37. Mengakui

9.3K 794 48
                                    

Julian pulang ke rumah menjelang tengah malam, sebenarnya dia masih ingin bermain dengan Lian. Tapi pekerjaan mengharuskan dia kembali ke kantor. Julian mengawasi rumahnya, sudah sepi. Dia pergi menuju kamar Lian, membukanya dengan kunci duplikat. Julian menangkap tubuh Molly yang terbaring seadanya di atas tempat tidur. Dia segera memalingkan wajah. Aroma minyak telon menguar dari kamar itu, tapi kali ini Julian tidak terlalu kesal karena itu berasal dari Lian.

Julian beralih pada box Lian, wajahnya bagai malaikat kecil, dia tidur dengan posisi miring. Julian membenarkan dan menyelimutinya, tapi Lian bergerak dan menendang selimut. Astaga dia serampangan seperti ibunya, keluh Julian. Julian melirik lagi ke arah Molly. Dasternya tersingkap memperlihatkan kakinya yang mulus, wajah Julian panas. Dia juga melihat ke arah leher Molly yang dulu membuatnya tertarik, masih sama. Menghipnotis. Julian menelan ludah. Dia berbalik dan cepat-cepat pergi dari kamar itu.

🌿🌿🌿

Molly bangun pukul lima subuh, dia segera pergi ke dapur, kemudian dia memasak bubur untuk Lian.

"Molly, biarkan koki yang memasak bubur Lian." Pelayan berkata padanya.

Molly menolak, untuk urusan anaknya, harus dia yang memantau, kecuali Molly benar-benar tidak bisa barulah dia akan memberi bubur instant. Itu pun sangat jarang Molly lakukan.

Setelah memiliki bayi hidup Molly mengalami perubahan luar biasa, dulu dia kerap bangun siang kalau tidak ada pekerjaan, sekarang dia terbiasa beraktifitas di pagi hari, dia akan membereskan kamarnya kemudian kamar Lian.

Molly menampung air panas untuk Lian, astaga, enak juga di rumah ini. Molly tidak perlu memasak air untuk memandikan Lian. Dia mengangkat Lian dan melepaskan seluruh pakaian, memandikan Lian dan memakai semua perawatan bayi yang dia bawa dari rumah. Sekalipun Julian telah menyiapkan semua, Molly tetap lebih condong untuk menggunakan barang-barang yang selama ini dia pakai.

Saat keluar dari kamar mandi sambil menggendong Lian, Molly melihat sosok Julian berada di sana. Molly mencoba mengabaikan pria itu, wajahnya tampak menusuk dan sinis. Molly membaringkan Lian dan mulai memilih pakaian di lemari.

"Lian, lucunya ini baju baru." Molly tertawa, untuk pakaian dia memutuskan memakai pakaian-pakaian yang dibeli oleh Julian. Julian terus memperhatikan gerak gerik Molly, sedang Molly terus mengabaikannya.

"Kenapa bersikap seolah tidak ada orang di sini?" Julian bertanya.

Molly menoleh, "Oh, selamat pagi Pak Julian."

Julian mendengus, "Cepat pakaikan baju Lian, setelah itu aku mau membawanya berjemur."

Molly merutuk, tapi Julian cukup peka juga untuk bermain dengan anaknya. Molly mengira dia akan sangat sibuk hingga lupa memiliki quality time dengan Lian. Molly memakaikan setelan bewarna hijau yang lembut. Bahannya sangat bagus. Molly kemudian mengolesi lagi tubuh Lian dengan minyak telon.

"Sini." Julian dengan tergesa mengambil Lian, dia menggendong Lian ke luar. Molly memgikuti. Pemaksa sekali sih! Molly mendumel dengan kesal. Mereka pergi ke halaman belakang, matahari baru muncul sedikit. Lian tertawa riang dan mencium pipi Julian, Molly jadi kesal dengan sikap Lian. Memang anak itu terbiasa dengan Molly ataupun Moren, suka mencium. Molly berharap Lian memukuli Julian, walaupun pemikiran itu salah.

Julian berdehem, dia melirik Molly yang mengenakan seragam baby sitter.

"Molly, mulai besok saat tidur kau harus memakai celana panjang."

Eh? Molly mengerutkan kening. "Maksud bapak apa?"

"Jangan cerewet, ikut saja perintahku."

"Iya, tapi saya nggak mengerti maksudnya gimana, Pak." Molly berkata lagi.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang