41. GRANDFINAL BADMINTON, JAKARTA SPORTS OLYMPICS

357 69 24
                                    


Selamat membaca semuanya. Jangan lupa vote dan comment, terima kasih. Hope u like it. Enjoyy semua!!

***

Stadion Badminton saat ini resmi menjadi tempat penentuan pemenang pertama ajang perlombaan Jakarta Sports Olympics. Suara sorak penonton terdengar memenuhi seisi gedung ini. Mereka saling berteriak penuh semangat mendukung sekolah mereka masing-masing. Banyak penonton yang membawa balon tepuk berwarna merah untuk memeriahkan pertandingan atau peliut yang mereka tiupkan. Stadion saat ini benar-benar disulap menjadi ramai penonton.

Semua mata tertuju oleh kedua perempuan yang berada di tengah lapangan saling melemparkan serangan untuk memenangkan lomba ini. Mereka yang menjadi titik fokus seluruh tatapan penonton. Sahabat-sahabat Kala bekumpul di atas tribun meneriaki nama Kala serta kata semangat yang ikut meramaikan. Tidak lupa juga, Genta, Ibam, Sagi, Ariel, dan Mahesa yang juga ikut menyemangati Kala bersama-sama.

Dibanding lawan-lawannya yang kemarin, Kala merasa lawan yang kali ini memiliki kemampuan yang baik. Peserta yang tidak berkompeten telah kalah, menyisahkan dua peserta yang bertahan dengan kemampuan yang sebanding.

"Airlangga!" Sorakan itu disuarakan bersamaan dengan tepukan balon yang seirama melawan suara dari sekolah lain.

"Airlangga!" Dua kali tepukan balon  terdengar.

"Airlangga!"

Sekolah lain tidak mau kalah, mereka sama-sama menyuarakan suaranya yang sama kerasnya.

"Sentosa!" Tepukan balon yang berirama dan siulan terdengar.

"Sentosa!"

"Sentosa!"

Mereka saling menyoraki peserta yang berasal dari sekolahnya masing-masing. Saat ini murid SMA Airlangga tidak perlu lagi meminta izin untuk menghadiri pertandingan ini. Mereka bebas datang sesuai perkataan kepala sekolah yang memperbolehkan.

Pertandingan semakin sengit. Mereka berdua sama-sama kuat. Para penonton harap-harap cemas menunggu siapa yang akan menang.

Kala memukul kok bulu tangkis yang datang. Lawannya kali ini tidak main-main. Dia kewalahan, sampai ketinggalan 1 poin. Melihat lawannya yang lagi-lagi bisa mengembalikan kok bulu tangkis ke areanya, Kala kembali berancang-ancang, siap memukul kembali. Ketika kok bulu tangkis itu datang, pandangannya memudar.

"WHOOOO!! SENTOSAAA!!!"

Kok bulu tangkis berhasil jatuh di areanya tanpa sempat dia pukul.

"Delapan belas. Dua puluh." Wasit berseru membacakan skor masing-masing.

Kala menghela napas dan menghapus keringatnya yang memenuhi kening. Lagi-lagi dia kehilangan kesempatan. Tidak lagi selisih 1 poin, tetapi 2 poin. Jika lawan berhasil mendapatkan poin untuk kedua kalinya, dia menang.

Kala mengambil kok bulu tangkis yang terjatuh di sampingnya. Dia memejamkan mata sebentar. Kepalanya pening ditambah suara penonton semakin membuat kepalanya sakit. Dalam hati, Kala menyemangati diri sendiri. Dia bangkit berdiri dan memberikan kok bulu tangkis kepada lawan. Kala mengambil ancang-ancang untuk memukul kok bulu tangkis yang akan datang. Dan berharap dia bisa menyusul skor yang tertinggal.

"Kalaaa! Semangat!!!" Suara teman-temannya meneriaki dari atas tribun.

Kala menatap semua temannya dan mengangguk. Dia tersenyum tipis. Setidaknya masih ada yang mendukungnya.

Pertandingan kembali di mulai. Dengan kekuatan yang sama-sama bersaing.

"Kala kenapa pucet bangat ya?" tanya Ariel berbisik kepada mereka.

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang