Holla. Happy reading : chapter.23, don't forget to vote & comment this chapter if u like it (for give me appreciation). Enjoy and thank you♡♡.***
SELURUH penjuru sekolah hari ini diisi oleh murid-murid yang bertugas membersihkan semua sisi gedung sesuai dengan bagian masing-masing. Sudah menjadi hal yang biasa jika SMA Airlangga menetapkan peraturan di mana murid-murid dipertugaskan untuk membersihkan sekolah pada akhir bulan. Semua sudah mendapat tugasnya masing-masing.
Ada yang membenahi ruang kelas, memunguti sampah yang ada di wilayah sekolah, menyapu daun-daun kering yang berserakan di lapangan, membersihkan toilet , mengelap kaca jendela, menyapu halaman belakang, mengelap debu yang menempel di rak perpustakaan, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Bukan hanya murid yang bekerja, melainkan guru-guru juga ikut turun tangan. Membenahi gedung serta fasilitas yang setia menemani kegiatan belajar mengajar mereka setiap harinya.
Saling menjaga dan bertanggung jawab akan tempat yang mereka pergunakan untuk menuntut ilmu ini.
Saat ini Kala berada di lantai bawah, sedang membawa ember penuh air untuk dipergunakan mengepel lantai kelas—tahap terakhir ketika sudut kelas telah rapih. Sebagian siswi perempuan di kelas, menerima tugas untuk merapihkan ruang kelas termasuk Kala. Sedangkan, yang siswa laki-laki memilih untuk membersihkan tempat lain.
"Kalau tau berat gini, tadi gue nerima bantuan Airin." dumel Kala membawa ember berukuran sedang.
Tadi sebelum menuruni tangga, Airin memanggil, bertanya apakah Kala bisa membawa ember yang dipenuhi air sendirian. Dan dengan pastinya, Kala mengangguk dengan yakin menjawab bisa.
Air dari ember berkeluaran dari tempat yang seharusnya karena dorongan, sebab Kala tidak seimbang memegang ember tersebut.
"Huh." Kala meletakan ember hijau itu, menghapus keringat terlebih dahulu, nafasnya naik-turun karena jarak dari kamar mandi lantai satu ke arah tangga lumayan jauh.
Meletakan kedua tangan di pinggang seraya memandang anak tangga yang akan dia naiki sambil membawa ember berat ini.
"Sial! Kenapa harus naik tangga coba?" eluh Kala mengamati anak tangga yang banyak itu.
Kala mengambil napas, dan menyemangati dirinya sendiri. "Semangat yuk!" kata Kala menundukkan sedikit tubuhnya untuk mengambil ember.
Tapi, sebelum tangan Kala menggapai gagang ember. Ada tangan lain yang lebih dulu sampai.
"Sini biar gue yang bawain." celetuk seseorang mengambil ember dan berdiri tepat di sisi kiri Kala.
Kala tersentak dan menatap laki-laki berseragam sama sepertinya. "Enggak usah, gak pa-pa." jawab Kala mencoba meraih ember itu agar dia saja yang bawa.
Mahesa menggeleng, menjauhkan jangkauan ember dari Kala. "Udah biar gue aja." tolak Mahesa menatap Kala.
Kala menggaruk pelipisnya kikuk. Rasanya sudah banyak tolakkan yang ia lontarkan untuk Mahesa yang berinisiatif membantunya. Bukan berniat menolak sebenarnya, cuma Kala hanya tidak ingin memberi harapan lebih kepada orang yang dengan terang-terang menunjukkan perasaan padanya.
"Iya udah." Kala mengangguk, memperbolehkan.
Mendengar itu, Mahesa tersenyum sumringah. "Akhirnya gue gak ditolak lagi." ungkapnya jujur kepada Kala.
Kala hanya bisa tersenyum canggung, membalas kalimat penuh sindiran itu.
Melihat Kala yang hanya bisa tersenyum, Mahesa mengalihkan topik agar suasana tidak canggung, "Ini buat air pel kan?" tanya Mahesa menunjuk ember dengan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)
Novela Juvenil𝘿𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙘𝙚𝙬𝙚𝙠 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙞𝙣𝙞. 𝙆𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙨𝙖𝙝𝙖𝙗𝙖𝙩 𝙜𝙪𝙚 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙤 𝙨𝙪𝙠𝙖? [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jangankan sekelas, bisa bertemu dengan laki-laki meny...