54. TAKKAN KEMANA

380 70 30
                                    

selamat malam semua. kita udah ada di bab 54, aku mau bilang terima kasih banyak ke kalian. terima kasih yang aku tau gak akan bosan aku ucapin. terima kasih untuk yang udah dukung cerita ini lewat vote atau komenan kalian.

selamat membaca. semoga kalian suka. semoga banyak sudut pandang baru yang kalian dapat ketika baca cerita Gentala. semoga cerita ini bisa menghibur kalian.

buat yang mau kasih kritik atau saran boleh bangat ya untuk diberitahukan.

love youuuuu!

****

SITUASI laki-laki yang duduk diam di tepi teras rumah Kala, sudah lebih baik dari beberapa waktu yang lalu. Dia menekuk lututnya, memandang langit malam yang sepenuhnya gelap tanpa bintang.

Tepat di hari ini. Takdir seolah berpihak padanya. Dia yang tidak tau menahu tentang perselingkuhan ayahnya, hari ini diperlihatkan secara gamblang sisi busuk pria itu yang selama ini ditutup rapat oleh bunda serta kakaknya.

Kejadian itu lagi dan lagi berputar di pikirannya.

"Ayah?" kata Genta menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang mirip ayahnya keluar dari pintu mobil bersama seseorang.

Dia yang ketika itu berada di atas motor hendak menyalakan mesin dan keluar dari parkiran apartemen karena habis menemui temannya yang tinggal di gedung ini. Melihat keberadaan seseorang yang sekelebat mirip ayahnya dan seorang wanita muda yang mungkin jika diterka umurnya tidak jauh dari kakaknya sendiri. Genta mengamati kedua orang yang berada di sisi mobil dengan cermat.

Dia yakin itu ayahnya setelah meneliti punggung dan mobil yang dipakai pria itu.

Posisinya hanya dihalangi satu mobil. Jadi, apa yang mereka katakan, Genta dapat mendengarnya jelas.

"Kamu serius mau pulang ke rumah istri kamu? Gak mau nginep di apart aku lagi aja?" tanya wanita muda itu mengelus rahang ayahnya.

Seluruh tubuh Genta menegang mendengar kalimat itu. Napasnya tercekat.

Pulang ke rumah istri?

Menginap di apart aku lagi?

Genta mencoba menyadarkan kesadarannya. Menebak-nebak tentang apa yang dilihatnya malam ini.

Jadi ini alasan ayahnya tidak pulang selama ini? Bukan karena bekerja? Melainkan karena dia pulang ke rumah wanita itu? Ayahnya memilih pulang ke rumah wanita itu, bukan ke rumah keluarganya?

"Iya. Saya harus pulang ke rumah dia," jawab Galih membuat Genta semakin menajamkan mata serta telinganya.

"Yakin? Gak mau nginep di sini aja? Kan kamu juga udah sering nginep di sini. Buat apa ke rumah istri kamu lagi? Kamu mau damai sama dia? Kalian gak jadi cerai? Bukannya kamu mau cerain dia demi aku?" tuntut wanita itu.

Galih menangkup telapak tangan wanita itu dari rahangnya dan dia genggam erat, "Bukan gitu. Justru saya pulang karena mau mengakhiri semuanya. Saya mau kami selesai."

"Tapi kalau dia gak mau cerai sama kamu gimana? Kamu akan tetap ceraiin dia?"

"Kamu tenang aja. Saya akan ambil keputusan terbaik untuk hubungan kita."

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang