40. Tidak Mengerti

7.5K 800 45
                                    

Kabur ...

Kata itu adalah satu-satunya yang terlintas di pikiran Molly saat Julian berkata tegas agar dia meninggalkan Lian. Tidak bisa mengakui Lian di depan orang-orang sebagai anaknya saja membuat Molly bersimbah air mata setiap malamnya, apalagi dipisahkan dengan darah dagingnya sendiri.

Bagaimana cara dia kabur? Penjagaan di rumah Julian sangat ketat, belum lagi kamera CCTV di setiap sudut rumah. Dia menelepon Moren, menceritakan apa yang terjadi. Moren mengatakan mereka akan pergi ke suatu tempat yang terpencil atau bahkan pra terisolir melalui jalur darat agar tidak terdeteksi oleh Julian. Karena kalau kabur ke luar negeri, Julian akan bisa mengecek dari penerbangan.

Sekarang, hanya tinggal memikirkan bagaimana membawa Lian keluar dari rumah ini tanpa sepengetahuan Julian.

Molly enggan kembali ke kamarnya, dia terus berada di kamar Lian. Mendekap dan mencium Lian terus menerus, seakan takut tidak bisa lagi memeluk bayinya di masa depan. Kenapa kehidupan begitu jahat padanya? Padahal dia dan Julian sama-sama manusia, kenapa dia begitu tidak berdaya?

Lian bangun kemudian menangis, Molly menyusui dan menyanyikan lullaby. Hari-hari belakangan di kehidupan Molly selalu dipenuhi oleh Lian, Lian membuatnya bertahan. Bagaimana mungkin dia bisa dipisahkan dengan anaknya?

Setelah Lian berhenti menangis dan tertidur lagi, Molly meletakkannya di dalam box bayi, dia berbaring menatap langit-langit kamar itu.

Moren mengirim pesan, kalau dia akan datang menjemput. Walaupun Molly tidak yakin kalau dia bisa keluar dari penjagaan di rumah Julian tanpa ketahuan. Molly beranjak dari tempat tidur menuju kamarnya dan memasukkan pakaian ke dalam tas, dia kemudian kembali ke kamar Lian, mengemasi barang-barang dan perlengkapan Lian.

"Apa yang kau lakukan?" Julian muncul di pintu kamar, seperti biasa menjelang malam dia akan mengecek kamar Lian.

"Aku mengundurkan diri dari pekerjaan baby sitter." Molly menjawab, seraya terus memasukkan pakaian ke tas.

"Mengundurkan diri? Kau dipecat, Molly."

"Ya, dan aku akan membawa pergi anakku."

"Molly, apa kau berhalusinasi?"

"Kau yang kesurupan Julian? Kau lupa kalau Lian anakku? Di aktenya dia tidak memiliki seorang ayah."

"Jangan mempersulit dirimu sendiri." Julian berkata.

"Kau ingin memisahkanku dengan Lian? Hidupmu nggak akan pernah tenang."

Julian menatap lurus, dia mengantuk dan lelah tetapi dia seketika dikuasai amarah saat melihat Molly memasukkan barang-barang Lian juga ke dalam tas.

"Kau yakin?" Julian mengejek.

"Ayo kita bertemu di persidangan, sebelum itu. Buktikan kalau kau memiliki hubungan dengan Lian." Molly mendorong Julian.

"Jangan membuatku memakai kekerasan." Julian berkata dengan nada tenang.

"Apa? Kau mau mengirim orang untuk menyerangku lagi?" tantang Molly.

Julian tercekat, "Bagaimana kau tau?"

Seketika Molly lemas, dia hanya berceloteh dengan mengatakan itu. Tidak sangka itu benar. Julian tega melakukan itu?

"I-itu sungguh kau?" Molly bertanya gemetar. Wajah Julian menjadi bingung. "Kau tau, kau ternyata seorang bajingan. Aku nggak akan pernah memaafkanmu!" Molly berteriak. Dia mengambil Lian dari box bayi.

"Berhenti! Mau dibawa ke mana Lian?" Julian menghalangi Molly.

"Aku nggak sanggup melihat Lian diasuh pria tidak bermoral sepertimu!" Molly berteriak, air matanya mengalir dalam kemarahan. Beberapa pelayan terbangun dan menyaksikan pertengkaran Molly dan Julian. Julian mengusir pelayannya, memerintahkan agar jangan ada yang mendekat atau melihat.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang