CM- 5 (Bos Mesum 2)

55.1K 1.4K 3
                                    

Alice kebingungan sepeninggalan wanita yang tidak tahu asal-usulnya itu. Memangnya dia menggoda CEO mesum itu? Alice memperhatikan penampilannya, semua rapi badannya tidak terekspos atau semacamnya, kenapa ada yang menuduh dia menggoda si mesum itu?

"Dasar rubah bau, aku rasa matanya sudah rusak. Dadanya yang segede gentong, lalu wajah yang sudah melakukan operasi plastik berkali-kali masih berani menuduh orang sembarangan!" geram Alice kesal.

"Ada apa, Alice?"

Alice menoleh dan menemukan Diana yang berdiri tidak jauh darinya. Bingung? Tentu saja sejak kapan wanita itu berada di sana?

"Ah, tidak ada, Nona Diana. Apa ada sesuatu yang harus aku lakukan?"

"Pasti Louina datang menemuimu, ya?"

Alice memiringkan kepalanya bingung. "Louina? Siapa?"

"Gadis yang baru saja keluar tadi. Aku bertemu dengannya saat aku hendak ke sini. Tidak perlu formal jika denganku, panggil saja aku Kak Diana."

Alice mengangguk mengerti, dia termenung sejenak, apa Louina itu adalah wanita yang baru saja melabraknya?

"Melihat dari ekspresimu sepertinya memang begitu. Dia adalah calon tunangan dari presdir, tidak heran jika dia berhasil menyingkirkan sekretaris yang terdahulu. Tidak perlu dipikirkan, bekerjalah dengan giat. Presdir sedang menerima tamu dari HD Place Grup, buatkan minuman. Presdir kopi hitam dengan satu sendok gula dan sedikit karamel di atasnya. Jika presdir dari HD Place Grup, kau bisa membuatkan hal yang sama. Ayo, aku akan mengantarmu ke ruang minuman."

Alice mengangguk mengerti, dia menatap Diana yang berjalan lebih dulu untuk datang ke ruangan lain.

Ayah tidak menyukai kopi karamel, dia pasti tidak akan meminumnya, batin Alice mempertimbangkan perkataan dari Diana.

"Anu, Kak Diana," panggil Alice dengan ragu.

Diana menoleh. "Hmm? Iya kenapa? Ada yang kamu tidak mengerti?"

"Itu, aku rasa Tuan Handerson tidak menyukai karamel, mungkin dia lebih menyukai kopi pahit tanpa karamel," ujar Alice hati-hati.

"Kau tahu dari mana?" tanya Diana kebingungan.

Alice menggaruk belakang kepalanya dengan canggung, tidak mungkin, 'kan, jika dia mengatakan bahwa orang yang berada di dalam adalah ayahnya.

"Aku hanya menebak, beliau sudah tua, orang yang sudah tua lebih memperhatikan kesehatan. Menjaga kadar gula agar tetap stabil, mungkin beliau juga termasuk seperti itu." Senyum canggung terpasang di wajah Alice.

Diana nampak berpikir sejenak. Kemudian tersenyum dan mengangguk. "Kamu begitu perhatian, ya, dengan umur seseorang. Yang kamu katakan ada benarnya juga, jadi, ini adalah jawaban dari kebingunganku. Selama ini aku selalu bingung dengannya yang tidak meminum kopinya." Diana mengatakan itu sembari berjalan menuju tempat untuk membuat kopi.

"Selama ini? Apa Kakak dulu adalah sekretaris dari si Mes ... eh, Presdir?"

"Ya, aku sebelum ini adalah sekretaris dari presdir, karena sebuah alasan aku harus pindah menjadi sekretaris GM. Ayo, kita sudah sampai, aku akan memberitahumu di mana bahan-bahannya."

Setelah beberapa menit akhirnya mereka selesai membuatkan minuman untuk Alex dan Patter. Alice begitu menyukai Diana yang begitu perhatian dan lembut, berbeda dengan Louina yang datang-datang langsung melabrak tidak jelas.

Dengan perlahan Alice masuk ke dalam setelah mendapat persetujuan dari dalam. Dengan sopan Alice menyuguhkan minuman ke depan Patter dan Alex.

"Tuan, silakan diminum. Maaf jika tidak sesuai selera Anda." Alice berucap dengan lembut dan senyuman tidak pernah luntur.

Patter berdecih dan tertawa kecil saat melihat itu. Tanpa ragu Patter meminum kopi yang dibuatkan oleh Alice. Alex sedikit terkejut karena tanpa ragu dia meminum, selama mereka menjalani kerja sama dan bertamu di perusahaannya dia tidak pernah meminum apa pun. Paling tidak dia akan meminta air putih.
Alice segera pergi setelah mengantar minuman tadi.

"Tidak buruk juga. Perusahaan Royal Garden sangat pintar memilih sekretaris karena mengetahui seleraku."

Alex meminum kopinya. Memang kopi kali ini terasa sedikit berbeda dari kopi biasanya, tidak begitu manis seperti biasanya. Rasa kopi terasa dengan jelas.

"Ya, saya senang Anda menyukai kopi yang dibuat kali ini. Saya sangat bersyukur Anda menyukainya."

"Bukan hal yang sulit untuk disukai. Membuat kopi itu tergantung tangan yang membuatnya, jika membuatnya dengan penuh perasaan dan kasih sayang maka rasa kopi itu akan sangat terasa nikmat. Begitu juga dengan sebuah proyek, proyek akan berjalan dengan lancar jika dilaksanakan dengan perasaan dan mencurahkan perasaan kita ke dalam proyek itu. Menyingkirkan ulat bulu yang berada di dalam proyek itu juga penting."

Alex sedikit kebingungan dengan maksud Patter. "Ulat bulu?" beo Alex.

"Ya, aku menemukan sebuah pengeluaran uang tidak normal dari proyek ini. Siapa penanggung jawab dari proyek kali ini?"

"Jackson. Dia sudah menangani banyak proyek selama ini." Alex berucap dengan santai.

Alex tidak berbohong tentang yang dia katakan kali ini. Jackson adalah kakak dari Louina itu sebabnya dia sangat percaya dengan lelaki itu.

"Silakan periksa bank miliknya, banyak uang masuk tanpa diketahui dengan jelas dari mana asalnya. Bulan ini saya mengirim dua ratus juta untuk proyek kali ini, tapi untuk pembelian bahan ada yang mengeluh kepada saya bahwa mereka kekurangan uang untuk membeli bahan. Ini adalah daftar transaksi yang sudah aku lakukan," Patter menyerahkan dokumen yang dibawanya,"sebaiknya selidiki tentang orang kepercayaan Anda tadi. Baiklah, saya akan pergi."

Patter bangkit dan bersalaman dengan penuh senyuman. Meninggalkan ruangan Alex, kedatangannya kali ini ke perusahaan adalah untuk mengetahui siapa yang menjadi penanggung jawab dari proyek kali ini.

Alex segera memeriksa berkas yang diberikan oleh Patter. Memang benar ada yang tidak beres dengan pemasukan yang tidak sesuai dengan yang dikirim oleh Patter dan yang diberikan oleh Jack kepadanya.

Alex segera mengambil telepon di tempatnya untuk menghubungi seseorang.

"Diana selidiki tentang Jack."

Alex segera memutus sambungan setelah mendapat persetujuan dari Diana. Rasanya tidak mungkin jika dirinya meminta Alice, dia baru saja bekerja di perusahaan.

Setelah itu dia menghubungi Alice untuk datang ke dalam ruangannya.

"Tuan," panggil Alice saat dia melihat Alex yang sedang membelakanginya.

Alex menoleh dan menemukan Alice yang sedang berdiri di depan mejanya. "kau bisa menari?"

"Hah? Maksud Tuan ada apa?"

"Aku sedang butuh hiburan, kau mau menari untukku? Setidaknya striptease, mungkin."

Mata Alice membulat saat mendengar permintaan dari Alex. Ingin rasanya dia memaki orang yang menjadi bosnya kali ini. Alice bukanlah anak culun yang tidak tahu apa itu striptease. Sebagai seorang orang dewasa berumur dua puluh tiga tahun dia mengetahui apa itu streptease. Sebuah tarian yang cukup populer di hiburan malam, di mana mereka akan menari dengan erotis dan melepas baju secara perlahan satu per satu. Siapa yang mau menjadi objek menjijikan seperti itu.

"Tuan, saya datang ke perusahaan Anda untuk bekerja bukan untuk menjadi seorang penari. Jadi, saya mohon undur diri."

Alice meninggalkan ruangan Alex tanpa persetujuan dari Alex sendiri. Melihat Alice yang menolaknya mentah-mentah Alex tersenyum.

"Apa ini cara terbaru dari wanita untuk membuat seorang pria tertarik? Aku sungguh tertarik dengan gadis itu, tidak peduli siapa dia, aku harus mendapatkannya."



JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK. TABURAN BINTANG JUGA JANGAN LUPA.

SEMOGA SUKA.

Salam sayang
Author L

23 Oktober 2020

CEO Mesum (COMPLETED) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang