60. THE HARE AND THE TORTOISE

390 61 20
                                    


selamat membaca. enjoy semua. kalau ada typo tolong tandain yaa!

****

DI MINGGU PAGI ini dapur milik kediaman keluarga Genta telah ramai dengan peralatan masak yang dimana-mana. Genta, Gantari, Gita dan juga Kala berada di area dapur membantu bunda membuat kue. Mereka berdua tadi pagi sudah dibangunkan oleh teriakan bunda yang menggelegar, meminta mereka untuk mandi dan turun ke lantai bawah untuk turut membantunya membuat kue. Yang di mana ketika turun ke lantai satu ternyata telah ada Kala yang sudah siap dengan apron putihnya.

Biasanya dapur tidak akan seberantakan ini jika hanya Gantari dan Kala yang bekerja sebab cara mereka berkerja begitu rapih dan tertata. Berbeda dengan Genta dan Gita yang membantu bundanya tapi juga saling perang tepung satu sama lain. Alhasil dapur menjadi berantakan, terutama di area Genta yang mengaduk kue dengan asal-asalan karena menurutnya yang penting selesai.

"Kal, kamu tau gak? Genta kan kemarin abis beli—"

"Kak..," potong Genta merengek kepada Gita kesal.

Gita terkekeh kecil, "Kenapa dek? Gue cuma mau bilang kalau lo beliin Kala—"

Genta membekap mulut Gita rapat-rapat supaya mulutnya itu tidak mengatakan apa-apa.

"Diem Kak! Nanti gue beliin novel sepuluh deh," bisik Genta dengan penuh ancama.

Wajah Gita memerah akibat kehabisan oksigen, lalu dengan kuat melepas bekapan tangan Genta dari bibirnya, "Janji? Sepuluh novel?" tanya Gita antusias. Kalau bayaran tutup mulutnya adalah novel, dia akan siap sedia tidak memberitahu Kala.

Genta berdecak. "Iya-iya."

Senyum Gita seketika sumringah.

Kala yang sedang mengaduk adonan kue menatap curiga kedua orang ini, "Genta kemarin apa, Kak?" tanya Kala penasaran.

"Kepo bangat sih lo!" sentak Genta mendelik ke arah Kala, kemudian menatap Kak Gita dengan tatapan menyalahkan.

Kala mendesis, "Orang gue nanya Kak Gita. Bukan sama lo. Wleeee," ucapnya seraya memeletkan lidah.

"Maaf Kal. Demi novel aku rela tutup mulut," ungkap Gita membuat Genta tersenyum lega.

"Main nyogokan masa!" sengit Kala membalas.

"Bodo amat!" kata Genta.

Gantari hanya cekikikan mengamati interaksi anak muda ini kemudian berkata, "Kok malah jadi berantem sih kalian?" tanya Gantari menjadikan Genta dan Kala yang tadi saling melotot satu sama lain, memutuskan pandangannya.

Gantari menggeleng melihatnya. Kondisi rumah jauh lebih ramai saat ini.

"Genta kamu yang bener ngadonin kue-nya! Liat itu Kala. Kayak gitu yang bener, jangan ngasal nanti adonanya gak ngembang," protes Gantari melihat Genta mengaduk adonan dengan asal-asalan.

Kala mengangkat dagunya sombong, sedangkan Genta malah merajuk kesal.

"Tadi siapa yang paksa aku buat bantuin bikin kue? Bunda kan? Iya udah gak usah protes kalau gitu," ucapnya sebal.

"Sini deh biar Bunda aja yang lanjutin kerjaan kamu. Kamu ngerecokin doang bisanya." Gantari mengambil alih pekerjaan Genta dengan cepat. Daripada kuenya tidak berhasil mengembang, lebih baik biar dia saja yang mengerjakan.

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang