18. DISPENSASI

412 65 3
                                    

Don't forget to vote guys!!!

Happy Reading

***

DI SAAT semua murid melakukan kewajibannya untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kala justru mendapat izin dispensasi hari ini. Dikarenakan lomba bulu tangkis yang sebentar lagi akan dilaksanakan, Kala dan murid yang akan mengikuti lomba, diperbolehkan untuk tidak mengikuti jam pelajaran.

Kala yang sedang sesi istirahat dari persiapan lombanya, mendorong langkah kakinya masuk ke kawasan kantin. Kantin terlihat sepi, hanya ada segerombolan murid laki-laki yang duduk di pojok kantin dengan jersey voli ditubuhnya.

Ternyata bukan hanya anak bulu tangkis yang mendapat dispensasi, voli pun sama.

Kala membelokan langkahnya, berdiri di depan kios Mang Bejo. "Mang, es teh manis di plastik satu." pesan Kala kepada Mang Bejo yang bersender di kursi istirahatnya, seraya bermain ponsel.

Mang Bejo menengadah, menatap Kala yang memesan jualannya. "Iya Neng."

Baru saja Mang Bejo beranjak dari kursinya menuju jejeran tempat plastik besar yang berisi penuh es teh manis dan minuman beragam lainnya. Suara laki-laki menginterupsinya, "Es teh manisnya gak usah Mang. Air mineral yang enggak dingin aja, dua." Seseorang yang berkeadaan sama seperti Kala—bercucuran keringat di pelipis dan tubuhnya—membatalkan pesanan Kala.

Kala menoleh, menatap Genta dan mendelik, dengan terang-terangan menatap Genta tidak suka. "Ehh—apaan, es teh manis aja Mang."

"Enggak bagus minum yang manis-manis abis olahraga."

"Jadi ini, Mang harus nurutin pesanan yang mana?" Mang Bejo bertanya, menatap Kala dan Genta bergantian.

Kala hanya mendengus kesal, "Iya udah Mang, air mineral aja. Tapi yang dingin ya Mang." pinta Kala yang malas membantah perkataan Genta. Percuma juga dibantah, enggak akan menang juga.

Genta melirik Kala, membiarkan perempuan itu memesan air mineral dingin. Yang penting dia tidak keras kepala mempertahankan minuman manis yang berdampak buruk pada kesehatan.

Kala melirik Genta yang tadi datang dengan jersey bola basket tanpa lengan dan menampilkan lengannya dengan bebas. Lengan dengan otot yang terbentuk hampir sempurna, dan mampu membuat kaum hawa berteriak menambah aura menawan darinya. Ditambah kilatan yang dihasilkan dari keringat, membuat Kala beberapa kali mengalihkan atensi, mengamatinya.

Tidak lama setelah itu Mang Bejo memberikan dua air mineral dan diambil oleh Genta agar dia saja yang bawa. Genta dan Kala membayar pesanan mereka, kemudian berjalan sejejer menuju tempat duduk yang berada di depan kios Mang Bejo.

"Anak basket, dispen juga?" tanya Kala duduk menumpukan paha sebelah kanan, di atas paha kaki kirinya.

Genta duduk di hadapan Kala. Jika Kala perhatikan Genta memang lebih suka duduk berhadapan, dibanding duduk bersebelahan. Alasannya klise, dia hanya ingin memandang leluasa lawan bicaranya.

"Iya dong. Emang anak badminton doang yang dapet dispen." Genta membuka tutup segel air mineral terlebih dahulu, baru dia berikan kepada Kala.

Sebenarnya tanpa sadar, perlakuan kecil yang dilakukan oleh Genta sering membuat Kala kagum dan menimbulkan perasaan menggelitik dari perutnya. Kagum karena perlakuan seperti ini hanya ia dapatkan dari Genta dan ayahnya saja. Jarang sekali, bahkan sepertinya tidak pernah ia temukan lagi laki-laki yang memperhatikan hal-hal kecil seperti ini, meskipun hanya membuka tutup botol sebelum diberikan kepadanya. Hal kecil yang berdampak besar padanya.

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang