30. Curiga

8K 780 51
                                    

Moren berlari di koridor rumah sakit pukul 2 dini hari. Jantungnya seperti mau lepas karena kakaknya menelepon untuk mengabarkan kalau dia tengah berada di unit gawat darurat sebuah rumah sakit. Moren meminta Niki mengasuh Lian dan terburu-buru mendatangi kakaknya. Dia tidak mungkin membawa bayi ke rumah sakit di jam segini.

Setelah bertanya pada perawat yang sedang berjaga, Moren segera menuju bilik tempat kakaknya dirawat. Saat melihat kakaknya, Molly dengan kepala diperban, Moren langsung merasa lemas.

"Kak Molly, apa yang terjadi?" Moren menahan kedua tangan di sisi tempat tidur.

"Moren, tenanglah." Molly berkata. Dia melihat ke sekitar, ke mana perginya Julian dan Calvin? Seperti mengetahui kalau Moren akan datang dan mereka bergegas menghilang.

"Tenanglah?" Moren mana mungkin bisa tenang.

"Moren, pelankan suaramu. Ini sudah dini hari dan ini ruang gawat darurat." Molly menegurnya lagi. Moren akhirnya duduk, memperhatikan memar di ujung bibir kakaknya. Ya Tuhan ... Kenapa selalu gagal menjaga kakaknya?

"Ada penyusup masuk ke dalam kantor, kebetulan kakak lagi lembur. Jadi dia menyerang." Molly berbohong sedikit, tapi sebenarnya dia juga tidak mengetahui niat pria itu. Bisa jadi dia memang ingin mencuri sesuatu, tapi kaget melihat masih ada orang.

Mata Moren menyiratkan ketidak percayaan. Dia seketika menjadi awas. "Pertama kali lembur dan ada yang menyerang kakak?"

"Masih diselidiku juga dari rekaman CCTV." Molly menjelaskan, dia tidak ingin Moren panik. Walaupun sebenarnya hal itu tidak mungkin, rambut Moren berantakan juga dia hanya mengenakan kaos rumahan. Dia pasti terburu- buru datang.

"Siapa yang antar kakak ke sini?" Moren menyelidik.

"I-itu ...." Molly memilih jawaban yang tepat.

"Pak Moren." Calvin menyibak tirai yang tertutup setengah dan menyapa Moren.

"Pak Calvin?" Moren jelas mengenali pria itu, tangan kanan juga tangan kiri Julian sekaligus. Orang yang paling dipercaya oleh Julian.

"Ya, kebetulan saya pulang larut karena lembur. Jadi saya melihat penyerangnya walau dengan wajah tertutup saya bisa membuatkan profilnya." Calvin menjelaskan.

Molly menarik lengan Moren, "Moren, udahlah, kakak nggak apa-apa. Perusahaan juga udah berjanji akan mengusut peristiwa ini."

"Itu benar, kami tidak akan lepas tanggung jawab begitu saja. Penyerang Nona Molly memang kabur, tapi kami berjanji akan segera menangkapnya."

Calvin memberikan Molly kartu namanya, "Nona Molly itu saluran pribadi saya, silahkan menghubungi saya kalau anda membutuhkan sesuatu. Saya akan datang lagi besok."

"Baik Pak Calvin. Terima kasih." Molly melirik Moren. "Juga, sampaikan terima kasih saya pada Bapak."

Calvin kemudian berpamitan dan meninggalkan Molly setelah yakin ada keluarga yang akan menjaganya.

"Kak Molly, udah aku katakan berkali-kali. Kakak harus segera resign dari sana." Moren masih belum puas untuk menasehati kakaknya. Memang dia yang salah, kurang tegas.

Molly mengeluh, dia mengambil minyak telon dan mengolesi tubuhnya. "Moren, kakak kangen Lian."

"Kakak jangan mengalihkan pembicaraan. Pokoknya mulai besok kakak tidak usah bekerja lagi. Aku curiga ini bukan kebetulan."

"Moren, apa maksudmu?" Molly menatap bingung. "Bukan kebetulan?"

"Kak, dengar. Aku curiga ini ulah Julian. Dia ingin balas dendam pada kita." Setelah Molly mengetahui yang terjadi, Moren tidak lagi menutup-nutupi. Biar Molly mengetahui dan waspada pada pria itu.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang