Molly bersidekap, apa yang terjadi siang ini sangat mencengangkan. Pertama, dia mengingat Lian, bayinya terlihat sehat dan baik. Dia memakai pakaian baru, sepatunya juga keren dan stylist.
Kemudian dia memikirkan Julian. Kenapa Julian bersikap begitu? Molly berbaring di atas tempat tidur, kenapa Julian mendadak muncul di sana? Sengaja mengucapkan kalimat sindiran. Mengatakan kalau dia menelantarkan anaknya? Bukankah Julian yang mengusir dan memisahkan dia dengan Lian?
Molly teringat percakapannya dengan Calvin, Hari Sabtu yang lalu.
"Ya, Nona Molly?" Suara Calvin terdengar tenang.
"Pak Calvin, saya minta maaf kalau menganggu."
"Tidak apa Nona Molly, ada yang bisa saya bantu?" Calvin bertanya lagi.
"Begini ... saya ingin tau bagaimana keadaan Lian, bisakah bapak memberitahukan saya kabar Lian secara rutin. Saya akan amat berterima kasih." Molly berpikir kalau Calvin sejauh ini bersikap baik padanya, mungkin setidaknya pria itu bisa sedikit prihatin kepada seorang ibu yang dipisahkan dari anaknya.
"Baiklah, apa Nona Molly ingin mendengar kabar tentang Pak Julian juga?"
"Eh?"
Terdengar suara kecil Calvin di seberang, Calvin dan Julian selalu terlihat serius saat bersama. Molly rasa, baru kali ini dia mendengar suara tawa Calvin.
"Nona Molly, ingin saya memberi saran?"
"Soal apa?"
"Agar bisa bertemu Lian lagi?"
Molly mencoba mencerna kalimat Calvin. "Maksudnya bagaimana?"
"Nona Molly mungkin bisa pergi berkencan atau bersenang-senang."
Molly merenung, Calvin malah menyuruhnya bersenang-senang. Dia mengikuti saran Calvin walau banyak pertanyaan di benaknya. Memangnya pilihan apalagi yang dia punya?
Molly tersentak, dia segera bangun dari pembaringannya.
Julian, cemburu?! Jangan bilang kalau Julian mengawasinya. Bukankah sangat kebetulan seorang seperti Julian membawa Lian ke tempat umum hanya untuk menyindirnya.
Molly menggelengkan kepala, bukankah Julian mengusirnya? Tapi ... Kenapa Calvin malah menyuruhnya pergi berkencan agar bisa bertemu dengan Lian?
Dengan segera dia berhambur ke kamar Moren. Mengetuk pintu. Moren membuka pintu kamarnya.
"Ya, Kak Molly."
"Moren, apa kau belum tidur? Kakak ingin mendiskusikan sesuatu."
Kening Moren berkerut, "Mengenai apa ini?"
Molly masuk ke kamar adiknya yang didominasi warna gelap, kamarnya simple dan rapi karena Molly yang selalu membereskannya. Hanya saja untuk perabotan dan pewarnaan, Moren memilih sendiri. Dia kemudian duduk di atas tempat tidur, sedangkan Moren duduk di kursi meja komputer.
"Begini, ini tentang Niki." Molly berkata ragu.
"Niki?"
Molly mengangguk, "Ada pria yang terlihat sangat membenci dia. Pokoknya selalu membuat susah Niki, dia juga selalu menghinanya. Kita sebut dia ini pria A."
Moren tampak berpikir, "Niki sering ke sini, tapi, dia nggak pernah cerita?"
"Ya, dia malu padamu Moren." Molly sedikit salah tingkah. Karena hanya tinggal berdua, Molly dan Moren dekat. Jadi wajar saja kalau Molly menceritakan aktivitasnya pada Moren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suspicious Wife
RomanceMolly terpaksa harus berpura-pura menjadi Jane anak dari bos adiknya, menggantikan wanita itu menikah dengan seorang pria. Wajah dan seluruh sifat juga kebiasaan Molly dirubah mengikuti Jane, tapi tetap saja kepribadian aslinya masih mendominasi. Me...