21. TRYING TO BELIEVE IT

389 63 10
                                    


Don't forget to vote & comment. Thank youu♡

***

MUNGKIN sebagian besar orang menganggap love at the first sight, hanyalah bualan semata. Namun, bagi Genta hal itu benar-benar terjadi padanya. Pertemuan pertama kali dengan perempuan yang memakai pita warna-warni di beberapa bagian rambutnya, menjadi saksi nyata bahwa cinta pandangan pertama memang benar adanya. Ingatan Genta berpendar, mengarah pada kejadian satu tahun lalu.

"Elina."

"Gentala."

Mereka berdua berjabat tangan di tengah-tengah kerumunan lapangan SMA Airlangga. Pada hari itu adalah hari pertama ospek murid baru angkatannya. Semua murid baru berkumpul di lapangan SMA Airlangga, untuk mengikuti jalannya acara ospek yang hanya berlangsung selama 3 hari.

Hari pertama, juga pertemuan pertama dengan perempuan cantik itu.

Kulitnya yang putih cerah membuat pipinya terlihat merah merona karena matahari pagi yang menyengat, rambutnya yang hanya sebahu dihiasi berbagai pita warna-warni, di tambah dengan lesum pipit membuat dirinya semakin cantik di hadapan Genta.

Di tengah kerumunan dengan suara-suara yang meramaikan keadaan lapangan. Genta hanya memusatkan pandangnya pada perempuan pertama yang berkenalan dengannya.

Semuanya serba pertama. Hari pertama, pertemuan pertama, perempuan pertama, dan cinta pada pandangan pertama.

Semenjak hari itu. Genta selalu menyempatkan dirinya untuk melihat Elina. Meskipun hanya dari jarak jauh, tetapi cukup untuk memuaskan pengelihatannya. Berawal dari situ, Genta sering mengabadikan Elina lewat sebuah kamera. Sampai ia rela untuk mencetak ratusan foto itu dan ia satukan dalam satu box.

Dia kira rasanya terhadap Elina tidak akan selama ini, tidak akan sampai pada tahap ini.

Untuk ukuran manusia yang bisa dibilang sangat ramah. Perilaku Genta begitu pengecut, karena tidak berani mendekati Elina sampai sekarang. Dia masih terus memperhatikan Elina dari jauh. Hanya memperhatikan, tidak lebih.

Jantungnya selalu berdegup kencang ketika dekat dengannya. Fokusnya selalu terahlikan saat perempuan itu datang. Membuat Genta yang tadinya biasa saja, bisa langsung merubah sikapnya menjadi sedingin es batu.

Genta dengan sikap pengecutnya sampai sekarang tidak berani bertindak lebih jauh untuk mendekati perempuan yang sudah satu tahun itu melekat di pikirannya. Perempuan yang setiap malam menjadi alasan Genta begadang demi memikirkannya.

•••

Peluh keringat yang mengucur dari pelipis serta membasahi tubuh Kala menemani kegiatannya malam ini. Suara pukulan raket yang bersentuhan dengan kok bulu tangkis menjadi pelengkap latihan untuk lomba bulu tangkis saat ini.

Dari luar dari jadwal yang sudah ditentukan, Kala dan beberapa orang yang mengikuti lomba, memilih untuk latihan di luar sekolah. Mereka menyewa lapangan indoor bulu tangkis dalam beberapa jam ke depan, untuk meningkatkan kualitas permainan mereka.

Kali ini Kala melawan Malvin—perwakilan lomba bulu tangkis tunggal putra. Sedangkan Kala adalah perwakilan bulu tangkis tunggal putri di sekolahnya.

"Gila tenaga lo malam ini, Kal. Kuat juga. Sampai enggak bisa nyeimbangin gue." Malvin mengeluh melewati Net, melangkah mendekati Kala.

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang