selamat membaca. Jangan lupa vote dan comment. Terima kasih.
****
MENJADI sekretaris kelas merupakan suatu hal yang menjengkelkan untuk Kala. Itu berlaku dari dulu sampai sekarang. Dia paling tidak suka ditunjuk menjadi pengurus kelas yang menurutnya akan merepotkan dan harus berurusan langsung dengan guru-guru. Dan betul saja, belum ada dua menit Kala selesai merekapitulasi absen serta jurnal kelas untuk diberikan kepada Bu Jang. Wanita paruh baya berkacamata kotak itu sudah memberikannya tugas lagi untuk memfotokopi beberapa lembar kertas.
Kala yang mustahil untuk menolak, akhirnya menurut saja. Dia berjalan memegang lembaran kertas putih menuju tempat fotokopi yang berada di luar wilayah sekolah. Sekolah ini tidak menyediakan fasilitas untuk memfotokopi kertas dan sebagainya. Jadi pilihan satu-satunya hanya berada di tempat fotokopi luar sekolah.
Ketika langkah kakinya hendak memasuki area pagar sekolah yang menjulang tinggi. Sayup-sayup Kala mendengar suara sorak yang berisik dari posisinya. Kala melangkah ke arah pagar sekolah yang persis berdampingan dengan pos satpam dan mendapati segerombolan siswa laki-laki yang sedang bermain ping-pong di dekat pos satpam, tetapi tidak menghalagi pagar.
Tatapan Kala menangkap Genta yang seragam putihnya tidak terkancing semua dan menampilkan kaus hitam sedang bermain ping-pong bersama Bang Jule disaksikan beberapa murid laki-laki lainnya. Bahkan, Pak Juanda selaku satpam sekolah juga ikut menyaksikan.
Sepertinya kata-kata tentang laki-laki yang lebih mudah membaur dibanding wanita, benar adanya. Buktinya saja, Genta mudah mendapatkan teman-teman berbeda angkatan, tidak sepertinya yang temannya itu-itu saja. Atau mungkin, memang Genta-nya saja yang supel dan mudah membaur kepada semua orang.
"Mau kemana Kal?!" seru Ibam mendapati Kala berbicara dengan Pak Juanda untuk dimintakan membuka gembok gerbang sekolah.
Mendengar nama Kala disebut, Genta dengan spontan menoleh, tetapi tetap fokus memukul bola ping-pong yang datang dari arah Bang Jule.
Kala menoleh, "Mau ke fotokopian depan," kata Kala menunjuk dengan matanya.
Ibam mengangguk kemudian melihat Kala berjalan menuju gerbang sekolah menunggu Pak Juanda membukakan kunci gerbang.
"Jangan kelamaan ya Neng, belum jam istirahat soalnya. Jadi yang keluar gerbang masih jadi tanggung jawab Bapak," kata Pak Juanda sembari memutar kunci gerbang.
"Iya Pak. Saya cuma fotokopi doang kok," jawab Kala jujur. Dia juga bukan murid nakal yang mengambil kesempatan untuk bolos di saat-saat seperti ini.
Gerbang sekolah memang hanya dibuka saat jam masuk, jam istirahat, dan jam pulang. Lebih dari itu, siapa pun yang keluar harus dengan persetujuan Pak Juanda atau guru piket.
Genta yang tahu Kala akan keluar pintu gerbang melirik Ibam, "Bam, gantiin gue dulu Bam," panik Genta masih melawan Bang Jule.
Ibam yang duduk mendeprok dengan semangat bangkit berdiri. Ini yang dia tunggu sejak tadi, untuk bermain sesuai gilirannya.
"Mana?" todong Ibam meminta raket ping-pong kepada Genta.
Genta yang kembali memukul bola ping-pong langsung memberikan raketnya kepada Ibam yang disebelahnya.
"Jangan sampai kalah, gue cabut dulu." Genta menepuk pundak Ibam kemudian berlari menjahui mereka.
"Woy! Lo mau kemana, Ta?" tanya Bang Jule berteriak.
"SEBENTAR! ADA URUSAN!" balas Genta sembari berlari.
Bang Jule yang tadinya biasa saja, kemudian mendengus ketika melihat Genta malah menghampiri perempuan yang hendak keluar dari gerbang sekolah. Ternyata itu yang Genta maksud 'urusan'.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)
Teen Fiction𝘿𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙘𝙚𝙬𝙚𝙠 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙞𝙣𝙞. 𝙆𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙨𝙖𝙝𝙖𝙗𝙖𝙩 𝙜𝙪𝙚 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙤 𝙨𝙪𝙠𝙖? [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jangankan sekelas, bisa bertemu dengan laki-laki meny...