52. PERINGKAT

403 49 54
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa vote dan komen yaa. Semoga kalian suka. Terima kasih banyak.

****

MALAM INI, Kala yang kepalanya dilanda pening keluar dari kamar mandi setelah mencuci wajahnya. Dia menguap seraya mencoba menyadarkan diri sebab baru bangun tidur dalam waktu yang cukup lama. Kala melihat luar jendela yang menampilkan langit gelap. Perasaan gelisah selalu menyusup ketika dia tidur di waktu sore hari dan bangun ketika malam tiba. Dia yang tadi sore hanya berniat memejamkan mata di atas kasur, justru malah ketiduran dengan rambut yang masih basah karena habis mandi, itu alasan kenapa kepalanya pening bukan main. Untuk meredakan pusingnya, Kala memutuskan keluar dari kamarnya dan melangkah menuju meja makan. Selain kepalanya yang pusing, perutnya juga lapar.

"Ayah mau kemana?" tanya Kala ketika melihat ayahnya berpenampilan rapih.

"Mau kumpul sama temen Ayah," jawab Agam.

"Astaga! Udah berumur masih kumpul-kumpulan segala," sindir Kala berjalan menuju meja makan dan melihat roti sobek yang menggiurkan.

"Emang anak muda doang yang boleh kumpul? Bapak-bapak keren kayak Ayah emang gak boleh?" delik Agam sewot.

Kala membuka mulutnya ingin memakan roti sobek seraya melirik Agam aneh, "Udah deh mending Ayah berangkat sekarang aja. Kala lagi gak mau adu argumen. Kepala Kala pusing," ujar Kala mengusir.

"Siapa suruh tidur sore-sore? Mana dibanguninnya susah bangat," balas Agam mengambil kunci motor di sebelah kulkas.

"Namanya juga ketiduran, Yah."

"Ayah pinjem motor kamu ya, Kal? Lagi males pake mobil," izin Agam.

Kala mengangguk, "Pakai aja."

Agam melangkah ke arah Kala kemudian mengecup pelan puncak rambut Kala, "Ayah pergi ya? Kamu jangan kemana-mana, di rumah aja," pesan Agam diangguki oleh Kala.

"Ayah jangan pulang malem-malem. Aku gak bisa tidur kalau sendirian di rumah."

"Gak pa-pa lah pulang malem-malem. Nanti Ayah suruh Genta ke rumah jagain kamu," kata Agam menyipitkan matanya seraya tersenyum menggoda.

Kala membelalakkan matanya, "Ih Ayah kenapa deh?" kata Kala salah tingkah.

"Emang Ayah gak tau apa?" Agam menaik-turunkan alisnya.

Kala mendorong-dorong lengan Agam kuat, "Tau apa sih Yah?! Udah sana Ayah kumpul sama temen Ayah!! Udah ditungguin," usir Kala tetapi hanya dibalas pancaran mata menelisik dari Agam.

Tatapan itu mengusik Kala bersamaan dengan semburat merah yang mulai memenuhi wajahnya. Jadi selama ini Ayahnya tau?

"Udah sana Yah! Ngapain ngeliatin Kala kayak gitu?" kesal Kala menggerutu.

"Yakin gak mau Ayah panggilin Genta?" Bukannya menjawab pertanyaan Kala. Agam justru semakin menjadi-jadi.

Wajah Kala bertambah merah, "Ayah ihh suka bangat ngusilin Kala!!! Udah sana pergi!" Kala mendorong tubuh Ayahnya menuju pintu keluar dengan Agam yang tertawa terbahak.

"Awas ya berani manggil Genta? Kala gak mau ngomong sama Ayah lagi."

"Kemarin seinget Ayah, ada yang izin mau jalan sama Bundanya Genta. Itu siapa ya? Jadi ceritanya udah deket sama Bundanya Genta?"

"Ayah...." Kala merengek tidak suka, melepas tangannya dari lengan Agam seraya menghentakkan kedua kakinya.

Agam terkekeh melihat wajah masam Kala yang sudah tidak karuan, "Bercanda. Masa Ayah mau biarin cowok masuk ke rumah malem-malem, apalagi cuma berduaan sama kamu? Tidak bisa, harus lewatin Ayah dulu kalau gitu," ungkap Agam.

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang