39. Rumit

8.2K 854 77
                                    

Julian menahan tangannya di pagar beranda, memandang kejauhan. Terlihat Lian dan Molly sedang berjemur di sana. Pemandangan yang begitu cantik, membuat perasaannya hangat. Namun, ini tidak boleh terjadi.

"Kak Julian." Terdengar suara Vania memanggilnya.

"Vania. Kau datang?" Akhir-akhir ini Vania semakin sering keluar masuk ke rumahnya, mungkin dia harus mengingatkan pelayan agar melarangnya masuk sebelum Julian memberikan izin.

"Kak Julian, aku membawa pakaian baru dan mainan untuk Lian." Vania tersenyum sumringah.

"Vania, kau nggak perlu repot." Julian berkata.

Vania memandang ke arah Molly dan Lian, "Kak Julian, boleh aku bermain dengan Lian?"

Julian mengangguk. Vania memanggil Molly, wanita itu menoleh. Kemudian dia mendekat ke arah Julian dan Vania dengan Lian di gendongannya.

"Nona Vania." Molly menyapa, Julian merasakan raut wajahnya tidak suka. Tetapi pada posisi ini Molly tidak bisa berbuat apapun. Vania mengambil Lian dari Molly.

"Lian, gendut sekali kau." Vania tertawa-tawa.

"Vania, pergilah main dengan Lian. Aku mau bicara dengan Molly." Julian berkata. Vania melirik Molly sebentar kemudian pergi bersama Lian. Lian sudah kenyang dan tidak ngantuk, dia kemungkinan tidak akan rewel.

"Mungkin, Lian butuh mama baru." Julian berkata. Molly hanya diam, membuat Julian makin kesal. "Bagaimana dengan Vania? Dia mungkin nggak terlalu keibuan, tapi dia bisa belajar."

Molly tetap diam. Julian merasa diabaikan, mungkin dia merasa sok penting karena kemarin Julian tampak begitu lemah. Membuatnya merasa di atas angin.

"Kenapa kau diam saja?"

Molly akhirnya membuka mulut, "Bapak Julian ingin saya berkata apa?"

Sekarang dia berbahasa dengan sangat formal, menyebalkan! Julian merutuk.

"Kalau Lian sudah memiliki mama baru, kau mungkin tidak bisa bertemu dengan dia lagi." Julian menjelaskan.

"Kenapa Bapak mengatakan ini ke saya? Bukannya saya cuma seorang pelayan, untuk apa bertanya?" Terdengar suara Molly bergetar.

"Selain itu, kau harusnya tau, seorang pria butuh wanita untuk melayaninya di ranjang." Julian mengejek.

"Saya juga tidak perlu mendengar, perempuan mana yang akan anda pilih untuk memuaskan anda di ranjang."

Julian tersentak, dia mencengkram pergelangan tangan Molly. Mendorongnya di tembok dan mengukungnya. Molly membuang muka. Julian menahan dagu Molly dengan tangan, membuat mereka saling berpandangan. Bibir Molly pucat, begitupula dengan wajahnya.

"Kemana semangatmu yang biasa?"

Molly diam lagi.

"Kau ingin menjadi wanita itu, berapa yang kau butuhkan untuk melayaniku malam ini, Molly? Aku akan berikan sebanyak yang kau minta."

Molly meronta, "Lepaskan!" Tapi wanita itu terlampau lemah, bahkan tangan Julian tidak bergerak sejak tadi.

"Kalau kau mau melakukannya, mungkin aku tidak perlu mencari mama baru untuk Lian." Julian berkata sinis. Dia melihat mata Molly mulai berkaca. Tetapi dia masih berusaha memberontak dengan kuat.

"Kak Julian." Vania datang lagi tanpa suara, suaranya terdengar tercekat, mungkin kaget melihat posisi Julian saat ini. Begitu dekat pada Molly.

Julian mendesah, dia melepaskan kukungannya. Menyuruh Molly pergi. Molly segera berjalan cepat meninggalkan Vania dan Julian, Vania memandanginya.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang