62. SERBA SALAH

357 60 33
                                    


BACA!

agak telat tapi lebih baik daripada enggak sama sekali. jadi di bawah ada ilustrasi denah kelas 11 ips 1 (tempat duduk genta dkk) biar gak ada yang keliru.

sedikit cerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sedikit cerita. pas awal masuk sebenernya mereka (genta, ibam, ariel, sagi) duduknya gak di situ, tapi di pojok kiri-bersebrangan sama kala yang dari awal udah di pojok kanan.

tapi pas hari pertama, genta yang dari kelas 10 udah duduk sama sagi, tiba-tiba pindah, sebangku sama kala (bosen katanya setahun mandangin muka sagi mulu, jadi dia pindah ke samping kala)

terus karena gak rela kalkulator mereka a.k.a genta yang selalu mereka andalin kalau udah pelajaran matematika, itu pindah. ujung-ujungnya mereka mutusin juga buat ikut-ikutan pindah ke deket genta. alasannya biar solid katanya, padahal mah biar kalau nyontek gampang. soalnya mereka kalau udah urusan itung-itungan itu bener-bener bego bangat, kecuali sagi yang sebenernya santai-santai aja genta pindah karena dia lumayan pinter matematika meskipun enggak sejago genta. gak kayak ibam ariel yang ketar-ketir.

jadi deh sagi duduk sendiri. soalnya temen sebangkunya pindah begitu aja demi bisa duduk sebangku sama kala.

sekian cerita pendeknya. langsung pada baca ajaa. terima kasih.

****

RASA PENYESALAN nyatanya mampu membuat pelaku tidak berkutik di depan korban. Seperti yang Kala rasakan detik ini. Sepuluh menit sudah ia terduduk di atas jok motornya yang telah terparkir di area sekolah. Dia tidak berani masuk. Kalau saja diperbolehkan untuk tidak masuk sekolah sepanjang hubungannya bersama Genta belum membaik, Kala pasti memilih opsi itu tanpa pikir panjang. Tapi pilihan itu akan membuatnya semakin pengecut di mata Genta.

Kedua kakinya mengetuk aspal parkiran sekolah berkali-kali seraya membuang napas kemudian menariknya secara berulang-ulang. Jangankan untuk bertemu orang itu, melihat keberadaan motornya saja, mampu membuat Kala gelisah tidak karuan.

Kringgg....

Kringgg....

Lonceng berdering, menandakan kegiatan belajar yang akan segera berlangsung. Banyak siswa-siswi mulai berlarian memasuki wilayah sekolah disusul gerbang utama yang perlahan di tutup oleh Pak Juanda.

Pada akhirnya, Kala memberanikan diri untuk masuk menuju kelas. Dia keluar dari motor, mencabut kunci yang masih tergantung, lalu bergegas berjalan dengan degup jantung yang mengencang. Di perjalanan, Kala mencoba mengafirmasi dirinya dengan berusaha sepositif mungkin. Termasuk perkataan Genta kemarin, yang dia anggap hanya omongan melantur karena sedang emosi.

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang