33. Dilema

7.2K 699 40
                                    

Molly dan Moren duduk di meja salah satu anggota kepolisian, dia menanyakan beberapa hal. Molly berkata kepada Moren kalau dia akan menelepon seseorang. Molly pun beranjak dari meja penyidik dan menelepon.

"Hallo Nona Molly."

Suara khas yang akhir-akhir ini mulai kerap dia dengar menjawab panggilan. Eh, tunggu sebentar.

"Pak Calvin, anda tahu ini saya?" Molly bertanya. Seingat Molly dia belum pernah menghubungi nomor Calvin, saat di rumah sakit juga dia tidak menelepon pria itu. Walaupun kata Calvin dia boleh menelepon seandainya membutuhkan sesuatu. Calvin terdiam.

"Aku menyimpan nomor Nona Molly untuk keperluan administrasi."

"Oh begitu, Pak Calvin, sepertinya ada kesalah pahaman di sini. Aku sekarang di kantor polisi."

"Di kantor polisi? Apa yang terjadi?" Suara Calvin terdengar panik.

Molly menghela nafas, "Begini, saya juga nggak paham. Mereka berkata kalau saya memiliki transaksi mencurigakan dan terindikasi dalam aliran pencucian uang."

"Apa yang bisa saya bantu?" Calvin bertanya.

"Sepertinya ini karena saya menerima imbalan uang dari Pak Julian, bisakah Pak Calvin ke sini atau mengutus orang untung meluruskan kesalahpahamannya?"

"Baik Nona Molly, saya mengerti. Saya akan menghubungi anda sebentar lagi."

"Terima kasih, Pak Calvin."

"Tidak masalah Nona Molly. Saya akan membantu sebisa saya."

Molly menutup sambungan telepon, dia melihat Bella memasuki kantor polisi. Bella selalu terlihat memesona, dia banyak berkorban demi Moren. Semoga kisah cinta mereka tidak menyakitkan seperti dirinya, semoga Moren telah mencintai wanita itu dengan tulus.

Molly kembali duduk di sebelah Moren. Moren sangat tenang, seperti kengerian yang terasa mencekam.

"Moren, kau nggak apa-apa?" Molly bertanya.

Moren hanya mengangguk. Dia kali ini meminta izin untuk bicara dengan Bella. Molly melanjutkan tanya jawab dengan penyidik kepolisian. Selang beberapa waktu kemudian dia mendapatkan lagi telepon dari Calvin.

"Pak Calvin?" Molly menjawab, seandainya memang Julian sudah mengetahui kebohongannya, sangat ironis Molly meminta bantuan ke asistennya. Ini seperti sebuah perjudian, tapi nyawa sebagai taruhannya. Molly mendesah.

"Nona Molly, begini, sebenarnya sangat mudah meluruskan ini. Tim pengacara perusahaan akan segera datang."

"Tapi?" Molly tahu pasti ada tapinya, dari nada bicara Calvin.

"Tetapi, karena Nona Molly sudah mengajukan surat pengunduran diri, akan sulit bagi perusahaan membela Nona Molly."

Molly memejamkan matanya, apa hubungan ini semua? Molly masih berusaha merangkai peristiwa yang terjadi. "Jadi maksudnya, perusahaan sudah tidak bisa membantu?"

"Bisa, dengan catatan Nona Molly membatalkan pengunduran diri. Tim pengacara akan mudah mewakili karyawan. Juga, mudah untuk mengatakan kalau uang yang berada di rekening Nona Molly adalah imbalan dari Pak Julian."

Molly hanya terdiam. Dia menyudahi pembicaraan dengan Calvin, meminta waktu untuk memikirkan.

"Semua udah direncanakan bukan? Kak Molly, siapa yang kau hubungi?" Moren muncul bersama Bella di belakangnya. Raut wajah Bella tampak prihatin.

"Moren, apa yang sebaiknya kita lakukan?" Molly bertanya.

"Kak Molly, aku nggak tau gimana, tapi untuk kasus ini aku nggak bisa melakukan apapu . Bahkan semua pengacara yang aku hubungi menolak membantu. Apa kalian telah menyinggung seseorang yang berkuasa?" Bella bertanya menyelidik.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang