47. Pilihan

8.6K 805 55
                                    

Julian merasa frustasi karena terus-menerus dikalahkan oleh Calvin,dia bertanya-tanya apa kekurangannya sehingga ini terjadi.

Apa mungkin karena dia tidak lagi seperti dirinya yang sebenarnya? Apakah dia harus kembali seperti dulu?

Seseorang yang dicintai oleh Molly atau tetap pada pendiriannya dan sikapnya yang angkuh.

Julian mengawasi Molly dari kejauhan, penampilannya saat ini sangat jauh berbeda. Dia terlihat manis dan menggemaskan, membuat Julian mengenang macam-macam saat mereka masih menjadi suami istri. Julian ingin mencium aroma minyak telon yang hangat lagi dari dirinya, seperti saat dia menggendong Lian saat ini. Sangat nyaman dan menenangkan.

Yah ... walaupun penuh kepalsuan tapi menyenangkan.

Calvin bilang Julian tidak akan bisa bersaing dengannya karena selama ini Calvin telah menyelidiki dan mengawasi Molly sehingga bisa mengetahui apa saja yang diinginkan oleh wanita itu. Tapi itu tidak sepenuhnya benar, hanya Julian yang bisa mengerti Molly dan dia masih meyakini itu.

Bukan Calvin atau pria bernama Anthony, atau pria lain. Karena mereka telah berbagi suka dan duka yang sama.

Julian pulang ke rumah dengan perasaan kacau. Dia mendengar suara tawa riang dan obrolan.

"Kenapa Mama di sini? Katanya Mama ada urusan? Dan kenapa Mama mengajak Vania juga Tante Dewi meramaikan rumahku? Aku sudah bilang aku tidak ingin ada orang asing di rumah ini tanpa seiizinku." Julian berkata saat mereka melihat kehadirannya.

"Kak Julian." Vania berkata lirih, dia terlihat cukup menyedihkan.

"Tidak apa-apa, mama hanya ingin makan malam bersama." Nyonya Tsamara menjawab.

"Apa kau keberatan Julian?" Tante Dewi bertanya.

"Ya, aku lelah dan ingin istirahat. Satu-satunya yang ingin aku lakukan saat ini adalah bermain dengan Lian."

Suasana seketika hening. Julian berkata lagi, "Silakan mama dan yang lainnya makan tanpa aku."

"Julian, semakin lama kau semakin keterlaluan, mama tidak akan mentoleransi kamu yang seperti ini." Nyonya Tsamara berkata kesal.

"Sudahlah, Kak, biarkan Julian beristirahat. Lebih baik kita berbincang-berbincang sesama kaum wanita."

Nyonya Tsamara mengangguk, walau wajahnya agak kesal.

"Di mana Lian?"

"Dia bersama pengasuhnya."

"Baiklah, aku akan menuju kamarnya. Aku harap kalian tidak ada yang membuat keributan, dan Mama, tolong awasi Vania."

"Mama belum selesai berbicara denganmu, Julian. Jangan berharap kau bisa melarikan diri, kau harus menjelaskan segala sesuatunya. Mama mungkin tidak sama dengan papamu, mama tidak akan menerima perlakuanmu yang tidak benar." Nyonya Tsamara berkata panjang lebar.

Julian menatap ibunya datar, dia paling tidak suka dinasehati di depan orang lain. Syukurlah, itu ibunya, kalau tidak ....

Dia akhirnya mengabaikan Nyonya Tsamara, kemudian melangkah menuju kamar Lian. Julian sudah cukup dipusingkan oleh masalah Molly, sehingga tidak ingin lagi dipusingkan oleh urusan yang lain. Saat ini fokusnya hanya satu, merebut kembali hati Molly sebelum ada pria lain yang mengambil hatinya.

Mendengar tangisan Lian, Julian berjalan dengan tergopoh-gopoh.

"Pak Julian." Babysitter Lian menggendong Lian dan berjalan mondar-mandir. Dia melaporkan kalau Lian tidak mau makan sejak tadi.

"Apa Lian demam?" Julian bertanya sambil memegang keningnya. Tetapi badan Lian tidak panas. "Dia habis imunisasi, makanya dia jadi gelisah." Julian menghela nafasnya dalam.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang