45. Saingan

8.3K 845 76
                                    

"Pak Calvin." Molly melihat Calvin sedang duduk di coffee shop dekat kantor, mereka memang berjanji untuk bertemu di sana pagi ini.

"Halo Molly, sepertinya kita sudah cukup akrab, jadi aku akan memanggilmu dengan nama saja." Calvin tertawa.

"Pak Calvin seharusnya melakukan itu dari dulu. Aku selalu merasa geli kalau dipanggil nona." Molly balas tertawa.

"Kau bisa memanggilku dengan sebutan Calvin juga, Molly."

"Tapi ...." Calvin seumuran Julian, lebih tua darinya.

"Aku lebih suka dipanggil hanya dengan nama. Bagaimana?"

"Oke." Molly kemudian mengangguk.

Calvin memesan satu cup kopi lagi untuk Molly. Kemudian mereka duduk untuk berbincang.

"Bagaimana keadaan Lian, apa dia baik-baik saja?" tanya Molly.

"Kemarin dia vaksin."

Mata Molly berkaca, "Ya, ini memang waktunya. Aku sedih nggak bisa menemaninya, apa Lian merindukanku?"

"Itu jelas, dia sering menangis. Tetapi, Julian mulai bisa menenangkannya. Julian sebenarnya tidak terlalu buruk sebagai seorang ayah." Calvin menjelaskan.

"Aku berharap begitu," keluh Molly. Dia bertanya, "Apa sulit untuk mengikuti Julian?"

"Tidak juga, aku lumayan menyukainya.  Dia orang yang sangat hebat dalam pekerjaan, banyak pelajaran yang aku dapatkan. Sebenarnya, Julian sangat baik dan royal pada orang yang disukainya."

"Aku tau itu." Molly berkata lirih.

"Benar juga, kau pernah menikah dengannya bukan?" Calvin tertawa, membuat Molly ikut tertawa.

"Aku selalu tidak habis pikir kalau memikirkan itu, Calvin. Aku hanya berharap semuanya akan lebih baik. Sungguh, aku ingin hidup tenang, bahagia dengan Lian, keluargaku dan ... suamiku masa depanku nanti, mungkin."

"Molly. Apa kau serius menjalin hubungan dengan Anthony?"

"Anthony orang yang baik. Tapi saat ini ...." Molly menyesap kopinya, "Aku tidak ingin menyakiti hati orang lain, kau tau---aku belum berniat untuk jatuh cinta lagi."

Calvin tersenyum, "Kau mengatakan jatuh cinta lagi, tampaknya, dulu ... kau sungguhan jatuh cinta pada Julian."

"Entahlah, aku kadang juga belum paham soal itu. Anthony, dia mungkin menyukaiku, tapi ... aku belum bisa menerimanya begitu saja, Calvin."

"Kalau begitu menikah denganku saja."

Molly tergelak, " Kau bercanda."

Calvin tersenyum, "Tidak, aku butuh pasangan dan aku pikir, kita bisa saling menyukai kalau kita terbiasa."

"Kau pria yang sangat baik Calvin."

"Aku tidak peduli kalau Julian membunuhku, aku bisa mendapatkan wanita secantik ini, cukup sepadan."

"Calvin, aku tidak menyangka kau seorang perayu."

Calvin hanya tertawa.

"Kalau kehabisan pilihan, silakan pilih aku. Aku jamin kau akan bahagia, Molly."

Molly tertawa lagi, dia tahu Calvin bercanda tapi ... pernyataan Calvin cukup membesarkan hatinya. 

"Siang ini apa kau pergi dengan Julian? Aku ingin mentraktirmu. Akhir-akhir ini aku kerap merasa kesulitan Calvin. Aku sangat berterima kasih kau mau mendengarkan keluh kesahku."

"Tidak apa, aku juga merasa bosan. Aku butuh teman untuk pergaulan."

"Kau memiliki Julian sebagai seorang sahabat. Yah, walaupun dia sedikit kaku." Akhir-akhir ini Niki mulai bekerja, Julian tidak memboikotnya lagi. Molly jadi jarang bertemu dengan sahabatnya itu.

Suspicious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang