Molly melihat masih ada sekitar setengah jam sebelum jam istirahat siang berakhir, kali ini, dia benar-benar ingin bertanya kepada Julian tentang barang-barang kirimannya. Di kartu ucapan, dengan jelas tertulis bukan lagi inisial "J". Tetapi, Papa Lian. Artinya ... Julian memang menginginkan kalau Molly mengetahui dialah sang pengirim hadiah.
Dengan tergopoh Molly menaiki lift dan menuju ruangan Julian, dia melihat Calvin sedang menikmati makan siang buatannya. Molly merasa gembira, Calvin pernah bercerita kalau dia merantau dan jauh dari orang tuanya, ibunya juga sakit.
"Molly, kau datang lagi." Calvin berkata.
"Maaf Calvin, aku harus bertemu Julian."
Calvin meletakkan sendoknya kemudian menutup kotak bekal, dia meminum air mineral, berdiri mendekati Molly.
"Molly, kau tau sendiri kalau Julian tidak ingin ditemui olehmu."
"Aku tidak ingin terlihat aneh, tetapi apa kau tahu kalau Julian baru saja mengirimi satu departemenku makan siang?"
Kening Calvin seketika berkerut. "Maksudnya gimana?"
"Aku juga nggak ngerti, kemarin dia mengirimiku banyak barang, buket bunga. Dan sekarang ...."
Soal itu, Calvin tahu, tetapi siang ini Molly berkata kalau Julian mengiriminya makan siang?
"Oke Molly, aku akan mencoba masuk tetapi kalau seandainya ditolak. Kau jangan tersinggung ya."
"Julian bahkan pernah mengusirku, jadi hal apa lagi yang bisa membuatku tersinggung, Calvin?"
Calvin kemudian mengetuk pintu Julian kemudian membukanya. Memang pintu ruangan Julian tidak pernah terkunci, khusus untuk Calvin, dia cukup mengetuk pintu dan membukanya saja. Tapi hari ini, Julian jelas berpesan kalau Calvin tidak boleh masuk ke dalam ruangannya sebelum dia yang memanggil.
Calvin keluar lagi, "Molly, masuklah."
Molly menatap ke arah Calvin, "Maaf Calvin, aku mengganggu jam makan siangmu. Kau bisa meneruskan makan."
"Tentu saja, aku harus menghabiskannya makanan yang sangat enak."
"Makasih," Molly tersenyum. Dia masuk ke dalam ruangan Julian, di sana dia melihat Julian duduk di kursinya.
"Julian, maaf ... maksudku Pak Julian."
"Sepertinya aku memang atasan yang baik, bahkan seorang staf biasa saja, aku izinkan untuk bertemu denganku. Bagaimana menurutmu Molly?"
Molly diam saja tidak mau membalas perkataan Julian itu, "Apa kau mengirimiku makan siang?"
Seandainya dia berkelit Molly hanya akan melihat ekspresinya, namun, Julian menjawab, "Bagaimana? Apa enak?"
Dia memang tidak ingin merahasiakannya, Molly mendesah, "Apa yang anda rencanakan Pak Julian?"
"Maksudnya?" Julian mengangkat alis. Dia kemudian berdiri mendekati Molly. "Duduk dulu."
Merasa aneh dengan sikap Julian yang berubah drastis dan sangat baik, Molly semakin curiga kalau Julian memiliki rencana jelek di belakangnya.
"Cukup katakan saja apa yang anda rencanakan Pak Julian?" Molly mengulangi pertanyaannya.
"Aku tidak merencanakan apa-apa, aku hanya memperhatikan ibu dari anakku. Apa itu salah?"
"Ibu dari anakmu katamu?" Molly seketika kehilangan kesopanannya. "Julian, apa kau hilang ingatan? Bukannya kau sendiri yang mengatakan kalau aku harus meninggalkan Lian. Kau bahkan mengusirku."
"Ya sebenarnya ...." Julian duduk di sofa. Dia meminta lagi agar Molly duduk, akhirnya Molly menurut. Julian kemudian memanggil Calvin dan meminta Calvin menyuruh OB menyiapkan coklat panas kesukaan Molly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suspicious Wife
RomanceMolly terpaksa harus berpura-pura menjadi Jane anak dari bos adiknya, menggantikan wanita itu menikah dengan seorang pria. Wajah dan seluruh sifat juga kebiasaan Molly dirubah mengikuti Jane, tapi tetap saja kepribadian aslinya masih mendominasi. Me...