Hallo semua. Selamat membaca cerita Gentala lagi. Hope u like it. Semoga sukakk! Oh iya! Jangan lupa vote dan komen okay? Terima kasih banyak karena mau membaca dan mendukung cerita ini. Love youu....****
RUTINITAS yang telah lama tertunda akhirnya kembali Kala dan ayahnya lakukan pada hari libur singkat antar semester ini. Bedanya kali ini Kala tidak hanya berdua dengan ayahnya untuk bermain bulu tangkis di gedung olahraga dekat rumah, tetapi ada Genta yang sejak jam 6 pagi tadi sudah berada di rumah Kala dengan setelan olahraganya.
2 jam sudah mereka bermain bulu tangkis di lapangan yang telah Agam sewa. Hari ini, Kala benar-benar merasa dianaktirikan oleh ayah kandung sendiri sebab selama permainan tadi hanya Genta dan ayahnya yang bertanding. Sedangkan dia hanya jadi penonton atas pertandingan sengit itu.
Setelah menguras keringat di lapangan badminton, mereka mampir ke pasar pagi yang banyak menjual sarapan dengan pedangang yang berjejer memenuhi jalan. Mereka berhenti di pedagang ketoprak yang tidak terlalu ramai, kemudian duduk di tempat yang disediakan.
"Kamu seriusan gak makan, Kal?" tanya Agam ketika ketoprak sudah tersedia di depan matanya.
Kala yang cuma memesan air mineral menggeleng, "Enggak mau. Kala lagi diet Ayah," jawab Agam.
"Serius gak mau? Enak loh ini," goda Agam menunjuk ketoprak yang terlihat menggiurkan.
Kala tidak mau menatap ketoprak milik ayahnya dan lebih memilih untuk mengalihkan perhatiannya pada sudut lain, "Enggak mau," tekan Kala.
Agam mendelik, "Palingan kamu diet cuma bertahan sehari. Besok-besok udah makan banyak lagi,"
"Ayah meremehkan Kala? Awas aja kalau Kala sampai kurusan, gak mau aku kasih tipsnya ke Ayah," balas Kala sengit.
"Ayah mah gak perlu diet-dietan. Soalnya tubuh Ayah udah proposional. Metabolisme Ayah baik. Olahraga Ayah juga rajin. Jadi makan banyak pun, berat badan Ayah gak akan naik. Gak kayak kamu, olahraga cuma satu hari, besok-besok udah gak mau lagi," ungkap Ayahnya.
Genta kali ini hanya menjadi pendengar perdebatan kedua orang itu seraya menyantap ketoptaknya.
"Kala bukannya males olahraga, tapi Kala gak ada waktu buat olahraga." Kala beralasan.
"Gak ada waktu gimana? Tiap hari kerjaan kamu rebahan doang. Ini juga kalau gak ayah paksa setiap weekend buat badminton, kamu kayaknya gak akan olahraga," cecar Agam.
"Enak aja! Jarang-jarang olahraga gini, Kala tetap menang lomba badminton juara dua."
"Iya kamu olahraganya pas mau ada lomba doang. Coba kalau gak ada lomba? Paling masih tidur kalau pagi."
"Ayah kenapa sih gak mau bangat ngalah ke anaknya sendiri? Emang gak malu debat di depan Genta. Pakai bilang anaknya males olahraga lagi."
"Biarin! Biar sekalian Genta tahu kalau kamu males olahraga," caci Agam membuat Kala menatap ayahnya garang.
Genta terkekeh, "Kala emang males olahraga Om. Dari kemarin dia bilang sama saya mau diet, soalnya Om sering bawa pulang martabak keju susu kalau malem-malem. Tapi gitu dietnya gak niat. Cuma ngomong doang," timbrung Genta.
"Jangan kompor, Ta," ancam Kala.
"Berarti besok-besok Ayah gak usah bawa pulang martabak lagi deh. Padahal nih ya, Ta. Kalau Om bawa pulang martabak, pasti ada yang kegirangan sambil muji-muji Om, Ayah terbaik." Agam suka sekali menggoda Kala. Lihat saja, sekarang wajah anaknya itu sudah merah padam tidak karuan.
"Ayah...," rengek Kala agar ayahnya tidak lagi melanjutkan perkataan.
Agam dan Genta tergelak.
"Udah ah. Kala males sama Ayah," cetus Kala kemudian bangkit dari kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)
Ficção Adolescente𝘿𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙘𝙚𝙬𝙚𝙠 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙞𝙣𝙞. 𝙆𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙨𝙖𝙝𝙖𝙗𝙖𝙩 𝙜𝙪𝙚 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙤 𝙨𝙪𝙠𝙖? [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jangankan sekelas, bisa bertemu dengan laki-laki meny...