26. Bertemu Lagi

8.7K 698 33
                                    

Julian duduk termenung di meja kerjanya, duduk termenung adalah hal yang sangat jarang dia lakukan. Karena setiap menit dalam hidupnya dia manfaatkan untuk sesuatu yang produktif, terutama di jam kantor.

Dia melihat sebuah foto, foto yang dilaporkan oleh Calvin satu hari setelah dia memutuskan untuk mempercayai Jane palsu dulu. Foto itu menunjukkan kalau Jane palsu sedang berpelukan dengan seorang pria, di belakangnya ada Niki.

Tebak siapa pria itu? Moreno, laki-laki dari perusahaan partner yang telah bertemu dengannya kemarin. Julian menyunggingkan senyum tipis. Dia juga telah menyelidiki bagaimana hubungan Renhard dengan Moreno dulu saat dia masih bekerja di perusahaan.

Calvin memasuki ruangan Julian, "Julian, dia sudah datang."

Julian mengangguk. "Suruh dia masuk." Sudah empat hari sejak peristiwa jatuhnya paralon di perusahaan cabang. Julian telah menunggu kehadiran gadis itu, tapi dia tidak juga muncul. Akhirnya Julian meminta Calvin menghubungi melalui manajernya, meminta dia segera datang untuk mengambil balas jasa.

Julian melihat kehadiran Molly, dia menunduk seperti takut-takut. Julian menatap seluruh ujung kaki hingga ujung kepalanya.

"Silahkan duduk, Molly." Dia memerintah.

"Ya, Pak." Dia menjawab dengan nada suara pelan, suara yang familier. Julian menelan ludahnya.

"Kau ingin minum apa?" Julian menghirup aroma dari tubuh wanita itu, seperti aroma bunga-bunga yang lembut. Dia melihat ke pergelangan tangannya, juga ke bagian leher.

"Apa aja, Pak." Molly menjawab dengan tubuh yang kaku.

"Bagaimana pekerjaan di kantor?" Julian menyandarkan tubuh ke sofa.

"Lancar."

Julian kemudian kembali ke posisinya, "Calvin." Dia memanggil.

Dengan segera Calvin menyerahkan selembar cek pada Molly.

Mata Molly terbelalak lebar, "P-pak Julian. Ini ...."

"Ini adalah cek kosong, kau bisa menulis berapapun yang kau inginkan." Julian tersenyum.

"Tapi, saya nggak bisa menerima ini."

Julian berkata, "Nyawaku adalah hal yang tidak bisa dihargai, menurutku ini masih terlalu murah."

"S-saya hanya kebetulan berada di sana, semua pasti akan melakukan hal yang sama." Molly mengangkat tangannya dan berkata dengan nada panik

"Kebetulan?"

Julian melihat wajah wanita itu mendongak, mereka bertatapan beberapa detik. Kemudian Molly menunduk lagi. "Iyah ... kebetulan lewat." Terdengar suara nafasnya memburu.

"Begitu?" Julian tersenyum miring. "Kalau kau tidak mau menulisnya, aku akan menulis untukmu. Calvin." Julian berkata lagi.

"Pak Julian." Molly mendesah.

"Segera cairkan cek ini dan minta finance untuk mengirim ke rekeningnya." Julian berkata.

"Baik, Pak."

"Pak Julian ...." Dia berkata lagi dengan nada lirih. Seorang office boy masuk dan membawakan segelas minuman.

Dia meletakkan di depan Molly, seketika dia kembali terbelalak.

"Oh, aku kurang tau selera perempuan. Tapi semua wanita suka coklat bukan?"

Molly bergerak makin gelisah, "Iya, terima kasih."

"Silahkan di minum." Julian menopangkan lengan di tangan sofa. Dia memperhatikan dengan seksama, gerak gerik wanita di hadapannya yang sedang minum susu coklat. Dia mengenakan cardigan biru gelap dengan rok kantor hitam yang pendek, juga sepatu flat bewarna putih.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang