Hai semuanya, sebelum membaca jangan lupa vote dan komen bab ini sesuai pendapat kalian. Kalau mau berspekulasi tentang apa yang akan terjadi di bab setelahnya juga boleh bangat. Silahkan diskusi di kolom komentar. Jujur aku suka bangat kalau ngeliat ada komen yang menjelaskan pendapat mereka tentang bab yang mereka baca. Tentang bagaimana sifat tokoh-tokohnya, cara mereka mengambil keputusan atau cara mereka mengeluarkan pendapat mereka masing-masing.
Aku enggak masalah mau komennya banyak atau sedikit. Selama kalian menikmati cerita ini, itu yang terpenting buat aku.
Oke karena terlalu banyak ngomong.
Selamat membaca.
•••
TIGA HARI belakangan ini waktu belajar Kala dan Genta di kelas berkurang banyak. Ternyata terpilih sebagai wakil lomba di bidang yang mereka sukai banyak menyita waktu. Guru-guru sudah memberikan mereka keringanan untuk tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas asal tetap mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, mereka tidak masalah sama sekali.
Hari ini selepas latihan bulu tangkis yang semakin padat, Kala dan Genta memutuskan untuk mengikuti kelas sejarah indonesia, selain tidak begitu menguras otak sebab tidak harus mengitung. Guru Sejarah Indonesia pasti akan banyak bercerita tentang perjuangan pahlawan pada masa orde lama dan orde baru atau menceritakan sejarah kerajaan Hindu-Budha yang membuat banyak murid di kelas menguap menahan kantuk.
Kala memasuki ruang kelas, baju olahraganya telah berganti menjadi seragam putih abu-abu yang bagian rok-nya sedikit ia kecilkan. Berharap Genta telah ada di kelas karena dia menitip air mineral dan nasi goreng dari kantin. Demi apa-pun perutnya sudah meronta kelaparan sedari tadi.
"Kala!!" seru Arin berlari dari kursinya menuju Kala yang baru masuk ke ruang kelas.
Kala berhenti ketika melihat Arin seperti menunggunya kehadirannya sejak tadi.
Arin seketika menarik pergelangan tangan Kala ke luar kelas, "Ikut gue sebentar." kata Arin. Kala mengerutkan dahinya dan mengikuti Arin yang menariknya.
"Kenapa Rin, serius bangat?" tanya Kala heran saat mereka berdua telah berada di koridor depan kelas. Mereka berdiri sebelah pintu kelas yang tertutup.
Arin yang terlihat ragu, berdeham membasahi tenggorokannya, "Gue boleh minta tolong sama lo gak? Cuma lo satu-satunya harapan gue." Arin menangkup tangannya, memohon.
"Minta tolong apa?"
"Gue sebenarnya gak enak sama lo, cuma gue udah pasrah bangat, enggak tau harus minta dengan cara apa lagi. Gue tau kalau ini tugas gue sebagai bendahara kelas, tapi kalau gini caranya gue ngerasa kayak gue yang punya hutang, padahal dia yang belum bayar uang kas." jelas Arin semakin membuat Kala tambah bingung.
"Maksud lo ada anak kelas yang belum bayar uang kas?" tanya Kala balik menangkap penjelasan Arin tadi.
Arin mengangguk lesuh, "Iya. Brian belum bayar uang kas dari awal masuk dan sekarang numpuk. Bukannya gue maksa dia buat bayar, tapi emang ini udah mewajiban dia buat bayar uang kas. Gue gak bisa selalu nalangin dia setiap saat. Kelas kita juga punya kebutuhan, dari alat bersih-bersih, beli kertas ulangan, sampai kalau ada kerusakan di kelas pun harus pakai uang kas."
"Kenapa enggak lo tagihin?"
"Udah. Cuma jawabannya selalu nanti. Masalahnya nantinya itu sampai kapan? Gue udah minta bantuan anak cewek gak ada yang berani, kalau gue minta tolong sama anak cowok takutnya malah adu tonjok. Lo tau tabiatnya Brian gimana."
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)
Teen Fiction𝘿𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙘𝙚𝙬𝙚𝙠 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙞𝙣𝙞. 𝙆𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙨𝙖𝙝𝙖𝙗𝙖𝙩 𝙜𝙪𝙚 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙤 𝙨𝙪𝙠𝙖? [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jangankan sekelas, bisa bertemu dengan laki-laki meny...