Hai semua, selamat membaca chapter ini. Untuk yang udah baca chapter ini sebelumnya, bisa di baca ulang karena ada tambahan kejadian, yang di updatean sebelumnya tidak ada. Enjoy! Jangan lupa untuk vote & comment. Thank you so much.
***
KORIDOR sekolah tampak sunyi dan sepi, hanya di terangi penerangan dari atap koridor. Pintu ruangan masing-masing tertutup rapat, ada beberapa yang bagian dalamnya diterangi lampu, ada juga yang tidak. Beberapa sudut sekolah bahkan, sama sekali tidak diberi penerangan. Genta dan Kala berjalan bersisian, melangkah menyusuri koridor sekolah di malam hari seperti ini.
Sesuai janji mereka siang tadi untuk belajar bersama, Genta datang ke rumah Kala, berinisiatif mengajak Kala ke pepustakaan sekolah ini untuk kedua kalinya. Kala dengan keras menolak karena mengingat momen pertama kali Genta mengajaknya ke tempat yang sama. Namun, karena jurus rayu Genta bekerja dengan baik, membuat Kala akhirnya melunak dan menuruti ajakan Genta.
Seraya melangkah, Kala menyalakan ponselnya dan mengaktifkan fitur senter untuk jaga-jaga, takut jika listrik sekolah turun lagi.
"Kal, lo dari tadi ngapain nyalain senter coba? Lampu pada nyala, sekolah gak gelap-gelap bangat." kata Genta memutar gantungan kunci perpustakaan di jarinya.
Kala mendelik sinis, "Jaga-jaga takut mati lampu lagi." Kala tidak berani mengarahkan senternya ke ruang-ruang yang mereka lewati, takut melihat sesuatu yang tidak pantas dilihat. Jadi, dia hanya memantulkan cahayanya ke lantai.
Genta tergelak mengingat Kala yang menangis karena lampu perpustakaan tiba-tiba mati dengan kondisi terduduk di lantai sebab menyandung kaki kursi.
Melihat Genta yang tertawa, Kala berdecak malas, "Enggak usah inget-inget hal itu lagi, Ta. Kalau lo lupa, kaki gue keseleo waktu itu." sinis Kala.
"Gue gak bilang apa-apa loh."
"Dari cara tawa lo, udah kelihatan lo nawain kejadian itu."
"Emang gue nawain apaan?"
Kala menyipitkan matanya ke arah Genta. "Sstt. Udah gue gak mau bahas itu." tekan Kala tidak lagi ingin membahas kejadian malam itu.
Genta terkekeh dan menggelengkan kepalanya.
Malam ini mereka berdua sama-sama menggunakan baju tebal. Genta yang tidak jauh-jauh dari hoodie hitamnya, dan Kala yang menggunakan sweater navy blue.
Genta malam ini menampilkan tampilan baru yang mencolok dan berbeda, membuat hati Kala cukup berdesir saat melihatnya. Memakai barang yang tidak penah Kala lihat sebelumnya. Di mana malam ini Genta mengenakan kaca-mata bening dengan tepian berwarna hitam lekat. Bentuknya tidak sepenuhnya bulat, tetapi sangat sesuai dengan bentuk wajahnya yang tegas.
Banyak stereotype yang mengatakan kaca mata membuat seseorang terlihat lebih pintar. Dan Kala setuju akan pandangan itu, sebab memang itu faktanya. Genta terlihat jauh lebih menawan saat menggunakan kaca mata.
Satu hal yang baru Kala tahu, ternyata Genta memiliki minus di matanya. Ukuran minus-nya masih sedikit dan belum menganggu pandangan. Oleh karena itu, Genta jarang menggunakannya di sekolah. Dia hanya menggunakan kaca mata itu ketika hendak membaca koleksi buku-bukunya di rumah.
"Ini sekolah horror juga ya kalau malam-malam. Berasa kayak lagi paranormal experience." ucap Kala bergidik ngeri mengamati keadaan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTALA (WHEN WE WERE YOUNG)
Novela Juvenil𝘿𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙚𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙘𝙚𝙬𝙚𝙠 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙞𝙣𝙞. 𝙆𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙨𝙖𝙝𝙖𝙗𝙖𝙩 𝙜𝙪𝙚 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙤 𝙨𝙪𝙠𝙖? [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jangankan sekelas, bisa bertemu dengan laki-laki meny...