38. Sepasang

8.4K 895 53
                                    

Untuk pertama kalinya Julian merasa ingin cepat pulang dari kantor, dia berbisik pada Calvin untuk segera mengakhiri meeting. Julian merindukan bayi gendutnya, Lian dan juga baby sitter-nya, walau dia tidak mengakui.

Calvin membubarkan para petinggi perusahaan yang menghadiri rapat.

"Ke mana sih, Molly? Sudah aku katakan untuk mengirim video dan foto Lian satu jam sekali." Julian berdecak. Julian mengawasi melalui kamera CCTV tapi wajah Lian tidak terlalu jelas di sana.

"Pastinya sibuk." Calvin berdecak, dia membayangkan bagaimana saat itu mereka menenangkan Lian yang terus menangis. Calvin mendapatkan telepon dari resepsionis.

"Siapa?" Calvin bertanya. Kemudian dia menoleh ke arah Julian, "Seseorang ingin bertemu denganmu, Julian. Dia menunggu di lobi."

"Kalau tidak ada janji, tolak saja seperti biasa. Aku mau pulang."

"Tapi, ini Moren. Adiknya Nona Molly."

Kening Julian berkerut. Akhirnya, Julian menyuruhnya naik ke ruangannya.

"Selamat siang, bapak-bapak." Moren menyapa. Sebelumnya mereka pernah bertemu dan saling berkenalan, tetapi tentu memiliki maksud yang berbeda dengan hari ini.

"Silahkan duduk, mantan adik ipar palsuku." Julian menyunggingkan senyum palsu. Moren menahan nafas, tidak menyangka kalau Julian akan segera melakukan konfrontasi dengan mengucapkan kalimat itu.

Dia memang sulit ditebak, pikir Moren.

Moren duduk di sofa, sedangkan Calvin keluar untuk meminta OB menyiapkan minuman.

"Karena Pak Julian sudah mengatakan itu, maka saya akan langsung saja." Moren berkata. Julian memandanginya seksama, dia memang mirip Molly. Kulitnya serta ekspresi wajahnya, tetapi Moren memiliki postur tubuh tinggi, berbeda dengan Molly yang sedikit mungil.

Julian duduk dengan santai, mengetukkan jari ke sandaran kursi. "Silahkan bicara."

"Aku ingin Pak Julian melepaskan kakak dan keponakanku." Moren tahu apa yang dia katakan akan percuma, hanya saja dia harus menunjukkan pada Julian kalau kakaknya, Molly, memiliki seseorang yang siap mengorbankan apapun.

"Melepaskan? Apa aku menculik mereka?" Julian bertanya.

"Ya." Moren menjawab dengan tegas.

Julian tertawa, "Aku memberikan kehidupan yang lebih baik untuk Lian, juga memberi upah untuk Molly."

"Kehidupan Lian baik sejak dulu, dan sekalipun Pak Julian memberi upah ke kakak saya, dia tetap orang yang bebas. Pak Julian seharusnya tidak memaksa kakak saya untuk tinggal 24 jam di rumah Bapak."

"Dia bebas untuk pergi, kalau dia inginkan." 

"Benarkah?"

Julian berkata lagi dengan intonasi sedikit menekan, "Aku sudah katakan, jangan mencampuri urusanku. Apa kau bahkan paham maksud dari kalimat itu?"

"Anda mencoba mengancam saya?" Moren segera menantang, mendengar nada dalam suara Julian.

Julian menjentikkan jari, "Hanya semudah ini, menghancurkan kalian."

Moren tertawa, "Anda dan Renhard, ternyata sama-sama manusia brengsek."

Wajah Julian berubah, dia jelas tidak menyukai kata-kata Moren.
"Jangan samakan aku dengannya."

"Dulu, aku dan kakakku pernah diinjak-injak dengan keji. Karena aku, kakakku terpaksa harus melakukan hal yang tak mungkin dia lakukan dalam mimpi terburuk sekalipun. Dan saat itu aku tak berdaya." Moren mengeram marah, Julian dapat melihat kilatan api di matanya.
"Tapi kali ini, siapapun yang mengusik ketenangannya, langkahi dulu mayatku."

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang