu tempat yang belum ditempati. Tempat yang cukup terpencil karena berada di bagian belakang sebelah pojok ruangan jauh dari jendela atau pintu masuk.
Di tempat ini pun terlihat sangat kental akan pasangan masing-masing, saling menyuapi bercanda satu sama lain, benar-benar tempat yang akan membuat para jomlo merasa tersindir.
"Aku akan memesan makanan yang paling direkomendasikan, apa ada yang ingin kamu pesan juga?" tanya Alden dengan lembut.
Alice menggeleng dan memperhatikan sekitar, benar sekali ia merasa kecil karena datang ke sini bukan dengan kekasihnya. Kekasih? Apa Alice memiliki kekasih, jika ditanya begitu maka jawabannya sudah pasti Alice tidak hal yang seperti itu.
"Kenapa dia mengajakku ke tempat seperti ini, sungguh orang yang tidak berperasaan, aku ini seorang jomlo kenapa diajak ke tempat yang penuh dengan adegan manis yang membuat gula darahku naik seperti ini," batin Alice memberontak kesal.
Alden kembali dari tempat pemesanan dan duduk dengan bangga di hadapan Alice, aura penuh cinta muncul di sekitar Alden.
Alice memperhatikan itu dan merasakan firasat yang buruk, ia tak tahu ada apa dengan lelaki di hadapannya kali ini.
"Alice, apa kamu ingat pertemuan pertama kita?" tanya Alden lembut.
"Hah? A-ah, itu seperti di halte bus saat aku hendak menandatangani surat kontrak dengan Royal Garden sepertinya, itu terjadi beberapa bulan yang lalu." Alice tak yakin dengan apa yang dikatakannya, ia hanya mampu menggaruk belakang kepala karena terlalu bingung.
Alice memang mengingat ia pernah bertemu dengan lelaki itu saat itu saja, tapi perlakuan Alden terlihat seperti orang yang sudah bertemu lama sekali. Terlebih pertemuan mereka berdua hanya beberapa kali saja dan berhubungan melalui ponsel saja selain, selain itu Alice sering kali mengabaikan pesan dari lelaki itu.
"Tidak, aku pernah bertemu denganmu saat aku masih kuliah dulu, saat itu aku masih semester empat dan kau kemungkinan masih kelas tiga SMP, mungkin sudah lupa, tapi aku samar-samar mengingatnya kau pernah menyelamatkanku saat aku hendak tertabrak motor, di dekat halte bus." Alden mengucapkan itu dengan senyuman tak pernah luntur.
Alice terperangah SMP kelas tiga? Apa Alice tidak salah ingat? Ia sejak SD sudah tinggal di desa dengan neneknya, tempat itu cukup terpencil dan tidak ada bus atau semacamnya. Saat kuliah dia baru kembali ke kota ini, apa ingatan Alden bermasalah?
"Maaf, aku rasa Tuan Ervangsa salah mengingat, sejak SD aku sudah tinggal di desa terpencil tidak ada halte bus sama sekali, aku kembali ke kota saat aku sudah kuliah, bagaimana mungkin aku bisa menyelamatkan Tuan," ujar Alice heran.
"Tidak, aku tidak mungkin salah mengingat seseorang, itu adalah pertemuan pertama kita, setelah kau menyelamatkanku saat itu kau pergi memasuki sebuah gang kemungkinan itu adalah jalan untuk masuk ke perumahanmu." Alden mengatakan itu dengan penuh percaya diri.
"Ya, mungkin aku yang sudah lupa." Alice tidak yakin dengan perkataannya.
"Apa mungkin dia ini menderita sindrom mythomia? Bagaimana bisa orang berkelas sepertinya menderita sindrom seperti ini, ini benar-benar mengerikkan," batin Alice mulai berpikir yang tidak-tidak.
Sindrom mythomia adalah sindrom yang membuat seseorang terus berbohong untuk meyakinkan diri bahwa semua yang ia pikirkan adalah sebuah kenyataan, dia akan terus melakukan itu untuk membuat dirinya merasa puas dan berbangga diri meski hal ini tidak menguntungkan sama sekali.
Makanan yang dipesan oleh Alden akhirnya datang, dua porsi steak jumbo dan beberapa makanan lainnya, juga minuman yang Alice sendiri tidak tahu apa namanya.
"Makanan penutup akan dikirim saat kita selsai makan, aku harap kamu tidak masalah dengan hal ini," ujar Alden sembari mengambil alih steak milik Alice untuk dipotongkan.
"Itu, aku rasa aku bisa memotong sendiri," ujar Alice malu dengan perlakukan Alden.
"Tidak masalah, tidak bagus bila ada seorang wanita di hadapanku dan aku tidak memotong kan steak-nya." Alden mengatakan itu dengan santai.
Jika wanita lain yang mengatakan itu maka akan terpesona maka berbeda dengan Alice yang merasa merinding dengan tindakan Alden.
Alden mengembalikan steak Alice setelah dipotongkan dengan rapi. "Maaf, aku tidak memotong dagingnya dengan rapi. Aku harap kamu menyukai makan malam denganku, aku akan merasa senang bila kamu juga senang dengan apa yang aku lakukan kali ini."
"Y-ya, aku rasa ini adalah makan malam yang paling berkesan di dalam hatiku," jawab Alice canggung.
Tindakan kecil mereka cukup membuat pasangan yang berada di sekitar merasa iri atas perlakuan Alden.
"Ya, makan malam ini berkesan sangat mengerikkan bagiku, lain kali aku tidak akan mau makan malam denganmu," jerit hati Alice mulai merasa tidak enak.
Alice memakan dengan pelan, ia sangat kesusahan menelan makanannya mengingat kembali sikap Alden yang tidak seperti biasanya.
Setelah berapa lama akhirnya makanan penutup datang saat Alden memanggil pelayan dan mengatakan bahwa mereka sudah selesai makannya.
Sebuah es krim dengan toping cokelat di atasnya, Alice melihat itu seakan melupakan sikap Alden yang begitu aneh kepadanya hari ini.
Dengan penuh semangat Alice menyendok es krim itu dan memakannya. "Wah, ini adalah es krim yang paling enak, aku sangat menyukainya," ujar Alice dengan bahagia.
Melihat itu Alden tersenyum, senyumannya sejak tadi tidak pernah luntur saat melibat ia berhasil makan malam dengan Alice.
"Alice, aku tahu mungkin aku lancang melakukan ini." Alden memegang tangan Alice yang berada di atas meja.
Wajah lelaki itu terlihat merona saat mengatakan itu, Alice menghentikan aksinya memakan es krim saat mendapat sentuhan dari Alden.
"Eh, apa ada masalah? Aku sangat menyukai makan malam kali ini, terutama hidangan penutupnya," jawab Alice polos.
"Ya, yang aku maksud bukan itu, ada hal penting yang ingin aku sampaikan. Ini mengenai apa yang aku rasakan selama ini." Alden menundukkan kepala.
Wajahnya terasa panas dan jantungnya berdetak tidak biasa, perasaan meluap yang membuat ia tak dapat mengendalikan diri.
"Aku menyukaimu, aku sungguh menyukaimu," ungkap Alden dengan susah payah.
Alice membatu, waktu seakan berhenti seketika, Alden menyukai dirinya? Apa ia sedang bermimpi? Apa ini adalah depersonalization disorder tadi ia berpikir bahwa Alden mengidap sindrom Mythomia, lalu kenapa sekarang mengidap depersonalization disorder?
Noted: depersonalization disorder adalah sebuah penyakit di mana seseorang merasa bahwa apa yang dia alami saat itu adalah sebuah mimpi bukan kenyataan.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.
Yo, kalian Tim Alice Alex atau tim Alice Alden?
Semoga suka.
Salam Sayang.
Author L.31 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...