29. Kekerasan

8.9K 784 60
                                    

Molly telah bertemu dengan manajer yang baru di kantor pusat, namanya Pak Eko. Dia orang yang cukup ramah, walaupun terlalu terkesan menjaga image. Pak Eko berkata untuk tidak segan meminta bantuan dia kalau Molly merasa kesulitan, Molly seketika berpikir sifatnya yang perhatian itu karena pengaruh Julian. Molly semakin ragu untuk mengungkapkan yang sebenarnya kepada Julian. Dia harus segera merubah rencana.

Molly dikenalkan oleh teman satu departemen dan seruangan dengannya, ada seorang wanita sebayanya bernama Vita. Penampilan mereka bagai bumi dan langit kalau menurut Molly, dia selalu tidak pernah salah dalam berbusana. Sikapnya juga anggun dan elegan. Vita berkata kalau dia senang Molly bergabung di tim. Mengingat sampai saat ini Vita adalah yang termuda, dia tidak punya teman bergosip ataupun pergi makan siang berdua ke kantin perusahaan.

Kantin kantor pusat, lagi-lagi membuat Molly terpana. Sungguh sangat berbeda dengan kantin cabang, bahkan menu yang disajikan juga tampak seperti menu hotel berbintang.

"Mol-mol." Dia mendengar suara yang sangat dikenal menyapa saat dia menuju ke kantin bersama Vita hari itu, tidak disangka sudah hampir seminggu Molly resmi menjadi karyawan Decc Group. Pertemuan dengan Julian juga hanya sekali pada saat pertama dia bekerja, tampaknya dia memang berpikir berlebihan.

Molly dan Vita menoleh ke belakang, "Anthony?" Molly membelalakkan mata dengan kaget. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Vita menyikut Molly, "Kau kenal?"

Anthony tersenyum, menjejeri langkahnya yang panjang dengan langkah Molly dan Vita. "Gimana kalau aku ikut bergabung dengan cewek-cewek? Ini membuatku seperti pria populer."

Molly tertawa, "Anthony, kau belum menjawab pertanyaanku?" Molly rasa Anthony berlebihan saat berkata populer, dia menarik dan memiliki masa depan cerah. Begitu kata Nur dulu, Anthony memiliki properti yang membuat para gadis menyukainya.

"Tadinya aku ingin mengirim pesan, tapi aku putuskan untuk mengejutkanmu," jawab Anthony. Mereka mengambil makanan dan duduk di meja yang kosong.

"Yah, aku memang terkejut. Ini Vita, teman satu ruangan di departemen marketing." Molly mengenalkan, dia menyebutkan kalau Anthony adalah salah satu karyawan di departemen qc.

"Aku sekarang supervisor."

Molly menoleh, "Kau naik jabatan?"

Anthony mengangguk, "Aku ikut seleksi kemarin dan tampaknya mereka nggak punya kandidat lain."

"Kau pasti merendah, mana mungkin perusahaan kita tidak memiliki kandidat." Vita menimpali, dia tampak bisa masuk ke dalam percakapan Molly dan Anthony, Vita orang yang cukup pandai membawa diri. Dia melihat Anthony mengambili sayur Molly.

"Aku rasa, kau juga nggak makan baby kailan, Mol?" Anthony tersenyum. Molly tertawa, baby kailan agak mirip sawi.

"Kalian pacaran?" Vita bertanya.

Molly seketika menyilangkan tangan, mengatakan tidak. Sedang Anthony diam saja.

Vita kemudian tertawa, "Oke Molly, banyak yang pacaran satu kantor. Tapi, kalau kalian memutuskan menikah baru tidak boleh berdua kerja di sini."

"Kalau Molly menikah denganku, dia nggak perlu bekerja." Anthony tersenyum. Molly menoleh ke arahnya, kenapa kata-kata Anthony terdengar seperti rayuan? Molly mengabaikannya dan kembali makan. Dia harus banyak makan agar berenergi.

Begitu mereka kembali ke ruangan, Vita mencecar Molly dengan pertanyaan seputar Anthony. Dia ternyata memang menarik, bahkan Vita yang menargetkan pria-pria kelas atas tampak tertarik pada Anthony.

"Molly, apa kau menyukainya?" Vita bertanya sambil tertawa.

Molly menggeleng.

"Kalau gitu, boleh aku mendekatinya?" Vita bertanya lagi dengan sumringah. "Sebenarnya aku menargetkan Pak Julian, tapi, pria seperti dia mana mungkin melihat ke kita."

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang