32. MULAI TERTARIK

420 57 65
                                    


Sebelum membaca chapter ini. Ada baiknya untuk vote cerita ini. Jangan lupa juga untuk comment dan luapin kesan kalian ketika membaca cerita ini. Terima kasih.

***

KEDAI ES KRIM TOMELO. Kedai ini berada di sudut kota Jakarta yang tidak dijangkau dari jalanan besar. Letaknya jauh dari hiruk pikuk kota yang tidak tidur ini. Tempatnya juga hanya mengandalkan rumah sederhana dari salah satu perumahan kota. Kebanyakan orang mungkin tidak akan menyangka jika di perumahan warga seperti ini terdapat kedai es krim yang lezat. Desain dalam kedai ini juga sangat sederhana, tidak ada hiasan yang neko-neko, benar-benar mempertahankan kontruksi awal rumah dengan dinding yang dominan berwarna putih dan aksen kayu di beberapa bagian.

Kala tidak tahu dari mana Praya mendapatkan lowongan kerja di tempat unik ini. Tempat yang menurutnya sesuai untuk diajak bersantai tanpa harus mendengar kebisingan kota Jakarta serta suara individu yang berceloteh saling membanggakan dirinya sendiri, berlomba dengan individu lain tentang siapa yang paling hebat dan paling berhasil dalam kehidupannya. Tanpa sadar semua omongan orang-orang itu hanyalah omong kosong, sebab kenyataannya tidak sebahagia apa yang mereka katakan. Tidak sesempurna yang mereka bicarakan dan pamerkan di hadapan orang lain atau sosial media mereka masing-masing.

Dari tempat duduknya yang berada di pojok ruangan dengan meja bundar di hadapannya. Terlihat Praya sedang melayani beberapa pelanggan dengan pakaian bernuansa coklat muda yang menjadi seragam pelayan di kedai ini. Wajahnya riang menyambut ramah setiap pelanggan, senyumnya terus terbit, terlihat bahwa dia mencintai pekerjaan ini.

Kala tersenyum kecil memandang temannya yang sedang bekerja keras itu, lalu kembali mengalihkan pandangan pada laptop yang menampilkan tulisan yang telah diketiknya untuk tugas essai sekolah. Kala menunggu teman-temannya hadir, dengan satu cup es krim rasa dark chocolate yang ikut menemani.

"Hai Kal. Gue kira belum ada yang sampe, ternyata udah ada lo. Lo dateng dari jam berapa?" sapa Elina duduk dan meletakan totebag-nya di celah kursi.

Semalam mereka semua janjian untuk berkumpul di kedai es krim Tomelo, tempat Praya berkeja dengan niat mengerjakan tugas menumpuk yang menunggu untuk dikerjakan.

Kala menengadah.

"Sekitar jam 10-an." kira Kala mengingatnya.

Setelah meletakan laptop di atas meja, Elina menatap jam tangannya. "Udah dari satu jam yang lalu dong?" tanya Elina sembari menyalakan laptop dan merapihkan bawaannya.

"Iya kurang lebih."

Elina mengangguk dan menyandarkan punggungnya ketika laptopnya sudah dalam keadaan menyala, dia menatap Kala yang lagi fokus dengan laptopnya.

"Kal sorry ya kemarin gue buru-buru, lupa nanyain keadaan lo. Kata Genta lo lagi PMS terus harusnya dia yang nganterin lo balik, tapi dianya malah nganterin gue. Sorry ya?" ungkap Elina.

"Gak masalah Na. Kan emang gue yang minta Genta buat nganterin lo, atas inisiatif gue sendiri. Gak perlu minta maaf."

"Gue gak enak sama lo."

"Belajar untuk enggak terus, gak enakan sama orang Na. Lo enggak kasian apa sama diri lo sendiri yang kesiksa sama perasaan gak enakan ke orang lain?" kata Kala tidak suka jika Elina terus memiliki sifat itu.

"Iya lo pasti tau jawabannya."

Kala menganggut kecil, "Terus gimana keadaan kakek lo? Baik-baik aja kan?" tanya Kala mengalihkan topik pembicaraan.

Mendengar pertanyaan itu, Elina menjawab dengan antusias. "Baik dong. Alhamdulillah. Lo gak tau ya? Kemaren gue panik bangat denger kakek masuk ICU. Bener-bener sepanik itu sampe jadi orang ling-lung. Bahkan di motor aja gue gelisah bangat. Gue sampe nyuruh Genta buat ngebut, tapi ya tetep aja. Setau gue jarak dari sekolah ke rumah sakit gak sejauh itu. Tapi kemarin kayak lama bangat!!!" cerita Elina menggebu-gebu. Dia memang selalu seperti itu. Cerita yang tadinya biasa saja bisa menjadi sangat menarik jika Elina yang ceritakan kembali.

GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang