10. Kekuatan

6.7K 555 9
                                    

Molly seketika menjadi cerah, bahkan Niki sampai heran melihatnya.

"Niki ...." Panggil Molly riang.

"Ya, Jane?"

"Eh, tidak jadi." Molly tersenyum seperti orang gila sepanjang pagi, tadi malam sangat menyenangkan. Selain ada orang yang bisa membuatnya sangat menderita ada juga manusia yang membuatnya sangat bahagia. Dia ingin menelepon Julian, tapi pria itu pasti sedang sibuk. Molly bersenandung, melihat Niki, kemudian terkikik. Kalau dulu dia pasti tidak sabar menceritakan ciuman pertama pada Niki sahabatnya. Dia harus menahan diri.

Sekilas urusan Renhard melintas membuatnya jadi kesal, tapi dia tidak peduli. Renhard meneleponnya. Molly pergi dari dapur ke kamar, jangan sampai ada pelayan mata-mata yang mengintai.

"Apa kau sudah mengatakan pada Julian?"

"Aku tidak mau." Molly berkata tak kalah sengit.

"K-kau!"

"Kenapa? Mau mengancamku lagi?"

Terdengar keheningan cukup lama, "Jangan salahkan kalau adikmu ditangkap hari ini."

"Lakukan saja. Nanti aku akan mengatakan pada Julian dan Papanya soal aku dipaksa menggantikan putri anda." Molly mengancamnya balik.

"Kau tidak akan berani, Molly! Mudah saja menghancurkan hidup kalian."

"Dengar Tuan Renhard yang terhormat, aku sudah berjuang di sini mengambil hati Julian sejak awal karena ancaman keji anda. Tapi anda yang mengingkari perjanjian dengan menyuruhku ini itu."

"Baik, jadi kau tidak keberatan adikmu mendekam di penjara karena mencuri uang perusahaan."

Molly tertawa, "Adikku di penjara paling 6 tahun. Tapi aku kira anda lebih takut pada keluarga Decio bukan? Bagaimana kalau mereka tau anda menipu mereka mentah-mentah? Dilihat dari kondisi keuangan keluarga anda saat ini, apa mampu melawan keluarga Decio?" Molly rasa ingin meledak.

"Molly!"

"Sekarang jangan ganggu aku lagi!" Molly menutup telepon. Kesal sekali sampai ke ubun-ubun. Dia sebenarnya takut juga dengan ancaman itu, tapi, Renhard dia rasa Renhard tidak akan berani mengusik mereka saat ini. Dia masih membutuhkan Molly menggantikan Jane menipu keluarga Julian. Entah apa tujuan mereka sebenarnya.

Molly menghubungi adeknya Moren. Adiknya itu seorang yang pintar, dia selalu juara sejak masih di bangku sekolah. Kemudian dia mendapat beasiswa dan mengambil jurusan Teknik Sipil. IPKnya nyaris 3,9. Di tahun terakhir kuliah, dia pergi magang di perusahaan ayah Jane, saat itulah bencana dimulai. Karena Moren berotak pintar, dia dijadikan tim pembangunan proyek sekalipun dia masih anak magang. Entah bagaimana dia dituduh menggelapkan dana proyek dengan semua tuduhan mengarah padanya. Molly mengurut dada. Pastilah dia dikambinghitamkan atau dijebak.

Masa depan Moren masih panjang, dia pasti akan berhasil. Karena itu, Molly rela menukar apa saja agar adiknya saat itu tidak jadi dipidanakan.

Molly merebahkan diri di atas tempat tidur, keharuman tubuh Julian dia hirup dalam-dalam. Mungkin pada saatnya nanti dia pergi, dia akan ingat bahwa pernah dia begitu bahagia karena bersama seorang lelaki seperti Julian.

Belum lama Molly terkantuk-kantuk dalam kenyamanan kamar, ponselnya berdering. Dia bersiap mengamuk, berpikir kalau itu adalah Renhard yang tidak menyerah.

Suami Kaku, sekarang nama Julian telah berubah menjadi suami kaku dulu saja tuan kaku. Molly terkiki geli, Julian tidak telalu kaku sebenarnya.

"Jane, kau sedang apa?"

"Berbaring."

Julian diam sejenak, "Apa masih sedih?"

Molly seketika berpikir kalau kalau Julian masih mengira dia sedih akibat peristiwa tadi malam.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang