13. DEAL?

392 65 6
                                    

Don't forget to vote!!!

Happy Reading

***

SETELAH terlepas dari keadaan mencekam di ruang guru. Mereka melangkah menyusuri koridor dengan tangan yang masih bertautan. Kala menatap punggung Genta dari belakang dan menghela napas kasar, memikirkan nasib nilainya setelah ini.

Tautan tangan yang di lepas oleh Kala, membuat Genta yang berada di depan menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Mendapati wajah Kala yang murung, Genta memutar tubuhnya, menghadap penuh Kala.

"Kenapa?" tanya Genta.

Kala bersedekap dada, lalu menatap Genta dengan tatapan tidak percaya.

"Lo masih tanya kenapa?!" sungut Kala.

Genta mengalihkan pandangannya, melirik dua kertas ulangan dengan tanda silang merah yang cukup besar yang berada di tangannya.

"Karena ini?" tanya Genta mengangkat setengah kertas ulangan itu.

"Menurut lo?" jawab Kala dengan mata yang menyala.

"Setelah kita ketahuan, karena gue nyontek jawaban lo dan nilai kita gak akan di input ke daftar nilai. Lo masih bisa santai dan gak mikirin, gimana kalau nilai kita gak cukup memumpuni buat di rapot?" cecar Kala kepada Genta.

"Ini baru ulangan harian yang ketiga, dan gue rasa itu gak akan terlalu berpengaruh di rapot. Lagi pula kita juga belum UAS, masih banyak nilai lain yang bisa bantu nilai kosong kita." jelas Genta dengan nada tenang.

Kala terkekeh miris, "Iya lah lo bisa mikir kayak gitu. Anak olim matematika, nilai lo setelah ini juga pasti bakal sempurna, dan bisa nutupin nilai kosong lo itu. Coba kalau gue? Belum tentu nilai gue setelah ini, bakalan bagus dan bisa bantu nilai gue yang kosong." kata Kala berapi-api.

"Kenapa lo jadi adu nasib kayak gini? Jangan pikir karena gue anak olim, gue bisa dengan mudah dapet nilai bagus. Gue juga mikirin nilai gue, tapi gue gak kayak lo, yang cuma bisa marah-marah dan nyalahin orang lain." lontar Genta ikut terpancing emosi.

"Emang ada kalimat gue yang nyalahin lo?" bela Kala, "Gue cuma gak abis pikir, lo bisa sesantai ini setelah nilai kita gak akan di input sama Bu Jang." papar Kala.

"Terus lo mau gue kayak gimana?" tanya Genta, "Lo mau gue komplain sama Bu Jang dan mohon-mohon buat enggak kosongin nilai ulangan harian kita? Lo tau sifat Bu Jang. Lo kira semudah itu buat ngubah keputusan Bu Jang?" ujar Genta menatap Kala.

Kala menatap nyalang ke arah Genta, "Terserah lo deh." kata Kala mengakhiri perdebatan itu, dan melangkah melewati Genta.

Genta memijit keningnya, lalu menghela napas kasar, menatap punggung Kala yang mulai menjauh.

"Oke, gue minta maaf." teriakan Genta membuat langkah Kala terhenti seketika.

Genta melangkah mendekati Kala yang masih bergeming membelakanginya. "Gue minta maaf." ujar Genta sekali lagi.

Kala menatap Genta heran, "Kenapa lo minta maaf?" tanya Kala.

"Karena gara-gara keputusan gue buat kasih jawaban ke lo, nilai kita jadi kosong." jelas Genta sesuai fakta.

"Tapi kan enggak sepenuhnya salah lo. Gue juga salah karena nyalin jawaban lo." sanggah Kala.

"Tapi kan lo gak minta jawaban gue, jadi gue yang salah." putus Genta.

Kala menggeleng, "Enggak, gue yang salah." jawab Kala tegas.

"Gue." kata Genta.

"Gue Ta."

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang