Molly dan Julian baru saja sampai ke rumah mereka, saat melihat orang tua Julian dan Dewi berkumpul di ruang tengah. Molly menatap Julian, tangannya meraih tangan Julian dengan cepat Julian menggenggamnya.
"Julian." Molly mendesah. Dia melihat Niki berdiri di sana, juga Vania dengan matanya menatap sinis.
"Ada apa ini?" Julian bertanya.
"Jangan pura-purang tidak tau, Julian." Nyonya Tsamara seketika berdiri dari sofa empuk bewarna pastel itu. Wajahnya terlihat marah. "Mama sudah mendengar apa yang terjadi."
"Mama, tenanglah." Ayah Julian, Tuan Ryu mencoba menenangkan istrinya. Tapi, terlihat wajahnya juga khawatir. "Kalian tidak apa-apa?" Beliau bertanya.
"Sudah aku katakan, Kak. Wanita ini memang ular licik. Sekarang dia bahkan membahayakan Julian." Dewi mendesis. Dia bahkan sampai lupa duduk saking semangatnya.
"Ini masalahku, kenapa semua ikut campur?" Julian mengerutkan kening.
"Lihat kan, Kak. Bahkan Julian sudah dipengaruhi olehnya." Dewi masih berteriak kesetanan, ditambah lagi Vania mengompori dan memanas-manasi suasana.
Nyonya Tsamara langsung berkata. "Wanita ini membawa dampak buruk padamu juga bencana di keluarga kita."
"Ma ...." Tuan Ryu sepertinya kalah suaea di antara tiga wanita yang menggebu dan berapi-api saat bicara.
Air mata Molly menetes, dia sekarang tidak bisa marah. Memikirkan bagaimana Julian berkorban untuknya membuat dadanya sesak. Lagipula dia sangat lemas karena nyaris kehilangan nyawa, untuk berdiri saja harus bertopang pada Julian.
"Air mata buaya." Dewi menghasut Nyonya Tsamara lagi.
"Tante hentikan!" Julian murka saat melihat Molly menangis. "Jane, adalah istriku. Keselamatan dia tanggung jawabku, teganya kalian menyalahkan dia. Apa kalian tau bagaimana takutnya dia saat mengalami itu?" Julian berkata dengan sangat panjang, hal yang tak pernah dia lakukan dulu.
"Julian!" Nyonya Tsamara berteriak gusar. Marah karena putranya melawan dia.
"Niki, bawa istriku ke kamarnya." Julian memberi perintah.
"Julian, aku ...."
"Pergilah, Jane."
Molly menurut, dia pergi bersama Niki. Mendengar suara Vania berkata.
"Cih, kelakuannya sangat liar juga bar-bar. Tapi di depan Julian berlagak lemah."
Molly rasa ingin menamparnya, tapi dia masih lemas karena peristiwa camping. Membayangkan bagaimana kalau saat itu mereka jatuh. Julian akan kehilangan nyawa demi menyelamatkannya. Rasanya perasaan Molly campur aduk saat ini. Dia sedang tidak bersemangat membalas ucapan Vania.
"Jane, kau nggak apa-apa?" Niki bertanya saat mereka di kamar.
"Niki, kembalilah ke bawah. Laporkan padaku apa yang terjadi." Molly berbaring lesu.
"Baik, Jane." Niki berbalik dan berjalan keluar kamar.
"Niki."
"Ya, Jane."
"Aku ingin minum coklat panas."
Niki tertegun, ditatapnya wajah Jane. "Aku akan bilang pelayan untuk membuatnya." Niki berkata.
Niki berjalan ke dapur, dia berhenti melangkah saat di luar. Melirik ke pintu kamar Jane. Seolah ada rahasia yang tersembunyi, Niki mengerutkan kening.
Ada beberapa hal yang membuatnya kepikiran, sikap dan tindakan Jane sangat mirip dengan sahabatnya, Molly. Dia bahkan minta dibuatkan coklat panas. Niki mengingat-ingat. Waktu itu Jane langsung memintanya menjadi bodyguard melalui Moren. Padahal mereka tidak saling mengenal.
Belum lagi rasa nasi gorengnya, biasa saja. Tapi terasa familiar. Dia juga sangat baik memperlakukan pelayan, bukankah terlalu aneh seorang nona muda dari keluarga kaya melakukan itu, jarang terjadi. Apalagi Molly menghilang tanpa kabar, bahkan Moren bungkam tak mau bicara ke mana dia. Moren juga terlihat seperti menyimpan beban berat, saat mereka bertemu.
Niki memicingkan mata, dia membuat sendiri susu coklat untuk Jane. Tapi otaknya terus berputar, merangkai semua kejadian yang telah terjadi. Tapi selain semua tingkah lakunya, wajahnya tidak mirip sama sekali? Apa ada hal gaib? Jane bertukar tubuh dengan sahabatnya Molly? Niki kerap membaca kisah horor dan mistis. Apa mungkin itu bisa terjadi?
Dengan perlahan Niki kembali ke kamar Jane, dilihatnya Jane masih terbaring. Profil tubuhnya sangat mirip, di pagi hari Niki kerap mencium aroma minyak telon. Semakin menambah kecurigaannya.
"Susu coklatnya, Molly." Niki bertaruh.
"Makasih, Niki." Tubuhnya bergerak sedikit saat menjawab.
"Molly?"
"Ya?" Molly kemudian tersentak, terduduk dari tidurnya. Dipandangnya Niki yang menganga.
"Niki." Molly tak kalah kaget, dengan buru-buru Niki mengunci pintu kamar.
"Molly?" Dia bertanya berulang dengan wajah tak percaya. Wajah Molly yang terpana kemudian berubah.
"Nikiiiiiiii ...." Molly menangis tersedu-sedu dan mereka berpelukan.
🌿🌿🌿
Niki keluar dari kamar Molly dan membiarkannya tertidur. Dia mencuci mata karena ikut menangis, Niki adalah orang yang paling anti menangis tetapi kalau menyangkut sahabat semakan seminumnya dia tidak bisa diam saja. Belum banyak yang diberitahukan Molly padanya, karena mereka takut Julian akan kembali ke kamar. Niki melihat keluarga Julian masih terus menghasut Julian agar menceraikan Jane kecuali ayahnya.
Tadinya, Niki cukup kasihan dengan Jane karena di kelilingi musuh. Tapi sekarang dia jadi membenci keluarga Jane juga, membuat Molly dan adiknya merasakan penderitaan. Sekarang dia merasa sedikit tenang, kebencian keluarga Julian tidak ada hubungan sedikitpun dengan Molly. Sekarang tugasnya hanyalah memastikan Molly tetap aman dan tentram di rumah itu, sampai dia pergi.
Niki menggemeletukkan giginya karena amarah. Dia mengawasi sampai keluarga Julian meninggalkan rumah, kecuali Vania. Dia masih terus menempel pada Julian seperti tidak tahu malu, tapi Julian mengabaikannya dan pergi menuju kamar. Dia mencemaskan keadaan Molly. Niki mencurigai pria itu, sikapnya sangat baik pada Molly. Apakah dua mengukai Molly? Nanti saja dia pikirkan, sekarang ada urusan yang harus dia lakukan.
Dengan cepat, Niki mencengkeram tangan Vania sampai dia kesakitan. Didorongnya Vania hingga terhempas ke sofa.
"Apa yang kau lakukan?!" Vania menjerit, bodyguard Jane yang menakutkan memandangnya dengan tajam.
"Aku memperingatkanmu untuk tidak lagi mengusik Jane dan suaminya?" Vania ular berbisa ini pastilah akan membuat hidup Molly menderita selama berpura-pura menjadi Jane. Karena itu dia harus memperingatkannya.
Vania berkata marah, "Pelayan kurang ajar? Berani kau!" Vania bangkit dan mau menyerang Niki, tapi Niki menangkap tangannya, memutar tubuh Vania hingga dia mengaduh.
"Kau nggak tau berhadapan dengan siapa?!" Vania berteriak gusar. "Lihat saja, aku akan membunuhmu!"
"Aku tidak peduli, sekali saja Jane terganggu karenamu. Aku akan menyingkirkanmu selamanya." Niki mendorong lagi Vania hingga terhempas ke sofa. Dia ingin berteriak lagi, tapi nyalinya menciut saat melihat Niki memandangnya penuh kemarahan. Matanya menyipit bagai elang.
A-apa yang membuat dia begitu? Vania jadi ketakutan dan gemetar.
🌿🌿🌿
5/6/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Suspicious Wife
RomanceMolly terpaksa harus berpura-pura menjadi Jane anak dari bos adiknya, menggantikan wanita itu menikah dengan seorang pria. Wajah dan seluruh sifat juga kebiasaan Molly dirubah mengikuti Jane, tapi tetap saja kepribadian aslinya masih mendominasi. Me...