Alice menatap daftar para investor yang diberikan oleh Alex. Ia tersenyum lebar saat melihat nama perusahaan ayahnya terpampang di sana.
Alice beranjak sembari membawa ponselnya untuk menjauh sejenak dari jarak pandang Alex.
"Aku akan pergi ke toilet sebentar, jangan mencariku."
Tanpa menunggu persetujuan Alex, Alice pun berlalu pergi, kini Alex yang merasa keheranan dengan sekretarisnya itu. Ia mengalihkan pandangan dan menatap tempat Alice berdiri tadi, kertas itu menunjukkan profil dari perusahaan HD Place Grup. Sikap Alice yang seperti itu membuat Alex semakin curiga.
Ia berjalan keluar untuk mencari Alice, sudah pasti wanita itu memiliki sesuatu yang disembunyikan selama ini. Samar-samar Alex mendengar suara Alice, wanita itu tidak pergi ke toilet seperti katanya. Ia berada di lorong yang sangat sepi dan terdengar berbicara dengan seseorang.
"Pa, aku mohon. Ini demi anakmu!" mohon Alice.
Suasana hening dan terdengar suara helaan napas. "Baik, aku mengerti, tapi masalahnya tidak semudah itu, aku berhutang nyawa kepada dia. Jika tidak ada dia saat itu mungkin saat ini aku hanya tinggal nama saja saat kembali ke sana, tolong bantu aku kali ini. Jika tidak bisa menambah dana atas nama perusahaan Papa bisa menambah dana atas nama Papa sendiri, oh, tidak Papa bisa meminta bantuan Kakak untuk berinvestasi atas namanya, aku mohon!"
Alex mengerutkan kening, sudah ia duga bahwa identitas Alice tidaklah semudah itu. Wanita itu memiliki rahasia tersendiri.
"Benarkah? Terima kasih, Papa. Setelah pulang nanti aku akan mentraktir Papa makan enak di tempat yang Papa inginkan."
Alex mendengar langkah kaki yang berjalan mendekat. Ia segera pergi agar tidak diketahui bahwa dirinya telah menguping pembicaraan orang.
Ia akan bertanya kepada Alice mengenai siapa yang akan membantu keuangan kali ini. Ia ingin tahu perusahaan yang mana, dengan begitu ia tahu orang tua wanita itu.
"Aku sudah mendapatkan siapa yang dapat membantu krisis kali ini," ujar Alice riang saat ia memasuki ruangan Alex.
Senyum manis tercetak di wajah Alex, ia tak perlu repot-repot untuk bertanya-tanya siapa yang akan membantu. Alice duduk di hadapan Alex dengan santai, sikap Alice sudah bukan seperti sekretaris lagi, ia bersikap layaknya seperti seorang teman yang sedang berkunjung.
"Siapa?" tanya Alex antusias.
"Kakakku. Aku akan membuat janji dengan kakak, ia sedang ada peragaan busana di Singapur dan bersedia membantuku," ujar Alice antusias.
Alex membatu, Kakak? Apa dia sudah dipermainkan, dengan begini ia tak tahu siapa yang akan membantu berasal dari perusahaan mana.
"Ka-kakak?" tanya Alex seperti orang bodoh.
"Ya, benar sekali. Aku seperti orang bodoh saat mengatakan bahwa akan meminta bantuan dari para investor, hingga akhirnya aku kepikiran untuk meminta bantuan dari orang biasa saja. Ah, iya kakakku ini tidak pernah masuk ke dunia bisnis, selama ini selalu bergelut di dunia busana, jadi, aku harap kau tidak membodohinya dan memberikan hasil sesuatu kesepakatan!" Alice terdengar antusias saat mengatakan itu.
Benar saja Alice sudah lama tidak bertemu dengan kakaknya itu. Ia sangat merindukan lelaki itu, sudah hampir satu tahun lelaki itu sibuk dengan tugasnya sebagai desainer dan tidak pernah pulang untuk berkunjung kepada keluarga.
"Ya, pasti aku akan bertindak adil." Alex mengumpat di dalam hatinya saat mendengar itu.
Ponsel Alice berdering, dengan segera wanita itu menatap siapa yang menghubunginya. Mata berbinar terbit di wajah Alice.
"Halo, Kakak," ujar Alice sembari berlalu meninggalkan Alex menuju tempatnya berada seharusnya.
"Aku sudah membaca pesanmu. Datanglah untuk melihat pertunjukanku kali ini, jangan lupa mengajaknya juga. Besok kita akan bertemu kembali untuk membicarakan berapa banyak aku bisa berinvestasi," ujar orang di ujung sana dengan suara berat.
"Ya, baiklah, jangan lupa memberikan aku tiket untuk masuk juga, aku tidak ingin membeli tiket masuk seorang diri. Sudah pasti peragaan busana kali ini tidaklah gratis, kan?" sindir Alice meski dengan wajah berbinar.
"Ya, aku akan mengirimkan tanda pengenal ke tempatmu juga alamat tempatnya. Tidak mungkin aku membiarkanmu masuk dengan tiket, jika membawa sesuatu yang khusus kau akan diantar untuk langsung ke tempatku."
"Baik, Tuan Pemaksa, aku akan menuruti kemauanmu, kenapa tidak menjemput kami saja daripada susah-susah untuk mengirimkan sesuatu," ujar Alice dengan senyum licik.
Terdengar helaan napas. "Baiklah, aku akan datang untuk menjemputmu saat pulang kerja, ya, meski ini tidak baik karena aku meninggalkan para bawahan yang mengurus semuanya. Begini saja, aku akan meminta asistenku untuk menjemputmu, berikan aku alamat ke mana harus menjemput," putus orang di seberang sana.
"Baiklah, aku akan mengirimkan lokasinya."
Panggilan terputus. Alice menatap Alex yang menatapnya dengan tatapan tajam.
"Kakakku meminta kita untuk datang melihat pertunjukannya kali ini, katanya besok kita akan bertemu lagi untuk membicarakan dana yang akan dia investasikan." Alice memberitahu dengan wajah cerah.
Alex mengangguk dan menatap Alice yang kembali sibuk, Alex tidak pernah melihat Alice yang begitu antusias dan sebahagia itu. Entah bagaimana hubungan Alice juga kakaknya, tetapi melihat betapa bahagianya Alice sudah pasti bahwa wanita itu memiliki hubungan yang bagus.
Alex ingin tahu seperti apa kakak dari Alice. Apa dia baik, buruk, jahat, atau bagaimana.
👻👻👻
Sore harinya Alice juga Alex sudah berada di dalam mobil orang yang mengatakan bahwa dia adalah orang suruhan dari kakak Alice.
"Tuan memintaku agar membawa kalian untuk langsung bertemu dengannya, ia berkata bahwa sangat merindukanmu," ujarnya memecah keheningan.
"Ya, sudah pasti dia sangat merindukanku, si kurang ajar itu tidak pernah pulang selama hampir satu tahun. Selalu sibuk ini dan itu, lama-lama dia akan tinggal di Prancis jika terus seperti ini," ujar Alice kesal.
Ya, Kakak Alice tinggal di Prancis untuk memulai karirnya, tak hanya itu ia bahkan menuntut ilmu di sana dan memulai karir dari sana.
"Tidak seperti itu, ia sangat ingin pulang seperti tahun yang sebelumnya, hanya saja ajang pameran beberapa bulan silam memakan banyak waktu untuk menyiapkan desain baru agar memenangkan penghargaan ia harus membuat sebagus mungkin," ujarnya mengingatkan.
"Ya, memang benar, sih. Hanya saja aku, ayah, dan ibu sangat sepi saat dia tak ada di rumah, Adit juga tidak pernah pulang ia sibuk dengan kuliahnya," ujar Alice sedih.
Alex hanya berdiam diri menyimak pembicaraan dua orang yang sepertinya terlihat saling mengenal itu. Semua tentang Alice seakan menjadi hal yang baru, ia tidak bisa menolak permintaan wanita itu yang mengatakan mendapat undangan untuk pergi ke pameran yang digelar oleh kakaknya itu.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.
Semoga suka.
Salam sayang.
Author L25 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...