Hello semua. Don't forget to vote and comment kalian. Terima kasih.Happy Reading
***
TIDAK seperti kedua sahabatnya—Sagi dan Ariel—yang merupakan pecinta motor sport atau Ibam yang menyukai motor Vespa. Genta mempunyai selera motor berbeda dari mereka semua. Berkat sang ayah yang sering memperkenalkan motor kesukaannya sejak ia kecil. Dan sejak saat itu juga Genta menyukai motor yang bertema classic.
Seperti saat ini, suara dari motor yang memiliki brand keluaran Kawasaki dengan jenis W175 telah memenuhi indra pendengaran bagi siswa SMA Airlangga yang saat ini sedang berada di parkiran sekolah. Pandangan mereka semua tertuju pada Gentala yang baru saja datang dengan motor classic-nya itu.
Motor yang sudah Genta modifikasi sedemikian rupa sehingga, sebagian besar motor itu berwarna hitam dan berbeda dari motor kebanyakan, mampu menarik atensi banyak orang untuk mengamatinya lebih lama.
Sebagian besar murid di sekolah ini, menggunakan motor matic atau bagi para siswa laki-laki yang ingin lebih terlihat keren, mereka lebih memilih menaiki motor sport dibanding motor yang lainnya.
Genta datang dengan hoodie hitam yang melekat ditubuhnya, memarkirkan motor kesayangannya di tempat biasa dia parkir bersama teman-temannya. Dia melihat ketiga motor temannya sudah terjejer rapih yang berarti mereka sudah datang terlebih dahulu.
"Ta!" panggil Mahesa—siswa kelas XI IPA 3—sembari menepuk pundak Genta yang masih berada di atas motor.
Genta menoleh seraya melepas helm hitamnya dan ia letakan di atas tangki motor. "Kenapa Sa?" balas Genta menyugar rambutnya.
"Minggu depan kita diajak anak SMA Cempaka buat tanding basket. Menurut lo terima aja atau engga?" ujar Mahesa menerima pendapat dari teman baiknya. Sekaligusnya wakilnya dalam eskul bola basket.
Genta diam sejenak, lalu memangutkan kepalanya. "Boleh! Terima aja."
Mahesa mengangguk, "Oke! Nanti gue kabarin anak basket yang lain di group chat."
"Okey." Genta menarik kunci dan turun dari motornya membuat Mahesa sedikit memundurkan langkahnya.
"Lo ke Wargel gak?" tanya Mahesa.
Genta menggeleng. "Nggak, gue langsung ke kelas."
"Iya udah gue duluan ya!" kata Mahesa menepuk pundaknya.
Berbeda dengan Mahesa yang melangkah keluar dari area sekolah. Genta justru masuk menuju area sekolah dengan tas yang ia sampirkan di salah satu pundaknya. Berjalan dengan tegap meluruskan tatapannya ke depan. Jangan lupakan helm yang berada di genggamannya—pantang bagi Genta untuk meninggalkan helmnya di parkiran sekolah.
Selain takut hilang, helmnya ini juga mempunyai harga yang tidak murah.
Terkenal supel terhadap semua orang, menyebabkan beberapa siswa laki-laki maupun perempuan memanggil namanya ketika Genta melewati mereka, dan disambut sapaan balik serta senyuman manis khasnya.
Tidak sedikit juga, perempuan yang salah tingkah akibat balasan Genta terhadapnya. Padahal, Genta hanya berniat untuk menyapanya kembali dan tidak ada niatan lainnya.
Gentala sendiri, sebenarnya tidak masuk dalam kategori laki-laki tampan, tetapi justru masuk ke dalam kategori laki-laki manis. Ditambah dengan pembawaanya yang dapat dengan mudah membuat orang-orang di sekitarnya nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)
Ficção Adolescente𝘿𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙘𝙚𝙬𝙚𝙠 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙞𝙣𝙞. 𝙆𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙨𝙖𝙝𝙖𝙗𝙖𝙩 𝙜𝙪𝙚 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙤 𝙨𝙪𝙠𝙖? [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jangankan sekelas, bisa bertemu dengan laki-laki meny...