Julian pulang dengan kondisi tubuh yang bau alkohol, kancing kemejanya sudah lepas dua di bagian atas dan dasinya terlihat longgar. Dia memasuki kamar. Melihat Jane tertidur dengan kaki dan tangan terlentang. Kulitnya seputih susu, pipinya tampak merah. Padahal dia mengenakan pakaian tidur yang tertutup, tapi lekuk tubuhnya tampak nyata. Wajah Jane memang cantik, tapi Julian telah bertemu banyak wanita cantik, kecantikan tidak akan membuat dia tergoda.
Julian merubuhkan tubuhnya di atas kasur menghimpit Molly, menahan nafas karena aroma bayi yang terhirup dari tubuh wanita itu.
"Apa ini? Apa kau mabuk?" Molly terbangun.
"Tidak. Aku tidak pernah mabuk."
"Minggir, kau bau. Berat tau!"
"Suaramu menyakitkan telinga," kata Julian. Oh Molly jadi merasa malu, dia mengetahui itu, kalau berteriak suaranya jadi melengking. Beda sekali dengan suara Julian, mendengarnya saja sudah menenangkan. Kenapa pria ini minum-minum sih? Molly mencium aroma alkohol bercampur aroma parfum kayu yang memabukkan dari tubuhnya.
"Sudah, biarin saja. Aku nggak mau tidur ditendang lagi. Aku harus menindihmu."
"Kau yakin tidak mabuk?" Molly bergumam, tangan Julian dan kakinya yang panjang melingkar ditubuhnya. Ya udahlah, dia juga mengantuk. Molly memejamkan mata. Eh tunggu! Molly mendengus kesal. Dia beringsut bangun, mendorong tubuh Julian. Dia melepaskan sepatu dan kaos kaki pria itu. Kemudian membuka kemejanya. Kulit dadanya yang telanjang terlihat dan bahunya yang lebar, harus membuat Molly menahan nafsu, celana panjangnya juga sempurna terbalut di kaki yang panjang.
"Sudah." Molly merebahkan lagi tubuhnya di atas kasur. Julian kembali berguling dan menghimpitnya.
"Kenapa kau bau bayi?" tanya Julian. Dadanya yang bidang lebar dan tanpa penutup menyentuh lengan Molly.
"Kebiasaan sejak dulu," kata Molly, dia akan mengoleskan minyak telon di seluruh tubuhnya sebelum tidur. Kalau tidak dia tidak akan bisa tertidur.
"Kau lucu," bisik Julian.
"Makasih." Molly menoleh dan menatap mata Julian, hitam seperti batu alam. Mereka saling menatap kemudian Molly mengalihkan pandangannya. "Kau juga tampan." Dia berbisik.
Julian tertawa geli, wajahnya terlihat imut. Bagaimana seorang wanita seperti Jane bisa terlihat malu-malu begitu?
"Jangan tendang aku lagi." Julian memejamkan mata. Jantung Molly berdetak cepat seperti mau copot.
🌵
Julian bangun seperti biasa, Molly telah selesai mandi. Dia wangi sabun dan rambutnya wangi shampoo, tercium aroma segar menguar dari tubuhnya.
"Julian, aku belikan kau kemeja." Molly menghilang ke ruang pakaian dan membawa bungkusan. Dia mengeluarkan kemeja bewarna biru lembut kotak-kotak. "Kau suka tidak?"
"Itu kan cuma kemeja."
"Maksudnya?"
"Ya, bukankah semua kemeja terlihat mirip?"
"Tapi motif ini sedang hits Tuan kaku, pakai hari ini, ya?"
"Itukan belum dicuci?" Sekarang dia bertambah panggilan, Tuan Kaku. Mulut istrinya lebih cepat bicara dari berpikir, batin Julian.
Molly terbelalak, "Oh iya." Dia terlihat kecewa.
"Kau mau aku memakainya?"
"Terserah saja."
"Sini."
"Serius?" Matanya berbinar dan kekanakkan. Julian mengenakan dan Molly membantu memakaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suspicious Wife
RomanceMolly terpaksa harus berpura-pura menjadi Jane anak dari bos adiknya, menggantikan wanita itu menikah dengan seorang pria. Wajah dan seluruh sifat juga kebiasaan Molly dirubah mengikuti Jane, tapi tetap saja kepribadian aslinya masih mendominasi. Me...