23. Ingin Mengaku

7.7K 676 33
                                    

"Kenapa pria yang begitu muda bisa menjadi pengawas proyek?" Julian bertanya pada Calvin saat mereka kembali ke kantor. Julian menaksir-naksir usianya belum ada 25 tahun.

"Dia direkomendasikan khusus oleh direktur Perusahaan Pratama, Julian." Perusahaan Pratama adalah perusahaan partrner mereka. Dalam proyek ini, mereka bekerja sama. Julian sejak bertemu pria bernama Moreno itu, segera meminta Calvin menyelidikinya.

"Ternyata melalui koneksi. Tidak heran." Julian berkata.

"Julian, kabarnya dia merupakan lulusan terbaik di universitas, dia juga bekerja sebagai supervisor di New York selama lebih dari satu tahun." Calvin ternyata telah cepat mengumpulkan informasi mengenai pria itu.

"Begitu? Bagaimana keluarganya?"

"Seorang anak yatim piatu. Dia pekerja keras, tinggal dengan kakak perempuannya."

Julian mengangguk.

"Julian, harusnya kau tidak perlu kaget dengan pencapaian seorang pemuda. Mengingat kau sendiri telah menjadi direktur di perusahaan ini bahkan saat umur 24 tahun."

Julian menatap wajah sahabatnya, "Kau tidak iri padaku kan Calvin?"

Calvin mendengus malas. "Itu sudah jalan kehidupan. Kau terlahir dengan sendok emas di mulutmu dan aku dengan sendok plastik. Apa kau nggak pernah mendengar istilah itu?"

"Sudah, aku tak mau membahasnya." Julian mendengus.

"Kau yang mulai duluan."

"Calvin, kenapa sekarang kau sering membantahku?"

Calvin berhenti bicara, sesungguhnya dia telah menerima laporan tentang Niki berhari-hari. Julian sangat kejam memutus mata pencaharian wanita itu, dia seorang pekerja keras. Calvin jadi mengingat dirinya sendiri. Niki anak dari keluarga broken home, dia tinggal sendirian. Saat dipecat, dia tak pernah mengeluh terus mencari pekerjaan ke mana-mana. Tetapi hasilnya selalu nihil karena campur tangan mereka. Calvin merasa kasihan.

"Oh ya, Julian mengenai pria bernama Moreno itu." Calvin terdiam sejenak, "Aku tidak menemukan informasi begitu banyak di internet."

"Kenapa?"

"Dia pernah magang di perusahaan Renhard saat masih berkuliah dulu." Calvin menjelaskan.

Alis Julian terangkat.

🌿🌿🌿

Langit sudah gelap saat Niki datang ke rumah Molly dengan masker dan topi, sekarang setiap keluar dia akan sangat berhati-hati. Niki merasa diawasi, walaupun dia berpikir ini hanyalah ke-paranoid-annya saja sejak dipanggil oleh Julian. Tetapi dua hari setelah pertemuan dengan Julian, Niki dipecat dengan alasan klasik, dia terlambat mengantar pesanan. Itu hal yang lumrah, padahal saat itu sepeda motor yang dia kemudikan mogok. Niki bahkan tidak bisa mencari pekerjaan di tempat lain, bahkan untuk sekedar part time.

"Niki." Molly menyambutnya, tercium aroma sup ikan yang menggugah selera. "Kebetulan kami mau makan."

Niki mengangguk, dia ingin berbincang dengan Moren soal ini. Niki ikut makan karena memang perutnya terasa kosong. Molly memperhatikan raut wajah Niki.

"Niki, kau sudah beberapa hari nggak ke sini. Apa sangat sibuk?" Molly bertanya.

Niki mengangguk, "Begitulah Molly, aku sebenarnya merindukan si gendut."

Moren bergabung di meja makan.
"Makan yang banyak, kau membutuhkan energi, Paman Moren." Molly menyendokkan nasi ke piring Moren.

"Wah enak banget, Molly kau sekarang pintar memasak." Niki memuji sambil menghirup kuah supnya.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang