20. POLAROID

346 56 0
                                    

Halo semua, terima kasih buat yang udah baca sampai part ini. Jangan lupa buat vote, yaa! Thank you♡.


Happy Reading.

***

SETIAP air yang menetes, berjatuhan ke lantai mengikuti jejak Genta yang melangkah memasuki rumah. Genta berjalan tanpa rasa bersalah. Bagian atas tubuhnya polos tanpa terbalut kain apa-pun. Membuat otot yang berada di perutnya terpampang jelas.

"Gentala." tekan Gantari melihat Genta berlajan dengan ceceran air yang memenuhi lantai.

Genta menyengir menatap bundanya yang berkacak pinggang, "Eh ada Bunda. Kenapa Bun?" Genta menggaruk tekuknya.

"Kamu itu bener-bener ya?! Itu liat air nya kemana-mana." tunjuk Gantari kepada air yang berceceran.

Genta menatap ke arah lantai, lalu menepuk jidak saat mendapati jejaknya. "Nanti, Genta yang pel. Bunda tenang aja." Genta memberi saran, untuk menghindari serangan dari bundanya.

Gantari menatap malas Genta, dia tau itu hanya akal bulus dari anaknya. Karena ujung-ujungnya dia juga yang akan membersihkan air yang berceceran itu. "Kamu itu kebiasaan kalau berenang. Pasti airnya kemana-mana. Kan bisa keringin dulu pakau handuk baru masuk rumah. Itu juga Kala, kamu kan pasti yang bawa dia masuk ke kolam?!"

"Biar seger, Bun." Genta menjawab dengan lelucon.

"Bunda kan jadi gak enak, Ta. Masa Bunda yang ngundang dia baik-baik ke sini, malah kamu ceburin ke kolam."

Akhirnya Genta mendapat jawaban, alasan kenapa Kala berada di rumahnya pagi ini. "Tunda dulu Bun marahnya. Genta mau mandi dulu, ini udah kedinginan."

Gantari menghela napas kasar, "Kamu mandi di kamar Bunda aja. Di kamar kamu ada Kala. Nanti Bunda ambilin baju kamu di kamar."

Genta mengangguk, ia tahu bahwa kamar mandi tamu sedang tidak berfungsi dengan baik, dikarenakan air keran yang tidak mampu mengeluarkan air. Sedangkan, kamar Kak Gita pasti di kunci karena pemiliknya sudah 3 hari ini pergi menjadi volunteer di daerah pedesaan. Tidak mungkin di kamar bundanya, selain karena privasi, tidak sembarangan orang masuk bisa masuk ke sana.

"Iya udah Genta mandi dulu."

•••


Kala saat ini berada di kamar mandi, sedang berkaca pada cermin sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.

Bajunya telah berganti dengan baju milik Tante Gantari. Celana kulot berwarna putih dengan blouse lilac yang memiliki motif bunga-bunga berukuran kecil, membuat tampilannya lebih feminim dari biasanya. Kala yang jarang menggunakan warna-warna terang, karena cenderung memakai warna earthtone dengan tampilan yang simple. Merasa kurang percaya diri saat harus menggunakan warna seterang ini.

Namun, karena tidak enak jika menolak. Kala mencoba menaikan kadar kepercayaan dirinya. Sepertinya percuma juga jika menolak, karena Kala tebak isi lemari Tante Gantari pasti memiliki baju dengan suasana yang sama. Dari sini saja, sudah bisa dilihat seberapa feminimnya bunda dari teman menyebalkannya itu.

"Kayak cewek bangat gue." Kala berkomentar menatap dirinya di cermin.

Menelusuri tampilannya dari atas sampai bawah. "Aduh kalau kayak gini, mending minjem baju punya Genta gak sih? Dari pada baju bunga-bunga gini? Lucu sih....tapi kalau gue yang pakai, kayak enggak bangat." Kala berkata pada dirinya sendirinya.

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang