13. Penyatuan

16.1K 690 14
                                    

Tanpa terasa tiga bulan telah berlalu dalam pernikahannya, sekarang Julian selalu ingin pulang cepat. Dia sekalu memikirkan Jane juga mengkhawatirkan perempuan itu.

Dia masuk ke kamar, tapi tak menemukan Jane. Julian merasa gerah dan membuka kancing kancing kemejanya, dia juga melepaskan kancing celananya, Julian masuk ke kamar mandi, terdengar senandung kecil. Julian terkesiap tapi meneruskan langkahnya. Uap air panas mengabuti kaca pembatas, terlihat sosok indah berkulit kemerahan mengecipak air.

Bayangan indah itu membuat Julian tak tenang, dia tak mampu menahan diri. Kenapa? Apa dia telah jatuh hati pada istrinya itu? Tapi bukankah memang seharusnya begitu? Mereka harus segera menyatu agar segera mendapat keturunan. Bukankah itu tujuan pernikahan ini?

Bathub penuh dengan busa, Julian melihat tulang selangka yang mengilat basah. Membuat Julian menerobos masuk.

"Ju-Julian!" Molly terpekik, melihat tubuh Julian yang polos di hadapannya. Wajahnya yang merah karena air panas semakin memerah, dia menutup wajahnya. Ternyata tubuh Julian sangat bagus, dia tidak berpikir begitu tadinya karena rautnya yang halus. Molly menutup wajah dengan kedua tangannya.

Julian menggendong tubuh Molly yang tertutup busa-busa. Molly mendorongnya pelan.

"Jangan menolakku, aku suamimu."

Molly terdiam, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Air menetes-netes dari tubuh Molly yang basah, dia sudah diam dan tersipu. Bibirnya yang sensual mengulum dan gemetar. Julian yang sudah kehilangan akal sehatnya karena melihat pemandangan indah tadi, membaringkan tubuh Molly di atas ranjang.

"Julian, jadi basah semua." Molly mengeluh.

Tapi tampaknya Julian tidak peduli, Nafsunya sudah tak tertahankan, lagipula ini istrinya justru aneh dan tidak wajar kalau mereka tidak berhubungan. Julian membelai tulang selangka Molly yang begitu indah sempurna, dia sangat tergila-gila di sana. Selalu ingin memandang dan memandangnya terus. Molly masih mencoba mendorongnya, tapi saat Julian mencium bibirnya dan mereka berciuman lama, dia merasa tubuhnya melemas. Mata mereka saling bertatapan, dan malam itu mereka menyatukan tubuh untuk pertama kali.

🌵

Molly terbangun, seluruh tubuhnya sakit dan ngilu. Tiga bulan setelah pernikahan dia melepas kali pertamanya, dengan suami yang bukan suaminya. Entahlah, ada sedikit nyeri menikam hatinya apalagi saat semalam, Julian merintihkan nama Jane saat tubuh mereka berbelit menyatu. Melayani Julian juga masuk dalam perjanjiannya dengan Papa Jane, terkecuali Molly tidak boleh hamil. Masih teringat kata-kata ayahnya saat itu, jangan sampai identitasnya ketahuan, kalau itu terjadi adiknya akan segera dijebloskan ke penjara.

Ternyata berpura-pura menjadi orang lain itu sangat sulit, dia sudah kehilangan wajahnya, kepribadiannya sekarang dia kehilangan kehormatannya. Dia menatap wajah Julian yang rupawan, kelopak matanya membentuk bayangan di bawah. Molly merasa sedikit malu, Julian semalam juga mencium dan mengisap dadanya, dia berbalik dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Molly kemudian merasakan kedua tangan Julian yang kencang memeluk tubuhnya, "Sudah bangun?" Suara Julian membuatnya lemah, suara Julian sangat indah. Sikapnya yang terkenal kaku dan beraura aristokrat sama sekali hilang tak berberbekas. Nafas hangat Julian terasa menari di bahu Molly. Molly merasa minum coklat hangat favoritnya setelah kehujanan.

Plop...plop...Molly merasa kelopak bunga bermekaran di hatinya saat bibir Julian menciumi pundaknya. Apa dia mulai mencintai Julian? Kenapa hatinya tak karuan begini?

"Julian."

"Ya." Julian bergumam.

"Tadi malam." Molly berkata ragu.

"Lihat wajah lawanmu saat bicara Jane." Julian membalikkan tubuh Jane menghadap ke arahnya.

"Kenapa semalam kau melakukannya?" Molly berkata malu-malu, sangat malu dan wajahnya terasa begitu panas saat ini.

"Bukannya itu wajar?"

"Iya sih." Molly tersipu lagi, pertanyaannya pasti aneh.

"Semalam sangat indah." Kata Julian, suaranya menenangkan kegundahan Molly lagi. "Apa kau setuju?"

"Indah tapi agak sakit." Molly merengut.

Julian membelai pipinya dan tersenyum, "Kalau begitu, kita harus sering-sering melakukannya. Biar terbiasa."

Seketika wajah Molly memerah lagi, dia menangkupkan wajahnya bersembunyi di dekapan Julian. Julian tertawa geli.

🌿🌿

Ternyata benar kita tidak boleh menilai orang dari sampul, tadi malam, itu adalah pertama kali untuk dia dan Jane. Padahal, Jane kerap dikabarkan dengan berita buruk. Selama ini dia dikatakan playgirl dan suka berganti pasangan. Mungkin itu perbuatan orang yang tidak menyukainya, Jane saja selalu malu saat melihatnya. Tidak mungkin dibuat-buat, Julian bisa merasakannya.

Julian tersenyum simpul, ada juga perjodohan yang berhasil. Setelah menjalani tiga bulan bersama Jane, rasanya mereka sudah sangat dekat.

Teleponnya berdering, itu istrinya. Julian mengangkat ponsel dengan sumringah.

"Ya, Jane?"

"Julian." Suaranya masih terdengar berbisik-bisik.

"Kenapa?"

"Aku mau ke kantormu." Dia bicara makin pelan.

"Ada apa?"

"Mmh ... begini, karena kita tadi malam sudah ...." Dia berkata terbata-bata membuat Julian jadi geli dalam hati, dia berharap mereka segera mendapat keturunan agar melengkapi kebahagiaan ini.

"Jangan membuatku menghabiskan waktu untuk menunggumu bicara, apa kau tau berapa uang yang aku hasilkan dalam waktu sedetik?"

"Cerewet sekali, tuan perhitungan." Suaranya seketika menjadi cempreng kembali dan melengking, Julian tertawa. Oh astaga, seharian ini dia tersenyum-senyum terus, seperti anak remaja saja.

"Julian." Terdengar suaranya kembali mendayu. "Kau menertawaiku?"

"Tidak, Jane. Aku menertawai kehidupan."

"Apanya yang lucu, dasar pembohong. Julian, aku mau mengantar makan siang. Kita makan bersama bagaimana? Mau atau tidak?"

Julian tersenyum, "Mau."

"Kau mau request sesuatu?"

"Bawakan apa saja, aku akan memakannya." Julian berkata. Tinggal satu jam lagi sebelum makan siang, dja tak mau Jane kerepotan dan terlambat.

"Baiklah, Julian."

"Oke, aku tunggu." Julian menutup ponselnya.

Dia memanggil Calvin. "Tidak usah membeli makan siang."

"Kau ingin makan di luar, Julian?" Calvin bertanya.

"Istriku akan datang mengantar makan siang." Dia bahkan merasa suka memanggil Jane dengan kata istri.

Calvin tersenyum, "Sepertinya kehidupan pernikahan paksa tidak selamanya buruk."

Julian memandangnya, "Kau benar. Menikah ternyata tidak semengerikan yang orang katakan."

(Huh! Kau belum tau saja Julian, istrimu itu bukan istrimu : area Julid Moosa)

Calvin mengangguk, dia kemudia keluar dari ruangan Julian. Julian menelepon toko bunga untuk mengantar buket bunga mawar dan lily, juga coklat. Dia harus menukar usaha Jane mengantar makan siang dengan sesuatu yang manis bukan?

🌿🌿🌿

06/06/2021

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang