6. Pertemuan Keluarga

8.4K 723 15
                                    

Julian melihat penampilan Molly malam itu, dia mengenakan rok panjang bewarna aprikot dan blouse tertutup, sederhana, namun, dia mengenakan kalung di lehernya menambah kesan anggun dan elegan. Siapa mengira dia berani mengancam akan memotong jari kelingking orang.

"Bagaimana penampilanku?" Dia bertanya pada Julian.

"Bagus." Suara Julian rendah dan mendayu seperti biola, Molly sekarang merasa kehangatan di perutnya mendengar suara itu. Julian mengulurkan tangannya, dengan sedikit ragu Molly meraih tangan Julian.

Bodyguard Molly yang bernama Niki ikut serta, dia memakai kemeja hitam dan celana hitam juga sepatu bot hitam. Hidungnya yang bertindik dan matanya diberi eyeliner hitam bergaya gotik, menambah kemisteriusan dan keseraman auranya. Memang cocok jadi bodyguard bos mafia. Sejak wanita itu masuk hidupnya entah sudah berapa kali Julian dibikin melongo.

Rumah orang tua Julian tak kalah megah, lampu terang benderang seperti istana, Molly mengikuti Julian dari belakang sambil tangan mereka bergenggaman, penampilan Julian sangat keren, Molly yang memilihkan pakaian tadi. Kaus putih tipis sebagai dalaman dan luaran bewarna gelap yang pas di tubuh yang bidang dan padat. Tangan Molly sampai berkeringat.

"Jane."

Pria yang telah melewati paruh baya menyambutnya dengan ramah, wibawanya terlalu kentara.

"Pa," kata Julian. Pria itu adalah papa Julian, Tuan Yoga.

"Kemarilah Jane." Pria itu memang paling ramah, Molly bertemu dengannya sebelum dan saat resepsi pernikahan, tampak jelas kalau papa Julian sangat menyukai Jane, apalagi papanyalah yang memaksa Julian menikahi Jane.

"Apa hubungan kalian akur? Katakan pada Julian untuk mencetak anak setiap hari. Kalau dia bersikap dingin dan kasar padamu katakan pada papa, papa akan segera menghajarnya."

"Tenang saja pa, aku akan berusaha keras menghasilkan anak," kata-kata Julian membuat pipi Molly sangat memerah, bagaimana mereka mau menghasilkan anak kalau bersentuhan saja tidak?

"Iya pa, aku mengerti."

"Kau terlihat semakin kurus, apa Julian menyusahkanmu? Dia memang sedikit dingin."

"Papa."

"Benar pa, aku memanggilnya tuan kaku." Molly mulai tertawa, akhirnya ada juga yang baik di keluarga Julian.

"Tuan kaku?" Papa Julian tertawa keras, mama Julian datang dengan setera mendengar tawa itu. Dan memasang muka sebal saat melihat Molly.

"Bos gangster," bisik Julian di telinga Molly, membuat Molly spontan menepuk paha Julian. Julian juga tertawa.

"Kirain ada apa yang berisik sekali," kata mama Julian.

"Tampaknya kalian sudah akrab, bagus ... bagus sekali ... ayo kita makan. Sayang, kenapa lama sekali hidangannya."

"Halo semua, aku datang." Vania masuk dengan tawa dibuat-buat, dia mengenakan gaun kulit pendek sepaha dan sepatu heels dari kulit buaya. Seketika Molly menjadi kesal, dia melihat pada Niki yang berdiri di belakangnya.

"Papa apa boleh ajudanku duduk?" tanya Molly. Sekarang Molly menyebutnya sebagai ajudan.

"Jane. Aku tidak apa-apa."

"Sekalipun kau menyukainya, seorang pelayan tidak boleh duduk bersama," sahut mama Julian, Vania pun memasang senyum senang yang sangat memuakkan.

"Saya berdiri saja," kata Niki. Molly melihat ke arah Julian.

"Ini bukan rumah kita, Jane. Kita harus mengikuti peraturan tuan rumah."

Molly mengangguk, dia juga salah, nanti dia akan dicurigai, bagaimana seorang Jane begitu baik pada pelayan.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang