PROLOG

3.9K 415 182
                                    


Follow my account first khanarabel
to get notifications!


Him.

Him

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PROLOG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PROLOG

Seorang laki-laki berseragam sekolah, putih abu-abu berdiri bergeming di pinggir lapangan seraya memandang ke satu titik yang mampu mengalihkan fokusnya. Mengamati pergerakan dari seorang perempuan mungil yang berada di tengah lapangan sedang bercanda ria dengan kawan-kawannya ekstrakulikulernya.

Memperhatikan bagaimana cara perempuan itu tertawa, bagaimana matanya menyipit membentuk bulan sabit ketika tawanya lepas, caranya berbicara dengan teman-temannya serta sikap lain yang perempuan itu tampilkan dengan penuh keceriaan.

"Udah sana, samperin anaknya!" suruh Kala sembari menepuk pundak Genta yang sedang berada di pinggir lapangan.

Kala yang baru saja datang, melirik ke arah bawah—di mana terdapat paper bag berwana putih berada di genggaman tangan Genta.

Paper bag dengan pita yang terikat pada bagian talinya. Hadiah yang Kala pilihkan atas permintaan Genta dua minggu lalu untuk diberikan kepada sang pujaan hati laki-laki di hadapannya.

"Lo yakin dia bakal suka sama hadiah yang gue kasih?" ucap Genta ragu-ragu.

Kala mengangguk pasti, "Iya, pasti suka. Percaya sama gue!"

Genta menarik napas panjang, dan menghembuskannya kembali. Setelah itu ia mengangguk untuk meyakinkan dirinya kembali.

"Gue kesana dulu. Doain gue semoga lancar ya?" kata Genta menepuk pundak Kala.

Kala memalsukan senyumnya, "Pasti," katanya.

Genta mulai melangkah untuk mendekati perempuan yang sedang berada di tengah lapangan. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan. Kala memanggil namanya.

"Genta!" panggil Kala yang membuat Genta menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Kala.

Ingin menahan laki-laki itu, namun sadar ia tidak berhak.

"Good luck." Akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut Kala, membuat Genta tersenyum tipis. Namun, tidak menutupi wajah tegangnya.

"Thanks Kal," kata Genta lalu kembali melangkah, menjauhi Kala yang menatap punggung Genta dengan tatapan sendu.

Mereka sempat bersisi tatap sebentar, saling meyakinkan satu sama lain, bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi yang Kala yakini, setelah hari ini semua tidak akan baik-baik saja. Setelah hari ini akan ada perubahan signifikan yang terjadi. Entah siapa yang akan berubah.

Tidak mudah berada di posisi ini. Yang dengan bodohnya berharap dengan laki-laki tersebut, lalu terjebak dalam perasaan nyaman yang laki-laki itu berikan. Sampai pada akhirnya salah satu kenyataan menamparnya. Hanya manusia bodoh yang dengan rela membantu seseorang yang dia suka dengan sahabatnya sendiri.

Dan yang lebih bodoh.

Manusia itu adalah dirinya sendiri.

"Persetan sama cinta. Bisa-bisanya ngebuat gue jadi cewek bego kayak gini!" jerit Kala dalam hati.

Kebodohanku adalah membantunya mendekati sahabatku. Karena sialnya, salah satu rahasiaku adalah pernyataan bahwa aku mencintainya.

•••

Setelah bagian prolog ini, cerita akan kembali ke tempat semula, di mana semua kejadian baru akan di mulai.

TO BE CONTINUE.

***

Perihal masa putih abu-abu yang suatu saat akan menjadi masa yang paling dirindukan.

***

Cerita ini atas dasar pemikiran saya sendiri tanpa campur tangan orang lain. Tidak memplagiati cerita manapun. Namun, jika ada hal yang mungkin sama itu di luar kendali saya.

Thank you for attention♡

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang