65. BERTENGKAR HEBAT

473 82 20
                                    


selamat membaca jangan lupa vote! putar playlist jangan lupaaa.

****

DI SETIAP sudut warung Mang Bagel dipenuhi remaja yang saling bercakap ria. Ada yang bermain kartu, ada yang bernyanyi dengan gitar sebagai instrumennya, atau ada juga yang hanya sekedar menikmati secangkir kopi hitam buatan Mang Bagel yang terkenal nikmatnya.

Genta menyandarkan punggungnya ke dinding dengan tangan yang memegang empat lembar kartu remi. Mereka duduk melingkar dengan meja yang berada di tengah. Mengamati permainan teman-temannya dengan seksama. Mendengar gelakan tawa temannya tanpa ikut tertawa. Dua minggu ini dia selalu absen berkumpul karena lebih memilih di rumah dan menyendiri atau menikmati waktu bersama bunda dan Kak Gita. Sudah Genta katakan, kali ini dia tidak ingin kecolongan lagi. Dua minggu tidak melihat keramaian tongkrongan, membuatnya sedikit tidak nyaman. Seakan ada perasaan gelisah yang terselip.

Genta menggerakkan kedua kakinya. Dia terlihat tidak nyaman berujung cemas. Tidak mengerti apa penyebabnya. Antara dia ingin kembali ke rumah atau karena alasan jika dia sengaja mematikan ponselnya supaya tidak bisa dihubungi oleh seseorang.

Genta menoleh ketika merasakan tepukan dari pundak kanannya, disusul kehadiran Ibam yang datang duduk disebelahnya setelah meletakan sepiring pisang goreng yang mengepul karena baru selesai di goreng di atas meja.

"PISANG GORENG COMINGG!!!" seru Ibam.

"Wihhh mantap bangat ini pisang goreng!" seru Bang Jule melihat sepiring pisang goreng yang menarik perhatiannya.

"Baru mateng tuh!" kata Ibam memberi tahu.

Ariel yang hendak mengambil pisang goreng menjerit, "ASTAGA NAGAA PANAS BANGAT!!" teriaknya meniupi jarinya yang terasa panas.

"Udah gue bilang baru mateng! Gak sabaran sih lo!" balas Ibam sengit.

Yang lain tertawa melihat penderitaan Ariel, "Lagian udah tau asepnya masih ngepul gitu. Di serbu aja sama dia," tambah Sagi terkekeh.

"Tertawa di atas penderitaan orang lain lo semua!" hardik Ariel yang panas di jarinya sudah mulai mereda.

Ibam mengambil sepotong pisang goreng dengan hati-hati, disusul yang lain yang juga menyantap pisang goreng yang masih panas.

"Pisang goreng, Ta. Mumpung masih panas, nanti kalau udah dingin gak enak," tawar Ibam kepada Genta.

Genta mengangguk singkat.

"Ayo lanjut-lanjut main kartunya," titah Mahesa menyuruh yang lain melanjuti permainan sambil memakan pisang goreng.

"Giliran gue ya sekarang," balas Jawir meletakan selembar kartu remi di atas meja yang menunjukan 3 sekop.

Selagi mereka bermain. Genta mengikuti permainannya dengan datar. Ibam yang tidak ikut bermain kartu karena asik saling membalas pesan bersama Kyra, melirik ke arah Genta yang terlihat tidak minat.

"Tadi Kala nge-chat gue," celetuk Ibam yang perhatiannya masih berfokus pada layar ponsel.

Genta menatap Ibam langsung.

Merasa dipandangi oleh Genta, Ibam membalas tatapan itu, "Kenapa? Kok gesit bangat pas gue nyebut nama Kala?" tanya Ibam penasaran.

Genta mengerjap, "Enggak pa-pa," katanya mengalihkan pandangannya.

"Jangan bilang lo gak tau kalau Kala udah nungguin lo dua jam? Gue kira Kala udah nge-chat lo," tuduh Ibam menyipitkan matanya.

"Handphone gue mati," jawabnya singkat, tetapi tidak dipungkiri jika omongan Ibam membuatnya kepikiran.

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang