MALAM ini Genta masih saja berkelit dengan soal-soal persiapan ujian. Kepalanya mau pecah. Belum lagi ujian nasional yang ada di depan mata. Dia merebahkan tubuhnya dia atas kasur. Genta melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 2 pagi. Dia mengerjap sesaat kemudian mencari ponselnya. Genta mencari ponselnya sampai membuat ranjang berantakan dan baru berhenti saat ponselnya berada di bawah bantal.
"Apa yang lo pikirin sih, Kal?" gumam Genta saat melihat spotify Kala yang masih menyala dan memutar musik. Kala bukan tipe yang harus tidur dengan musik. Dia terbiasa tidur dalam keadaan sunyi.
Genta menelpon ponsel Kala. Dia tidak berharap di jawab karena itu berarti Kala mungkin sudah tidur. Tetapi harapannya salah. Kala menjawab telepo Genta.
"Hallo?" kata Kala dari balik ponsel.
"Hallo Kal."
"Iya kenapa, Ta?
"Gue ganggu lo gak?"
"Enggak. Ada apa?"
"Gak apa-apa. Cuma tiba-tiba keinget kalau lo sering kebangun malem-malem. Dikirain udah enggak, ternyata masih ya?"
"Masih."
Genta bergumam bingung ingin mengobrol apa lagi.
"Ta," panggil Kala dan membuat Genta tersentak.
"Iya?"
"Boleh vidio call gak? Gue mau bikin teh di dapur tapi gak berani sendiri."
Ini angin segar buat Genta. Tanpa ragu Genta mengiyakan permintaan Kala. Rasa lelah bekas tadi belajar, hilang seketika. Kedua matanya jadi segar setelah itu. Mereka berdua mengobrol ringan sembari Kala membuat tehnya di dapur. Dia dari tadi memang ingin membuat teh, namun terhalang karena takut.
"Bunda kangen katanya, Kal."
Gue juga. Yang itu hanya bisa disuarakan dalam hati.
"Oh iyaa? Nanti gue chat Bunda deh."
"Kak Gita juga nyariin lo. Dia katanya mau buat kue sama lo sama Bunda lagi."
Kala terkekeh pelan, "Udah lama ya ternyata gue enggak ke sana?"
"Iya lama bangat. Orang rumah nanyain terus, tapi enggak berani buat ngechat katanya."
"Kenapa enggak berani? Chat aja gak papa."
"Iya nanti gue bilangin Bunda ya? Dia takut ganggu lo."
"Nggak lah gak ganggu. Gue malah seneng."
Telepon masih bersambung, tetapi mereka tidak ada yang buka suara. Benar-benar tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Kala mengangguk, "Genta udah dulu ya? Gue udah agak ngantuk."
"Oh udah ngantuk? Gue dari tadi ya nahan lo buat tidur? Iya udah matiin aja teleponnya. Maaf ya, Kal."
"Ih apa deh? Gue justru yang makasi karena udah ditemenin bikin teh."
"Enggak masalah, Kal. Telpon gue jam berapa pun kalau lo enggak bisa tidur. Pasti gue angkat."
"Iya Genta."
Tidak lama panggilan terputus. Kala langsung tertidur setelah itu. Biasanya dia tidak mampu tertidur lagi, tapi kali ini dia tertidur pulas. Genta juga ikut terlelap. Dia tidak lagi melanjutkan kegiatan belajarnya. Mereka berdua sama-sama terlelap dengan dengkuran halus menandakan bahwa mereka benar-benar pulas.
***
Hari ini pengumuman kelulusan SNMPTN diumumkan. Sudah dari pagi keringat dingin menunggu pengumuman yang akan berlangsung di jam 4 sore. Namun, pengumuman berujung baik dan tidak baik. Ada yang lolos, ada juga yang tidak lolos. Dari kelima cowok-cowok itu, hanya Genta, Ariel, dan Mahesa yang lolos. Genta lolos di Universitas Indonesia, Jurusan Hukum. Jurusan yang sudah lama dia incar. Mahesa juga lolos di Universitas Brawijaya, dan pastinya masuk di Jurusan Kedokteran, dan yang tidak disangka akan lolos, yaitu Ariel di Universitas Negri Jakarta dengan Jurusan Manajemen. Sagi yang justru merupakan ketua osis dan banyak diyakini akan mudah untuk lolos SNPMTN, nyatanya mendapatkan warna merah pada halaman website.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)
Novela Juvenil𝘿𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙘𝙚𝙬𝙚𝙠 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙞𝙣𝙞. 𝙆𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙨𝙖𝙝𝙖𝙗𝙖𝙩 𝙜𝙪𝙚 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙤 𝙨𝙪𝙠𝙖? [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jangankan sekelas, bisa bertemu dengan laki-laki meny...