Julian meniup tangannya, lagi-lagi pria itu membuat wajahnya merah padam tak karuan. Sudah malam di tempat perkemahan di mana Julian mengajak Molly berkemah.
Ada beberapa tenda di sana selain mereka. Rata-rata keluarga.
"Julian, kau suka anak kecil?"
"Mereka lucu dan menggemaskan. Kenapa Jane? Apa kau ingin seorang anak?" Julian tersenyum simpul.
"B-bagaimana bisa? Kau saja belum menyentuhku." Molly setengah berteriak Tiba-tiba merasa sangat bodoh, suasana begitu hening. Dia bicara sedikit saja sudah terdengar. Julian melongo mendengarkan itu.
"Pelankan sedikit suaranya," ujar Julian.
Mereka belum menjalani hari-hari sebagai suami istri, Molly menghela nafas. Ngeri juga, apa hukuman untuknya seandainya dia melakukan hubungan suami istri dengan Julian? Apa sebaiknya dia jujur?
Sejauh ini Julian orang yang baik, juga perhatian. Tapi ... bukankah orang baik akan menjadi kejam kalau dikhianati? Takutnya Julian malah murka.
"Kenapa liat gitu? Ayo kita makan malam. Besok pagi, aku ajak menjajal kegiatan outdoor."
Molly sangat bersemangat, "Kita makan siang di mana?"
"Keluar dulu, mana bisa memasak di sini." Julian memperhatika sekeliling, hanya diterangi oleh lampu-lampu kecil lokasi mereka, membuat suasana cukup remang.
Molly tertawa, mau bagaimana lagi, saat ini namanya camping ceria. Molly berjalan berjingkat-jingkat saat mengikuti Julian.
Julian memperhatikan, bahkan jalannya saja lucu, pikir Julian.
"Mau makan apa?"
"Apa aja, Julian, kau kan tau aku pemakan segalanya."
Julian tersenyum simpul, "Jane, percayalah, kau belum banyak memakan makanan di dunia ini."
"Maksudnya?"
Julian menggeleng. Mereka masuk ke dalam mobil dan mencari tempat makan yang tidak jauh dari bumi perkemahan, sekitar 200 meter jaraknya. Molly melihat itu adalah rumah makan yang terlihat sederhana.
"Julian, kau pernah makan di sini?"
Julian mengangguk, "Tempatnya bersih bersih, makanannya juga enak. Mereka bahkan memasak menu vegetarian." Tampaknya mereka menjual makanan rumahan.
"Julian, padahal kau suka pilih-pilih makanan." Molly berkeluh kesah.
"Masa iya? Aku nggak pilih makanan, Jane. Aku hanya nggak suka kotor."
"Aku ngerti."
Molly melongok pada menu makanan yang dipilih oleh Julian, kemudian mengikutinya.
"Julian, aku nggak menyangka kalau ternyata menu vegetarian bisa sangat enak." Molly melahap tepung yang diberi bumbu menyerupai udang.
"Aku ingin jadi vegetarian." Julian tersenyum, seperti biasa wajah Molly belepotan kalau makan dengan saus dan Julian mengelapi lembut. Wajah Molly tersipu-sipu.
"Yang ini menipu, aku kurang suka." Molly menunjuk pada kulit tahu yang dibentuk seperti paha ayam dan digoreng.
"Kalau pake saos jadi lumayan enak," terang Julian. Molly mencobanya. Dia mengangguk-angguk lagi
"Julian, katanya kalau manusia makan daging. Mereka akan menjadi ganas mengikuti keliaran hewan yang dimakan."
"Bisa jadi, karena makanan menyatu dengan tubuh manusia."
"Tapi aku suka daging." Molly berdecak.
Julian kembali tersenyum, dia meletakkan daging panggang ladanya ke piring Molly. Molly mengusap pipi malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suspicious Wife
RomanceMolly terpaksa harus berpura-pura menjadi Jane anak dari bos adiknya, menggantikan wanita itu menikah dengan seorang pria. Wajah dan seluruh sifat juga kebiasaan Molly dirubah mengikuti Jane, tapi tetap saja kepribadian aslinya masih mendominasi. Me...